FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
hai agan2 smua ![]() ane mo berbagi sajak-sajak cinta ![]() bagi yg berkenan kasi ane ![]() ![]() tolong jgn kasih ane ![]() ![]() Langsung aja ya,Cekidottss ~ Cekidott ~~ Duduklah di sini, berdua dengan senja; menikmati cinta yang pernah melukai kita. ~ Tak ada yang peduli pada kicau seekor burung di taman, kecuali ia yang tangannya memegang sangkar kosong. ~ Seekor burung menuliskan puisi lewat kepak sayapnya di angkasa, hujan turun, seakan Tuhan begitu memahami kepedihannya. ~ beri aku senja, senja yang tak memilukan, senja yang memendarkan cinta dan harap walau dalam kelam ~ hal-hal kecil mengenai cinta yang tidak pernah aku mengerti adalah perasaan cemburu. ~ Mencintaimu membuatku paham, di mana Tuhan meletakkan akal dan perasaan ~ aku tulis huruf demi huruf, tulisan kecil dan sederhana, hanya sekedar mengingatkan bahwa aku pernah ada ~ Kuberi kau sepasang sayap, dan kubiar lepas. Begitulah, sebaik-baik aku mencintaimu. ~ Kebahagiaan adalah bagaimana engkau tersenyum, pun jika bukan aku yang menjadi sebabnya. ~ Sepasang burung elang melintasi langit hitam, dari kepak sayapnya sayup-sayup kudengar suara sepi berjatuhan. ~ Rinduku lahir, jauh sebelum sunyi dan malam diciptakan. ~ seperti dagingdaging ditikam jeruji api, demikianlah terkadang takdir menguji, membawa kita, kepada nyeri demi nyeri. ~ sesempit apapun malam ini, Cinta; selalu ada yang luas, untuk ciumanmu. ~ lalu engkau membuka bajumu, membiarkan sedih yg begitu beku merayap lembut ke tubuhmu, kesedihan yg tak tertampung dadaku. ~ aku menyimpan kerinduan, semesta pertanyaan. dan engkau menyimpan jawaban, semesta kecintaan ~ inilah puisi, cinta yang minta dinyatakan, ke dalam sajak yang diam-diam terbaca oleh airmata ~ huruf-huruf menggeletar sepanjang ingatan, adalah puisi tak usai dituliskan. adalah diriku yang tak usai kuterjemahkan ~ Aku ingin memanggilmu senja, agar setiap sore aku, melihatmu. Sebagai keindahan, bukan kehilangan. ~ luka -- seperti air hujan yang menetes di kaca -- tak mampu kau menyeka dari baliknya ~ Sengaja jendela kubiarkan setengah terbuka; jika kau ragu pergi, tak usah kau ragu kembali. ~ Yang hidupnya selalu dihantui cemburu, ia yang akan paling banyak menuai rindu ~ Di pojok taman, seorang lakilaki menyalakan rokoknya berkalikali, di kamar sepi, seorang wanita menangisi sebuah puisi ~ temui aku malam ini, untuk pertama dan terakhir kali, mari kita sudahi, kisah yang tak pernah kita mulai ini ~ Aku hanya ingin menjadi cukup bagimu. ~ Di pikiranmu, benangbenang memintal tubuhnya sendiri, dan jarumjarum, menusuk punggungnya sendiri ~ salibkan aku, di antara puisi dan cinta; yang kedua ujungnya menyentuh mata, dan pangkalnya tertanam di dada ~ dan tanpaku, engkau telah mengenakan mahkota duri -- duri api, menyalibkan sedih yg tak termaknai ~ segelas kopi tanpa gula, meneguk pahit yang berulang, menikmati pengkhıanatanmu yang panjang. ~ bahkan saat melihat kesedihanku, pisau itu hanya menangis risau, seakan memahami apa yg tak mampu ditanggung jantungku. ~ Suatu pagi, katanya, ia bercermin dan tak lagi menemukan aku. ~ Seorang gadis kecil sibuk dengan bonekanya di pojok taman, seorang laki-laki memunguti air matanya semalam. ~ tak ada keluh pada peluh, cinta memberi segala tanpa meminta kembali, selain cinta itu sendiri ~ kita belajar pada kesetiaan matahari, ketabahan bumi, ayat-ayat semesta yang terbaca setiap hari ~ apa yg kaulihat di dalam tasik itu, tampan? kekasih, atau maut yg dengan