FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
> Andy, Sahabat Yesus
> > Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, > Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah bebatuan > dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya di mana banyak kendaraan yang > melaju kencang dan tidak beraturan. > > Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir > sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan. Tindakannya > selama > ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah > yang lugu dan beriman tersebut. > > "Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah?" > > "Ya, Bapa Pendeta!" Balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati > Pendeta > tersebut. > > Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata > kepada bocah tersebut, "Jangan menyeberang jalan raya sendirian. Setiap > kali > pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke > seberang jalan. Jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang > ke rumah dengan selamat." > > "Terima kasih, Bapa Pendeta." > > "Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah > pulang sekolah?" > > "Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan... sahabatku." > > Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di > depan > altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi di > balik > altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga. > > Andy berkata... > > Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku > tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. > > Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan > yang > bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi > melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang > terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar. > > Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu > minggu depan. Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa... > paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah. > > Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah > bulan > ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong bantu mereka > supaya bisa sekolah lagi. Tolong Tuhan... > > Oh ya, Engkau tahu ibu memukulku lagi karena aku nakal. Ini memang > menyakitkan, > > tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya > seorang Ibu. > > Tuhan, Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, di > sini... di sini... aku rasa Engkau tahu yang ini kan? Tolong jangan marahi > Ibuku ya? Dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan > biaya > sekolahku... Itulah mengapa dia memukul kami. > > Oh Tuhan... Aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis > yang > cantik di kelasku, namanya Anita. Menurut Engkau apakah dia akan > menyukaiku? > Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku > tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah > sahabatku. > > Hei... ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu > saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan > bagiMu. > Aku berharap Engkau akan menyukainya. > > Ooops aku harus pergi sekarang. > > Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta, > Bapa > Pendeta, aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku > menyeberang jalan sekarang!" > > Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen > sekalipun. > > Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari > Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang > murni > kepada Allah... suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif. > > Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa > memimpin > gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada > 4 > wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala > sesuatu > yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang > menyinggung > mereka. > > Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari > pesta > Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan... Aku..." > > "Kurang ajar kamu bocah!!! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa???!!! > keluar...!!!" > > Andy begitu terkejut, "Di mana Bapa Pendeta Agaton? Dia seharusnya > membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat > pintu > belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, ini > hari ulang tahun-Nya, aku punya hadiah untuk-Nya..." > > Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari > keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. > > Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah... kamu akan > mendapatkannya! !!" > > Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian > menyeberangi > jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. > > Dia mulai menyeberang ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan > kencang, sebab di situ ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. > > Andy melindungi hadiah tersebut di dalam saku bajunya, sehingga dia tidak > melihat datangnya bus tersebut. > > Waktunya hanya sedikit untuk menghindar, tapi itu tidaklah cukup... > > Dan... > > Andy pun tewas tertabrak. Orang-orang di sekitarnya berlarian dan > mengelilingi tubuh bocah malang yang tak bernyawa tersebut. > > Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan > wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk > tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis. > > Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf Tuan, apakah Anda > keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?" > > Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu > dalam > segera berdiri dan berkata, "Dia adalah sahabatku." > > Hanya itulah yang dia katakan. > > Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan > menaruhnya di dadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah > malang > tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut > semakin > penasaran... > > Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. > Dia > berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih > tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua > Andy. > > "Bagaimana Anda mengetahui putera Anda meninggal?" > > "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy > terisak. > > "Apa katanya?" > > Ayah Andy berkata, "Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat > berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas > meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi > ada > suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia > menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy > dari > wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan > sesuatu..." > > "Apa yang dia katakan?" > > "Dia berkata kepada puteraku... 'Terima kasih buat kadonya. Aku akan > segera > berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku.'" > > Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian, semuanya itu terasa begitu > indah. Aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu > aku menangis karena bahagia... aku tidak dapat menjelaskannya Bapa > Pendeta, > tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati > kami. Aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku... Aku tidak > dapat > melukiskan sukacita di dalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di > Surga > sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta, siapakah Pria ini yang > selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya > mengetahui karena Anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali pada > waktu > puteraku meninggal." > > Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes di pipinya, dengan > lutut > gemetar dia berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali > dengan Tuhan." Terkait:
|
![]() |
|
|