FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]()
�Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu� (Efesus 4:32).
Pada tahun 1985, Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, mengunjungi sebuah pemakaman militer Jerman di Bitburg dan menaruh karangan bunga pada monumen di sana. Ia mengharapkan ini sebagai isyarat perdamaian, suatu jalan untuk pada akhirnya mengatakan selamat tinggal pada kenangan pahit Perang Dunia II. Namun karangan bunga itu menyebabkan perbincangan internasional yang negatif. Mengapa? Karena 49 tentara SS dikuburkan di sana, dan SS Hitler bertanggung jawab atas banyaknya kekejaman pembantaian terhadap orang-orang Yahudi. Sikap perdamaian itu boleh-boleh saja, kata orang-orang, tetapi Presiden Reagan tidak mempunyai hak untuk mengampuni apa yang telah dilakukan kepada orang-orang Yahudi. Hanya orang-orang Yahudi yang bisa melakukan itu. Sebagaimana syair yang pernah John Dryden tuliskan: �Pengampunan itu milik orang yang disakiti.� Hanya yang disakiti, yang dilukai memiliki hak untuk mengampuni. Pengarang esai, Lance Morrow, menjelaskan, �Presiden Reagan bisa mengampuni John Hinckley karena telah menembak dia. Namun dia tidak bisa mengampuni, katakan saja, Ali Agca karena menembak Paus Yohanes Paulus II. Hanya Yohanes Paulus yang bisa melakukan itu.� Ketika kita telah bersalah kepada orang lain, Roh Kudus seringkali menyarankan kita untuk meminta maaf kepada mereka. Beberapa orang memikul beban rasa bersalah selama bertahun-tahun. Ada hambatan antara mereka dan orang lain. Kata hati mereka menghukum mereka atas sesuatu yang telah mereka lakukan untuk menyakiti seorang anggota keluarga atau teman. Ketika kita menyakiti orang lain, kita sebenarnya telah menyakiti anak-anak Allah. Mengampuni Berarti Menyelamatkan Diri Sendiri Langkah pertama dalam penyembuhan rohani adalah mengakui dosa kita kepada Allah. Ada tertulis: �Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita� (1 Yohanes 1:9). Ketika kita datang kepada Allah dalam kesedihan, meminta Dia untuk mengampuni kita, Ia melepaskan kita dari hukuman dosa. Kesalahan moral kita lenyap. Paulus menyatakan satu kebenaran kekal dalam Kisah 24:16, �Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.� Masihkan terdengar bagi telinga hati kita, kata-kata yang pernah diucapkan Yesus yang tersalib? Kata-kata itu kiranya tercurah atas kita semua: �Bapa, ampunilah mereka.... Bapa, ampuni mereka.� Ketika seseorang yang merasa disakiti atas perlakuan pimpinan yang kurang adil misalnya, ia memaafkan pimpinan itu lalu meminta maaf atas kebencian yang ia simpan selama berbulan-bulan, maka ia pun menyelamatkan dirinya sendiri. Sebagaimana Paulus katakan: �Sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat� (2 Korintus 2:7). Pengampunan Kristus adalah sikap ramah yang mencairkan hati kita yang mengeras. Kemurahan Kristus memenangkan kita. Kasih-Nya, meskipun dengan semua yang kita lakukan untuk melukai Dia, memenangkan kita; itu semua membuat kita menjadi selamat. Mengampuni Sebagai Alamiah Kesehatan Maksimum Dr. Herbert Benson dari Harvard University, dalam karya laris berjudul The Relaxation Response. Ia telah mengembangkan suatu teknik sederhana untuk membantu orang-orang mengurangi stres. Pada hasil penelitiannya, Benson mendapati bahwa mereka yang merasakan suatu lebih dekat dengan Allah maka kesehatan mereka lebih baik, bahkan kesembuhan mereka pun lebih cepat. Mereka adalah orang-orang beragama, orang-orang yang berkata bahwa mereka mengarahkan pikiran kepada kebaikan Tuhan yang telah mengampuni mereka, dan membagikan kasih Tuhan yang mengagumkan itu dalam tindakan keseharian mereka. Dr. Benson mulai mempelajari apa yang terjadi kepada orang-orang ini ketika mereka merasakan dekat dengan Allah. Benson mengamati sebuah struktur kecil di otak berbentuk buah badam yang disebut amyangdala yang tepatnya disebut pusat pengalaman keagamaan di otak. Ahli saraf Rhwan Joseph menyimpulkan, �Pengalaman keagamaan memiliki dasar neuroanatomi.� Dengan kata lain, ada agama di kepala kita. Dr. Benson bahkan mengatakannya lebih tegas dalam bukunya Timeless Healing, �Cetak biru genetika kita menceritakan bahwa kepercayaan adalah sifat dasar kita. Otak kita secara spesifik dirancang untuk mengikuti Tuhan. Ketika kita mengampuni seseorang sebagaimana Tuhan telah mengampuni kita, maka gelombang listrik otak di amyangdala akan merangsang produksi endorfin kimia yang positif. Endorfin ini pemberi kesehatan maksimum bagi kehidupan. Panggilan Pengampunan Pemazmur membagikan panggilan pengampunan kepada kita semua dalam perkataannya, �Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan� (Mazmur 130:3, 4). Apakah pengampunan itu ada harganya? Tentu saja! Tetapi apakah pantas bagi seseorang yang sangat menyakiti kita sekalipun? Tanyakan saja kepada diri sendiri yang telah diampuni Yesus dan membagikan keselamatan pengampunan itu kepada keluarga kita, juga kepada orang lain |
![]() |
|
|