girang kausambut ~ Pada mulanya bukan kata. Tapi suara. Berbisik pelan ke telinga, "Hai, cinta!" ~ Kembali kata-kata dipermainkan cuaca. Pun tubuhku hanya bayangan yg enggan kau baca ~ dengus nafasmu adalah angin yg lelah menjelajah seluruh liku tubuh. terdengar seperti kabar perjalanan dari jauh. ~ matamu sepasang lembah. dalam dan tak terbaca. menatapmu seperti menatap malam tanpa tengara. siapa tak menyerah? ~ bibirmu kemarau panjang. tersangkut di sana seperti mengunjungi kerinduan yang akut -- segenggam tanah gersang ~ dan di jalan yang mirip lekuk tubuhmu kau bilang, aku sedih kehilangan kamu. aku tak ubahnya jalanan lengang. ~ sungguh aku ingin menciummu tadi saat di luar sore menjelma kereta yang akan membawaku pergi ~ Sebagai orang ketiga, aku adalah yang pertama menyayangimu. ~ aku menyerah, tak lagi mencari tahu siapa kamu di balik jantung kata-kata; kubiarkan kamu dalam sunyi yg tak mampu kuhampiri ~ Lampu itu, Cintaku. Padamkan sebelum ia dipadamkan, sebab kita punya malam tak sampai satu ciuman. ~ tak ada yang kusebut kesepian, kecuali terjaga malam dengan perut kelaparan. ~ Demi seribu kenangan, sesaplah luka-luka, getir yang mungkin akan membawamu sampai pada cinta. ~ Cukup segini ya ![]() ![]() UPDATED : Mungkin begini cinta mengajari kesetian, kadang dengan sebuah kebohongan. Setiap perindu dan pecinta wajib sabar ~ Dari sanalah, rindumu kau terbangkan, dari kipas-kipas angin yang memutar jiwa kita. ~ inilah tubuh kesepian itu, tubuh yg hanya dipeluk malam dan kecemasan, sementara kecemasan lain, sedang didetakkan rembulan ~ Ia menatap dalam-dalam; kayu yg terbakar sekam. Berharap dalam diam, kenangannya mengabu, lalu tertiup jauh, jauh. ~ Beri aku sebuah kehabagiaan, yang kekal dalam ingatan, sebelum tiba sesuatu yang tak pernah kita inginkan ~ Cintaku seluas genang airmatamu, yang tenang menenggelamkan kenangan, kita. ~ Sekali, ketika lari aku bernafsu ke arahmu. Yang kaulihat bukanlah tubuhku. Tapi ketakutanku. ~ Kian deras diriku bercinta dengan arusmu. Kian bening tubuhku berpeluk dengan tubuhmu. ~ Kutanahkan tubuhku agar kauhujani aku. Kukeringkan mataku dan kau airmataku. ~ Kian bersinar mataku tersentuh mata airmu. Kian berkilau dirimu bercinta dengan akarku. ~ Karena aku sibuk belajar mencintaimu, Sayang. Maka, jadilah guruku yang baik. ~ Aku, sinar matahari terik. Kau, hujan yang baru saja rintik. Sedang rindu, ia gundah mesti dimana berteduh. ~ Kelak pada waktunya, waktu akan memasrahkan tubuhnya dilumat rindu. ~ Manis lezat, siapakah namamu?Aku mulut yang mengulum, gigi yang menggigit, lidah yang merasakannya. ~ Aku telah kehilangan banyak kebahagiaan, sebab itu aku tak mau melewatkanmu. ~ Senyummu bunga musim cerah. Matamu surya, memancar ramah ~ Rebahkan segala kesedihanmu di pelukanku, biar aku, yang berjaga merawatnya ~ Segala yang tertulis dan yang tak tertulis, yang terkatakan dan yang tak terkatakan, segala rahasia yang fana, ialah cinta ~ minggu pagi ini, ingin aku kembali merayu, dengan senyum baru yang tak kau kenali dukanya. ~ Sebab engkau telah ada sebelum tiba, selalu ada setelah tiada, maka kusebut engkau; cinta...~ Sebelum berpisah, kau menciumku dgn ciuman yg blm pernah kurasakan sebelumnya; seolah waktu tak dapat lagi menunda kecemasanmu ~ diamlah sebentar, akan kubacakan sebaris sajak, merayakan segala sepi milik para penyair ~ yang menatap sepi, membujuk rembulan, meminta cahayanya menemani, dia bercakap sendiri ~ ntar ane update lagi ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|