for
Berita Lama Gan:
Mengapa Mobil Pribadi Tak Boleh Pakai Premium
Dari subsidi BBM yang super besar itu, pengguna tertinggi adalah kendaraan pribadi.
VIVAnews - Pemerintah bakal mengatur konsumsi bahan bakar bersubsidi sebagai salah satu langkah menekan tingginya subsidi bahan bakar minyak. Langkah pertama, pemerintah akan melarang penggunaan BBM bersubsidi bagi mobil-mobil dinas milik pemerintah pusat dan daerah, serta Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Evita Herawati Legowo, mengatakan, setelah itu, dua-tiga bulan kemudian, pemerintah akan membatasi BBM bagi mobil pribadi, khususnya di Jabodetabek. Lalu, diikuti wilayah lain, di Jawa dan Bali.
Memang, keputusan ini masih simpang siur menyusul belum ditetapkannya aturan pembatasan ini. Namun, isu yang berkembang, pembatasan BBM bersubsidi akan dilakukan berdasarkan kapasitas mesin atau yang sering disebut cc. Mobil yang di bawah 1.500 cc boleh pakai BBM subsidi yang sebenarnya untuk orang miskin.
Sementara itu, mobil di atas kapasitas itu harus menggunakan BBM nonsubsidi, seperti Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina Dex bagi diesel.
Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, pernah mengatakan, bila pemerintah tak membatasi BBM, subsidi energi bakal jebol menjadi Rp340 triliun, lebih dari seperlima anggaran belanja pemerintah dalam APBN-P 2012 sebesar Rp1.548 triliun. Padahal, dalam APBN-P, subsidi energi hanya dijatah Rp225 triliun. Dari total subsidi bahan bakar yang super besar itu, salah satu pemakai terbesar adalah kendaraan pribadi.
Sebenarnya, terlepas ada atau tidaknya kebijakan ini, hampir seluruh kendaraan pribadi telah diatur mengonsumsi bahan bakar beroktan 90 atau lebih. Artinya, kendaraan ini tak boleh minum BBM subsidi jenis Premium yang hanya beroktan 88.
Toyota misalnya, pemilik mobil terlaris di Indonesia, Avanza, telah menerapkan mobil-mobilnya dengan oktan 90. Tak cuma Avanza, mobil-mobil kecil lain seperti Yaris dan Vios juga sudah disarankan pakai Pertamax. Apalagi, mobil-mobil besar seperti Alphard dan Fortuner, sudah pasti pakai Pertamax.
"Kalau mau performa mesin jadi bagus, ya gunakan bensin dengan oktan di atas 90. Meski kapasitas mesinnya kecil," kata Public Relation Manager Marketing Planning Toyota Astra Motor, Rouli Sijabat.
Daihatsu juga demikian. Hampir semua produk yang dikeluarkan setelah 2008 sudah diharuskan menggunakan Pertamax. Langkah ini tak lain karena ingin menyambut standar gas buang atau emisi Euro 3 pada 2014. "Jadi, semua mobil harus sudah pakai Pertamax," kata Head Domestic Marketing Division, Astra Daihatsu Motor, Rio Sanggau.
Ford juga demikian, telah melengkapi produk-produknya dengan BBM berstandar tinggi. Ford memiliki mobil kecil Fiesta.
Memang, mobil masih bisa jalan, bila menggunakan bensin beroktan rendah yang di Indonesia masih disubsidi, tapi ada faktor yang dirugikan. Salah satunya faktor performa. "Mesin jadi ngelitik," kata Managing Director Ford Motor Indonesia, Bagus Susanto.
Dianjurkannya menggunakan Pertamax sangat beralasan. Sebab, jika bahan bakar yang digunakan memiliki oktan rendah, secara otomatis akan mengurangi kemampuan mesin.
Kepala Bengkel Plaza Toyota, Parman Suanda, mengatakan, oktan di BBM adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin, sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar sendiri secara spontan sebelum terkena percikan api dari busi.
Jadi, dia menjelaskan, semakin kecil angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan. Pembakaran yang tidak spontan ini yang menimbulkan gejala ngelitik di dalam mesin.
Begitu sebaliknya, jika nilai oktan semakin tinggi, pembakaran akan bisa lebih sempurna. Karena, bahan bakar bisa dimampatkan hingga tekanan paling tinggi sebelum diledakkan api dari busi.
Ia menambahkan, jika penggunaan kadar oktan tidak sesuai dilakukan terus-menerus, dapat menyebabkan piston menjadi bolong, karena mesin selalu menghadapi masalah knocking setiap kali mesin mobil bekerja. Terlebih, ketika mobil dipaksa berakselerasi untuk mendahului kendaraan lain, dan sering digunakan untuk penjalanan jarak jauh.
Sumber : Klik Di Sini