FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
kyknya ga repsol gan.. ![]() langseng aja cengesot gan.. ![]() YOGYAKARTA, KOMPAS.com � Puluhan warga Yogyakarta secara sukarela mendaftar menjadi prajurit Keraton Yogyakarta. Padahal, gajinya atau biasa disebut paring dalem hanya antara Rp 500 sampai Rp 2.000 setiap bulannya. Itu pun diberikan empat bulan sekali. "Saat ini saja sudah ada 20 orang dalam daftar tunggu ikut seleksi prajurit Keraton. Padahal, seleksi selanjutnya baru dibuka sekitar akhir 2012," kata petugas bagian pendaftaran prajurit di Tepas Keprajuritan Keraton Yogyakarta Enggar Pikantoyo yang bergelar Raden Riyo Yogo Kanowo (39), Jumat (16/4/2010). Seleksi keprajuritan Keraton Yogyakarta hanya dilakukan tiga tahun sekali. Seleksi terakhir pada November 2009 dengan jumlah peserta 100 orang. Menurut Enggar, Keraton tidak pernah membuka lowongan keprajuritan secara terbuka. Informasi lowongan menjadi prajurit Keraton biasanya hanya berlangsung melalui getok tular, dari mulut ke mulut. Meskipun terbuka untuk umum, sebagian besar dari pendaftar adalah kerabat atau tetangga prajurit Keraton. "Tidak membuka lowongan terbuka saja sudah sebanyak ini pendaftarnya. Kalau menyebar informasi lowongan secara terbuka, kami mungkin akan kewalahan seleksi," ujarnya. Untuk mengikuti seleksi menjadi prajurit Keraton, ada sejumlah syarat administrasi, yaitu berusia kurang dari 40 tahun, minimal lulus SMP, dan tinggi badan minimal 165 sentimeter. Saat ini Keraton Yogyakarta memiliki sekitar 600 prajurit yang terbagi dalam 10 bregada atau regu. Para prajurit berasal dari berbagai kalangan, di antaranya petani, dosen, dokter, pegawai kantor, ataupun pensiunan pegawai. Beberapa dari mereka berdomisili di luar DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Mereka menyatakan bersedia menjalani kewajiban piket jaga malam dua malam berturut-turut setiap 20 hari sekali serta bertugas saat mengawal gerebeg. Sejak zaman Sultan Hamengku Buwono V, prajurit Keraton tidak lagi diperuntukkan untuk berperang. Mereka lebih banyak bertugas sebagai penjaga gedung atau acara-acara Keraton. Saat ini, prajurit Keraton lebih diperuntukkan sebagai bagian atraksi wisata dan budaya. [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
[/quote] Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Originally Posted by nene.chantique ![]() kebetulan ane pernah ke keraton Jogja sama Solo.. abdi dalem di dua keraton itu bener2 mengabdi.. ane bener2 terkesan sama kesetiaan mereka mengabdi pada keluarga kerajaan.. banyak yang udah tua.. udah puluhan tahun jadi abdi dalem.. memang bukan uang yang mereka cari, tapi pengabdian.. dekat sama keluarga kerajaan yang mereka junjung tinggi.. dan alhamdulillah.. keluarga kerajaan juga lumayan dekat dengan para abdi dalem.. ga pernah semena-mena.. jadi, ga heran kalo ada banyak orang yang daftar jadi prajurit kerajaan. padahal cuma dibayar 2000 setiap bulan.. Terkait:
|
![]() |
|
|