FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Jelang Galungan Warga Beramai-ramai Tangkap Ikan ![]() Warga Kediri memiliki kegiatan unik menjelang datangnya hari raya Galungan. Mereka beramai-ramai menangkap ikan di sungai Desa Nyitdah, Jumat (1/7) kemarin. Kegiatan ini sekaligus jadi ajang sambung rasa para warga dan tokoh di Kecamatan Kediri. Penangkapan ikan diikuti ratusan warga dari berbagai kalangan. Mereka sudah memadati aliran sungai sekitar pukul 13.00 wita. Dua jam berselang, kegiatan digelar. Warga yang berjubel langsung berebut terjun ke sungai. Meski berlumpur, tak menyurutkan niat warga. Mereka saling berebut menggunakan tangan untuk mengais ikan air tawar itu. Dalam hitungan menit, sejumlah warga berhasil menangkapnya. Tawa pun pecah ketika warga mampu menangkap ikan besar jenis nila. Beratnya mencapai 2,5 kilogram. Selain nila, masih ada jenis ikan lainnya, seperti lele, dan tombro. Bagi mereka yang berhasil menangkap ikan terbesar diberikan bonus uang tunai. Ikan yang ditangkap juga dibawa pulang. Kegiatan unik ini menjadi tontonan menarik warga, termasuk pengendara jalan yang kebetulan melintas. Merek ikut berhenti untuk melihat dari dekat. "Ini bagian dari aksi berbagi rasa warga menjelang hari raya Galungan," kata tokoh warga Kediri, Made Suarta didampingi Bendesa Adat Nyitdah, Wayan Gindra. Selain jelang Galungan, tangkap ikan massal sekaligus memeriahkan hari Bayangkara Polri. Menurut Suarta, warga di wilayahnya merasa bangga dan ikut memiliki Polri yang sedang berulang tahun. Suarta menambahkan, tangkap ikan ini sekaligus simbol bersatunya warga yang dimotori para tokoh di Kediri. "Ini murni untuk kebersamaan warga jelang Galungan," tegas pria yang juga Ketua PAC PDI-P Kediri ini. Kegiatan tersebut juga mengajari warga untuk melestarikan aliran sungai. Meski pertama kali, kegiatan kemarin terbilang istimewa. Sebab, Ketua DPRD Tabanan, Ketut Suryadi ikut hadir. Kegiatan serupa akan digelar secara rutin setiap datangnya hari raya Galungan. (udi) http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=53451 galungan dan kuningan ![]() Hari Raya Galungan dan Kuningan sering disebut sebagai hari �Lebaran�-nya orang Bali. Pada hari tersebut selaen melaksanakan upacara keagamaan, umat Hindu Bali umumnya pada rame-rame pulang kampung bersama keluarga. Dalam hitungan kalender Bali, Galungan jatuh pada wuku Dungulan dan akan jatuh setiap 6 bulan Bali atau 7 bulan kalender masehi (210 hari). Sementara Kuningan jatuh pada tepat 10 hari setelah Galungan. Di masa-masa penulis SD dulu, biasanyalibur sekolahan �bersambung� selama 2 minggu, terhitung dari Hari Senen 2 hari sebelum Galungan sampai berakhirnya Hari Kuningan. Galungan dan Cerita Mayadenawa Bagi masyarakat Bali, Hari Galungan punya cerita sendiri. Jaman dahulu tersebutlah seorang Raja keturunan Raksasa yang sangat sakti dan berkuasa bernama Mayadanawa. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa mampu berubah wujud menjadi apa saja. Mayadenawa menguasai daerah yang luas meliputi Makasar, Sumbawa, Bugis, Lombok dan Blambangan. Raja ini terkenal kejam dan tidak mengijinkan rakyatnya untuk memuja dewa serta menghancurkan semua pura yang ada. Rakyat tidak berani melawan karena kesaktian Mayadenawa. Lalu tersebut pula seorang pendeta bernama Mpu Kulputih. Beliau yang sedih melihat melihat kondisi rakyat akhirnya melakukan semedi di Pura Besakih memohon petujuk para Dewa untuk mengatasi Mayadenawa. Dewa Mahadewa kemudian memerintahkan beliau pergi menuju Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan. Singkat cerita, bantuan pasukan datang dari India dan kahyangan untuk memerangi Mayadenawa dipimpin oleh Dewa Indra. Namun Mayadenawa sudah mengetahui kedatangan pasukan ini berkat banyaknya mata-mata. Perang dashyat pun terjadi dengan korban berjatuhan di kedua belah pihak. Akhirnya pasukan Mayadenawa kocar-kacir dan melarikan diri meninggalkan sang. Namun Mayadenawa belum mau menyerah begitu saja. Pada malam hari di saat jeda perang, Mayadenawa diam-diam menyusup ke tempat pasukan kahyangan dan memberi racun pada sumber air mereka. Agar tidak ketahuan, Mayadenawa berjalan hanya dengan menggunakan sisi kakinya. Tempat inilah yang kemudian dikenal dengan Tampak Siring. Pagi harinya, pasukan kahyangan meminum air dan keracunan. Dewa Indra tahu racun