Pemakaman ini berpangkal pada logika karena adanya kesuliatn untuk menggali kubur dan mencari kayu untuk mengkremasi mayat, hal ini seperti kita ketahui bahwa kondisi geografis Tibet yang bergunung-gunung yang seringkali sangat terjal sangat menyulitkan pemakaman 'normal' dan karena alasan inilah, dari sekian aliran agama di Tibet, ada sebuah kelompok aliran tertentu di Tibet yang lebih senang mengubur mayat dengan metode sky burial. yang intinya adalah memberikan jazad almarhum kepada burung pemakan bangkai. Dipercaya bahwa sky burial akan lebih mempercepat roh si mati untuk naik ke nirvana . Perjalanan akan jauh lebih cepat dengan bantuan burung vultures. Yang dalam bahasa Tibet disebut Dakinis atau terjemahannya adalah "sky dancer' yang berarti "angel".
Ritual penguburan ini, dinilai sangat barbar dan keji, dan juga dianggap tidak menghormati mayat yang bersangkutan dan oleh karenanya, upacara sky burial ini pernah dilarang oleh pemerintah China ketika China komunis masih berkuasa di Tibet pada tahun 1960-1970, namun pada tahun 1980 an pemerintah Tibet mengijinkan kembali acara ini untuk tetep berlangsung, karena bagaimanpun juga model ritual ini selain masih dilakukukan oleh sebagian masyarakat, walau sudah dilarang,.
Sky burial juga merupakan ritual agama yang mempunyai arti sangat penting bagi kelompok yang menyakininya dan merupakan warisan budaya Tibet juga . Bahkan di tahun-tahun belakangan juga menarik para jurnalis dunia untuk menggali berbagai informasi tentang Sky burial dan juga tentu menarik para turis, walau upacara sky burial ini lebih sering dilakukan sangat tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menyaksikan jalannya upacara yang mendirikan bulu roma ini.