Kenapa Lebih Banyak "Pohon Natal" Ketimbang "Kandang Natal"..??
Pohon Natal
[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Pohon Terang:
Pohon Natal/ Pohon Terang yang pertama kali dibuat oleh Pangeran Albert dan istrinya, Victoria dari Jerman. Waktu itu pohon Natal dihiasi lilin dan digantungkan aneka permen serta kue-kue Natal. Lilin-lilin untuk menunjukkan pada anak-anaknya bagaimana bintang-bintang berkilauan di langit yang kelam. Dan seiring dengan waktu, pohon Natal pun didekorasi dengan hiasan-hiasan menarik.
Kandang Natal
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kandang Natal:
Sedangkan sejarah kandang Natal bermula dari Santo Fransiskus dari Assisi, pendiri ordo Fransiskan. Pada 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah Greccio, Italia, dan menyajikan kembali situasi kelahiran Yesus di dalam kandang di Kota Betlehem.
"Gereja Katolik banyak menggunakan simbol seperti patung dan kandang Natal lebih untuk mengingatkan lahirnya Tuhan Yesus". Tradisi ini kemudian berkembang luas di wilayah Eropa dan akhirnya di Gereja-gereja Katolik di Indonesia (yang aslinya memang dari Eropa).
Gua Natal, Ciri Khas Kristen Katolik
Sekretaris Gereja Katolik Santo Ignatius Cimahi Matius Suwarno mengatakan, kandang Natal itu merupakan tempat kelahiran Isa Almasih. "Kenapa dipilih kandang, itu ciri khas dan simbol kesederhanaan karena Isa Almasih dilahirkan Maryam di kandang domba," kata Matius
Tujuan dari Gua/ Kandang Natal?
Apakah dekorasi kandang atau gua dan pohon natal itu bersifat wajib dalam tata liturgi natal? Itu semua adalah sarana visual yang dibuat untuk membantu penghayatan kita akan misteri Natal kelahiran Tuhan Yesus yang agung. Secara Historis bermula dari ide St. Fransiscus Asisi yang pertama kali memunculkan ide membuat kandang natal dengan 3 dimensi di sekitar altar (bahkan konon dengan memasukkan juga kambing hidup dalam gereja!) untuk membantu umat memahami situasi khas Natal kelahiran juruselamat.
Sesuai dengan maksudnya: Membantu penghayatan umat! maka ini bersifat sekedar bantuan, bukan yang utama atau yang pokok. Prinsipnya harus jelas: Jangan sampai mengaburkan makna sekitar Altar dan pusat perhatian kita akan Ekaristi malam natal perayaan kelahiran sang Emanuel-Juruselamat.
Jadi entah itu perarakan, pemberkatan, tablo, gua/ kandang natal, hanyalah simbol-simbol tambahan di luar ketentuan liturgi yang resmi. Dari segi ini, maka kalaupun mau ditiadakan, perayaan Misa natal tetap berjalan utuh dan sah! Dan kalau mau diadakan ya sebaiknya sebelum atau sesudah perayaan Ekaristi (baik persiapan maupun pelaksanaannya)