10th July 2011
|
 |
Member
|
|
Join Date: Jun 2011
Posts: 87
Rep Power: 0
|
|
Yang instan, jangan dipercaya
Quote:
Pada dekade terakhir ini jumlah produksi dan penggunaan bahan kosmetika di masyarakat semakin meningkat baik macam maupun jumlahnya.
Hal ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kesadaran individu untuk dapat tampil lebih menarik, terlihat sehat dan bugar serta cantik. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan sebagian besar adalah wanita, hal ini menjadi pangsa pasar yang menjanjikan.
Bagi orang atau industri kosmetik tertentu yang hanya mencari keuntungan besar, beberapa bahan yang berbahaya bagi kesehatan ditambahkan untuk mempercepat khasiat yang diharapkan. Sebagai contoh merkuri (Hg) dan rhodamin B untuk pemutih kulit dan pemoles bibir ternyata banyak yang dijual bebas. Dampak negatif bahan kimia tersebut dapat merusak kulit wajah.
Kosmetik seperti itu dapat membahayakan penggunanya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bahan-bahan berbahaya dalam kosmetik mutlak diperlukan. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Solo, dr Prasetyadi Mawardi SpKK, mengatakan merkuri sangat kuat dalam mengurangi produksi pigmen warna atau melanin, sehingga dapat secara instan memutihkan kulit.
Namun efek sampingnya sangat membahayakan jiwa. Merkuri tersebut dapat diserap oleh pembuluh darah, yang kemudian menyebar ke organ tubuh lain. Akibat yang harus ditanggung yaitu dapat menyebabkan kanker darah dan kerusakan organ dalam lainnya. �Tidak ada yang praktis, butuh proses yang lama untuk proses memperbaiki kulit,� kata dia, Minggu (3/7).
dr Prasetyadi memaparkan kondisi kulit tiap individu berlainan, bahkan untuk orang kembar sekalipun. Kondisi ini pula yang membuat adanya perbedaan penanganan antarindividu. �Saya cukup 0,1 vitamin A sudah cukup, mungkin orang lain butuh 0,01. Jadi tidak bisa disamakan,� katanya, saat ditemui Espos, di rumahnya di Kerten, Laweyan.
Realistis
Beberapa yang patut diperhatikan konsumen dalam memilih kosmetik di antaranya mengetahui kandungan atau isi dari kosmetik tersebut. Pengguna berhak pendapatkan penjelasan terkait kosmetik tersebut mulai dari manfaat yang didapat hingga efek samping yang akan diterima. �Konsumen juga harus tahu dan menghindari kosmetik yang mengandung bahan berbahaya,� tambah dia.
Selanjutnya yaitu tidak mudah percaya dengan iklan atau bujuk rayu yang menjanjikan hasil yang maksimal dengan waktu yang singkat. Menurut dr Prasetyadi, waktu yang dibutuhkan tubuh untuk mengganti kulit secara normal antara 28 hari hingga 35 hari. Dengan demikian, jika ada janji dari produk tertentu dapat memutihkan hanya dalam beberapa hari, hal itu tidaklah benar. �Iklan semacam itu semestinya ditertibkan,� ujar dia.
Berikutnya, tepat indikasi dan rasional. Konsumen pun diharap dapat lebih realistis dalam mewujudkan mimpinya menjadi cantik dengan cara memutihkan atau memperbaiki kondisi kulit wajah. Kulit berwarna sawo matang dan cenderung lebih gelap, akan makin lama untuk memutihkannya. Demikian juga jika ada bopeng yang lebar dan dalam, tentu sulit untuk diperbaiki. Lebih diutamakan yaitu memiliki kulit yang bersih dan menghindari obat-obatan yang justru berefek merusak.
Hal terakhir yaitu berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kulit, bukan ahli kulit. Menurut dr Prasetyadi, beberapa klinik kecantikan di Kota Solo diampu pihak yang mengaku ahli kulit, namun tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang tersebut. �Mereka tahu dari belajar sendiri atau berdasar pengalaman. Banyak yang gagal di ahli kulit, baru kemudian lari ke dokter spesialis,� tambah dr Prasetyadi.
|
|
