5th August 2011
|
Member
|
|
Join Date: Jul 2011
Posts: 83
Rep Power: 0
|
|
(KISAH NYATA) Survivors dari pesawat yang jatuh memakan penumpang yang lain, ndan!
Quote:
Syahdan 13 Oktober 1972, sebuah pesawat Fairchild FH-227 dari Uruguayan Air Force nomor penerbangan 571 yang di piloti oleh Kolonel Julio Ferradas beserta ko-pilot Letkol Dante Lagurara dan berpenumpang 40 orang dan 5 awak (termasuk pilot dan ko-pilot) lepas landas dari Mendoza, Argentina untuk menuju Santiago, Chili. Pesawat kemudian jatuh di pegunungan Andes. Sebelum jatuh, pilot menginformasikan ATC bahwa mereka telah melewati Curico. Ini berdasarkan perhitungan melalui dead reckoning bahwa berdasarkan kecepatan "ini" dan waktu selama beberapa menit "ini", maka seharusnya mereka telah melewati Curico. Mendengar informasi pilot bahwa mereka telah melewati Curico, ATC memberikan clearance untuk menurunkan ketinggian. Kesalahan dari pilot adalah tidak memperhitungkan adanya headwind yang dapat melambatkan kecepatan pesawat dan tidak menambah estimasi waktu tempuh saat dead reckoning itu. Kesalahan ini yang membuat mereka berbelok dan menurunkan ketinggian terlalu awal yang selanjutnya berakibat bertabrakan dengan gunung. Dari ke-45 penumpang itu, 12 orang tewas baik seketika maupun beberapa saat setelah kecelakaan itu.
atas: saat di Mendoza, sebelum berangkat
atas: foto beberapa menit sebelum kecelakaan...
Beberapa jam setelahnya, tim gabungan dari 3 negara (dua diantaranya adalah Chili dan Argentina) mengerahkan operasi pencarian dari udara. Tempat dimana badan pesawat (fuselage) nahas itu berada (yang dijadikan tempat tinggal oleh para penumpang yg selamat) termasuk dalam area yang ter cover operasi itu. Mereka yang selamat ini dapat melihat pesawat SAR yang berputar-putar, namun karena badan pesawat yang jatuh itu berwarna putih sehingga sulit dilihat oleh pesawat pencari. Pada hari ke-11, pencarian dihentikan.
atas: foto asli usaha pencarian korban dari udara
foto yang di potret oleh salah satu survivors diatas memperlihatkan para survivors, potongan badan pesawat yang berwarna putih, dan gunung salju sebagai latar belakang
Akibat parahnya luka dan hipotermia, jumlah penumpang yang selamat terus mengecil hingga pada 24 Oktober hanya 27 orang yang masih dapat bertahan hidup. Ke-27 orang ini pada awalnya memakan coklat yang dibagikan kecil-kecil dan makanan yang tersisa serta minum air dari salju yang dicairkan. Namun setelah coklat dan makanan habis, mereka harus menemukan sumber makanan lain. Kemudian mereka memakan kulit dari kopor dan ikat pinggang. Sadar bahwa kulit-kulit ini telah diproses secara kimia, maka mereka harus menemukan sumber makanan lain. Akhirnya beberapa dari mereka mengusulkan untuk memakan penumpang yang telah meninggal. Usul ini tak langsung diterima begitu saja, mengingat mereka yang telah meninggal itu adalah teman dekat dan keluarga mereka. Namun akhirnya mereka menerima usul ini karena keadaan mengharuskan demikian. Masing-masing dari mereka bahkan berjanji bila mereka mati, maka mereka rela tubuhnya dimakan. Jasad pilot, Kolonel Julio Ferradas, menjadi santapan pertama mereka .
Pada pagi hari tanggal 29 Oktober, terjadi longsor salju yang menggulingkan dan menimbun tempat mereka tinggal yaitu badan pesawat. 8 orang tewas karenanya, sehingga menyisakan hanya 19 orang.
Sebelum terjadi longsor salju, mereka menyadari harus ada beberapa orang yang turun dari pegunungan untuk meminta bantuan dan mengabarkan bahwa beberapa orang dari kecelakaan itu masih hidup. Sebelum meninggal di hari pertama kecelakaan, ko-pilot berkata pada mereka bahwa pesawat telah melewati Curico. Berdasarkan informasi ini, mereka memutuskan bila tim yang diutus akan pergi ke arah barat dan hanya mendaki sebuah gunung karena mereka percaya bahwa dibalik gunung itu adalah dataran yang lebih rendah yang berpenghuni. Yang tidak mereka ketahui adalah bila mereka berjalan sejauh 18 mil ke arah timur, maka mereka akan menemukan sebuah hotel.
Pada 12 Desember 1972, tim dari para penumpang yg selamat beranggotakan 3 orang yaitu Nando Parrado, Roberto Canessa, dan Antonio Vizintín akhirnya berangkat untuk mencari bantuan. Mereka dilengkapi dengan kantong tidur (sleeping bag) yang mereka buat sendiri. Sebelum berangkat, Parrado memberikan ijin pada mereka yang tetap tinggal untuk memakan jasad ibu dan saudari perempuannya. Ketiga orang ini kemudian mendaki gunung itu. Ternyata setelah mencapai bagian gunung yang mereka kira sebagai puncak, ternyata itu bukan puncak gunung dan mereka harus mendaki lagi tinggi keatas.
Butuh waktu 3 hari untuk sampai di puncak gunung itu. Setelah sampai di puncak, alangkah terkejutnya Parrado bahwa dihadapannya masih banyak gunung yang terbentang. Mengetahui bahwa bekal mereka menipis sedangkan tujuan mereka masih jauh, maka Antonio Vizintín kembali ke badan pesawat. Hanya butuh waktu satu jam bagi Vizintín untuk meluncur turun. Sementara Parrado dan Canessa melanjutkan perjalanan mereka. Beberapa hari kemudian, Parrado dan Canessa bertemu dengan seorang pengendara kuda (huaso) bernama Sergio Catalan yang kemudian menghubungi tentara. Beberapa hari kemudian mereka berdua berhasil diselamatkan dan juga seluruh penumpang yang masih hidup. Total hanya ada 16 orang yang ditemukan hidup pada akhir evakuasi (termasuk Parrado dan Canessa)...
atas: foto asli yang memperlihatkan heli yang dikirim untuk mengevakuasi 14 survivors yang tersisa....
atas: foto "tugu" memorial untuk mengenang kecelakaan itu
|
Dirangkum dan diterjemahkan dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Uruguay...rce_Flight_571 dan film dokumenter berjudul " I Am Alive: Surviving the Andes Plane Crash"
sumber foto: http://www.viven.com.uy/571/eng/FotosIneditas.asp (situs resmi tragedi tersebut)
Yang ingin ane sampaikan dari cerita ini adalah: andai Parrado dan Canessa berputus asa setelah melihat banyaknya gunung yang harus mereka daki dan lewati, maka mereka dan teman-teman mereka tidak pernah bisa ditemukan hingga mereka mati kelaparan (atau mungkin saling bunuh untuk "bertahan hidup" ).
Tiru lah semangat mereka, tapi jangan tiru kanibalisme mereka. Kecuali kalo terpaksa
Kalau berkenan, bagi ya ndan/bro/sis
|