berasal dari sumber air, sehingga beliau menciptakan mata air baru yang sekarang dikenal dengan Tirta Empul. Berkat Tirta empul, semua pasukan yang keracunan bisa pulih kembali. Sungai yang terbentuk dari Tirta Empul kemudian dikenal dengan nama Tukad Pakerisan. Dewa Indra mengejar Mayadenawa yang nelarikan diri dengan pembantunya. Dalam pelarian, Mayadenawa sempat mengubah wujudnya menjadi Manuk Raya (burung besar). Tempatnya berubah wujud sekarang dikenal dengan Desa Manukaya. Namun Dewa Indra terlalu sakti untuk dikelabui sehingga selalu mengetahui keberadaan Mayadenawa walopun sudah berubah wujud berkali-kali. Sampai akhirnya Dewa Indra mampu membunuh Mayadenawa. Darah Mayadenawa mengalir dan menjadi sungai yang dikenal dengan Tukad Petanu. Sungai ini konon telah dikutuk. Bila airnya digunakan untuk mengairi sawah, padi akan tumbuh lebih cepat namun darah akan keluar di saat panen dan mengeluarkan bau. Kutukan akan berakhir setelah 1000 tahun. Kemenangan Dewa Indra atas Mayadenawa kemudian menjadi simbol kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) yang diperingati sebagai Hari Galungan. Pada Hari Raya Galungan, ada tradisi untuk membuat Penjor. Penjor adalah simbol dari Gunung sekaligus simbol dari keberadaan para Dewa. Penjor berbentuk seperti umbul-umbul dengan bahan tiang dari bambu dan hiasan utama janur, padi, kelapa, buah serta hasil-hasil bumi lainnya. Ini sebagai simbol bahwa semua hasil bumi yang kita nikmati berasal dari Tuhan. Penjor biasanya dibuat sehari sebelum Galungan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan Peringatan Hari Galungan sebenarnya sudah dimulai beberapa hari sebelum Galungan dan berakhir beberapa hari setelah Kuningan. Galungan minus 6, hari Kamis (Wrespati) Wage wuku Sungsang, disebut Sugimanek (Sugihan) Jawa, adalah hari kedatangan para Dewa ke Bumi. Pada hari ini umat melakukan upacara ditujukan kepada para Dewa dan luluhur Galungan minus 5, hari Jumat (Sukra) Keliwon Sungsang, disebut Sugimanek (Sugihan) Bali, adalah hari untuk membersihkan diri. Umumnya umat melakukan upacara di pura (matirtha yatra), berdoa dan lebih menghayati ajaran dalam Kitab Suci Weda. Galungan minus 3, hari Minggu (Redite) Pahing Dungulan adalah hari dimana umat disarankan untuk melakukan semedi untuk menenangkan diri. Pada 3 hari sejak hari Minggu akan datang 3 macam Bhuta yang akan menggoda pikiran kita yaitu Bhuta Galungan, Bhuta Dungulan, and Bhuta Amangkurat. Pada hari Minggu atau Senin ini, umat mulai membuat kue atau tape untuk Galungan. Galungan minus 1, hari Selasa (Anggara) Wage Dungulan disebut Penampahan, biasanya umat melakukan pemotongan hewan untuk keperluan upacara. Juga melakukan caru/segehan di halaman rumah ditujukan kepada Sang Bhuta Galungan. Galungan, hari Rabu (Budha) Keliwon Dungulan adalah hari kemenangan atas ujian mental selama 3 hari dari Sang Bhuta Galungan sekaligus simbol kemenangan Dharma melawan Adharma. Persembahan ditujukan kepada Tuhan dan leluhur yang turun ke dunia Galungan plus 1, hari Kamis (Wrespathi) disebut Umanis Galungan, adalah hari dimana umat bisa menikmati hari kemenangan. Umumnya orang melakukan rekreasi ke tempat-tempat wisata. Galungan plus 5, hari Senen (Soma) Keliwon Kuningan, disebut Pamacekan Agung, adalah hari untuk berdoa untuk tujuan yang mulia dan kebersihan hati. Pemacekan berasal dari kata �pacek� yang berarti di tengah (5 hari setelah Galungan dan 5 hari sebelum Kuningan). Galungan plus 10, hari Sabtu (Saniscara) Keliwon Kuningan, disebut Tumpek Kuningan, hari datangnya para Dewa dan luluhur ke dunia, namun hanya sampai pukul 12 siang. Itulah sebabnya umat melakukan upacara sebelum tengah hari berlalu Galungan plus 35, hari Rabu (Buda) Keliwon Pahang, disebut Pegat Wakan, adalah hari terakhir dari rangkaian meditasi selama 42 hari sejak Sugimanek Jawa. Walopun sedikit telat, kita kru tourdebali mengucapkan Selamat Hari Galungan dan Kuningan kepada semua yang merayakan. Semoga Tuhan selalu melindungi kita dan dunia beserta isinya. Coment saya : selamat merayakan hari raya galungan dan kuningan bagi yang merayakannya, Tahun ini ane merayakan galungan ma kuningan di rumah nyonya gan... Om shanti shanti shanti ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() TS mengharapkan : ![]() ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|