FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() DIJAMIN TIDAK ![]() agan2 pasti masih belum tau sama komunitas yang satu ini: ![]() dari namanya, komunitas ini berhubungan sama capung. ya, gan ini adalah komunitas yang concern terhadap capung. ane mau memperkenalkan komunitas ini taukah agan2 bahwa ini adalah komunitas pemerhati capung pertama di INDONESIA? ini dia lengkapnya: [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Mengungkap Misteri Capung Brantas Zaman sekarang masih main di sungai? Yap, jangan salah, main di sungai jadi agenda favorit Dempo Dragonfly Society (DDS) untuk memburu serangga yang menginspirasi desain pesawat terbang ini. Penasaran? DDS adalah kelompok anak muda yang mau belajar mengenal capung. Ya, serangga tercepat terbang itu adalah capung. Berawal dari hobi fotografi, anak-anak SMAK St Albertus (lebih dikenal SMA Dempo), Malang, terpikat keindahan capung. Sorot matanya tajam seperti pasukan baja hitam, tubuh dan sayapnya cantik berwarna-warni. Pergerakan sayapnya sekeren helikopter, dan kalau udah nungging... bak foto model! Eitss, masih ada lagi keistimewaan capung. Tak hanya indah dipandang, capung juga memberi manfaat bagi manusia. Salah satunya, membantu mengetahui kualitas air di lingkungan sekitar kita. Boleh senang kalau masih bisa bertemu banyak capung karena itu tandanya perairan kita relatif bersih dari pencemaran. Kenapa? Karena telur dan nimfa hanya bisa berkembang biak dan bertahan hidup di perairan yang tak tercemar. Sungai Brantas yang panjangnya 320 kilometer itu bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu). Sungai ini mengaliri 16 kabupaten/kota di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Sayangnya, sungai sepanjang Brantas pun tak luput dari pencemaran pestisida, limbah pertanian, limbah permukiman, sampai limbah industri. Padahal, masyarakat di sepanjang aliran sungai amat bergantung dalam hal irigasi dan bahan baku air minum. Sama dengan capung yang kena imbasnya karena habitat mereka makin tak layak. Nah, karena itu DDS terdorong mempelajari capung yang masih dapat ditemui dan menyusun dokumentasi keanekaragaman capung di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas wilayah Malang. Mengenal capung Capung (Jawa: kinjeng/gantrung/kutrik, Sunda: papatong, Banjarmasin: kasasiur) tak pernah jauh dari air. Ia selalu di dekat genangan air, aliran sungai, atau rawa-rawa. Ia juga senang dengan cuaca cerah dan terik. Ada dua jenis yang biasa kita temui, yaitu capung biasa (dragonfly) dan capung jarum (damselfly), keduanya termasuk ordo Odonata. Mudah kok membedakan keduanya. Capung jarum tubuhnya lebih kecil dan ramping dibandingkan capung biasa yang tubuhnya besar dan terlihat kokoh. Kalau pernah bertemu capung yang terbang cepat, itu adalah capung biasa. Sebab, capung jarum terbang dengan lemah sehingga wilayah jelajahnya tak seluas capung biasa. Daur hidup capung ada 3 tahap, yaitu telur-nimfa-dewasa. Telur berkembang menjadi nimfa yang hidup dengan insang di dalam air. Nimfa hidup di air selama beberapa bulan hingga tahun. Kemudian ia akan naik ke permukaan dengan memanjat batang dan daun tumbuhan air sebelum melepaskan kulitnya menjadi capung dewasa. Kegiatan DDS DDS beraktivitas sejak pertengahan tahun lalu. Agenda wajib: menyusuri sungai atau rawa berburu capung. Bermodal kamera dan berani kotor, DDS mendokumentasikan spesies capung dalam bentuk foto. Sudah 26 jenis capung biasa dan capung jarum yang berhasil didokumentasikan. Mendokumentasikan capung bukan perkara gampang lho! Kesabaran dan ketekunan benar-benar diuji. Berulang kali gemes karena capung yang mau dipotret enggak bisa diam. Hinggap beberapa detik, terbang. Sering harus masuk ke dalam air setinggi paha hingga perut, untuk mengabadikan capung yang sedang menjalani masa reproduksi. DDS juga mengamati habitat dan kehidupan capung. Untuk mendapatkan itu semua, kita kudu rajin menyusuri sungai atau rawa karena setiap kesempatan menyajikan momen yang berbeda. Sebaliknya, pada satu kesempatan kita bisa melihat banyak momen sekaligus, mulai dari capung jantan sedang merayu betina sebelum bereproduksi, betina sedang bertelur, hingga pertarungan capung jantan merebut betina. Tapi enggak melulu di sungai. DDS juga harus membolak-balik buku untuk mengidentifikasi setiap jenis capung yang ditemukan. Sayangnya, buku referensi mengenai capung jarang ditemukan di Indonesia, harus rajin browsing internet. Dari 26 spesies, 20 di antaranya sudah diketahui namanya, seperti Neurothemis ramburii ramburii, Libellago lineata indica, Trithemis festiva, Tholymis tillarga, dan Aciagrion occidentale. Nah, untuk setahun ke depan, DDS akan membuat insektarium, membuat kolam pengamatan capung, serta sosialisasi dan kampanye tentang keberadaan capung di tengah kehidupan manusia. keren ya gan! silahkan mampir di blog dan facebook DDS - Indonesia http://indonesiadragonfly.wordpress.com Facebook : Dempo Dragonfly Society - Indonesia twitter: DDS_Indonesia email: [email protected] ![]() ![]() ![]() jangan bata ya gan! ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|