Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th April 2011
d_smiling_face's Avatar
d_smiling_face d_smiling_face is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2011
Location: perkebunan cabe
Posts: 410
Rep Power: 0
d_smiling_face hobinya dikasih cabe!d_smiling_face hobinya dikasih cabe!d_smiling_face hobinya dikasih cabe!
Unhappy Jika Bumi jatuh dari poros edarnya

Sanggupkah bumi bertahan hingga beberapa tahun kemudian pada porosnya sembari melakukan rotasi dan revolusi demi menopang pertumbuhan populasi umat manusia dari hari ke hari kian meningkat???



Pertanyaan ini relevan diajukan seiring tekanan dari dalam bumi itu sendiri akibat fenomena peningkatan populasi umat manusia yang diprediksi sampai tahap menghawatirkan. Jauh sebelum itu terjadi, Thomas Malthus tepatnya tahun 1789 telah menegaskan kekhawatiran itu. Dalam tulisannya ‘ an Essay on the Principle of Population’ bahwa pertambahan populasi ummat manusia mengikuti deret ukur, kontras dengan suplai bahan pangan hanya mengikuti deret hitung saja. Diilustrasikan antara kecepatan pertumbuhan populasi seperti kecepatan kuda dengan kecepatan suplai bahan pangan sama dengan kura-kura.


Gambar tersebut mempertegas Thomas Malthus. Tahun 1804 bahwa populasi manusia dulunya di bumi hanya 1milyar jiwa kemudian terus bertambah sampai 2010 mencapai lebih 6 milyar jiwa. Pertumbuhan populasi dunia terjadi setiap tahun sekitar 2,04 persen atau setara dengan 86 juta jiwa. Tahun 2011 ini telah diprediksi populasi mencapai 7 milyar hingga 2040-45 membengkak menjadi 9,2 milyar jiwa. Beberapa pandangan mengatakan kalau prediksi Malthus tersebut meleset karena pertambahan populasi ummat manusia lebih cepat dari prediksi dengan kemampuan ketersediaan bahan pangan yang cukup. Hitungan Malthus tidak memperkirakan bagaimana kemajuan inovasi teknologi dapat melimpat-gandakan produksi. Sekalipun meleset tetapi Malthus telah berjasa meletakkan dasar kekhawatiran akan ledakan populasi manusia sehingga negara terprovokasi untuk bekerja keras mengantisipasi kekurangan pangan dalam negeri. Tidak sedikit pemimpin di dunia jatuh oleh ketidakmampuannya mengatasi pangannya. Kekurangan pangan akan berimplikasi ke ranah hukum, politik dan social yang berdampak pada mosi tidak percaya kepada pemerintah yang berujung pada penggulingan kekuasaan pemerintah oleh rakyat.

Dua contoh Pemimpin dunia dalam masing-masing pidatonya mengenai keprihatinan sumber pangan mencukupi kebutuhan umat. Soekarno menegaskan “…., apa yang hendak saya katakan itu, adalah amat penting bagi kita, amat penting, bahkan mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita dikemudian hari…., Oleh karena, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makanan rakyat: Cukupkah persediaan makan rakyat dikemudian hari? Jika tidak, bagaimana cara menambah persediaan makanan rakyat kita?”. Begitu pula dengan President Bush tahun 2001 dalam pidatonya di hadapan petani pada kegiatan Future farmer in US “It’s important for our nation to build to grow foodstuffs, to feed our people. Can you imagine a country that was unable to grow enough food to feed the people ? It would be a nation subject to international pressure. dia Menegaskan dengan terang-terangan kalau menyangkut kebutuhan pangan adalah masalah suatu kepentingan negara “IT WOULD BE A NATION AT RISK”. Berkaca dari Uni Sovyet. terbelah akibat kerapuhan sistem ketahanan pangannya.

Menyimak kondisi tersebut, tidak berlebihan jika Paul Ehrick sejak 20 tahun silam telah memperingatkan bahwa permasalahan dunia sekarang adalah akan berhadap-hadapan dengan suatu bom populasi, dipertegas lagi oleh Paul Harnson dimana bom konsumsi juga menjadi ancaman besar bagi umat manusia dikutip dari naskah pidato Tuwo. Korbannya adalah ruang atmosfir akan menjadi sempit akibat eksploitasi yang digunakan dalam menyiapkan kebutuhan hidup. Baja menegaskan bahwa akibat fenomena peningkatan populasi manusia, diperkiran tahun 2050-an lahan untuk berusaha tani hanya tinggal seukuran rumah sederhana saja. Dengan luasan rata-rata 0,3 ha per petani saja belum menemukan tingkat kesejahtraan ideal apalagi hanya dengan lahan seukuran teresebut.


Selanjutnya dampak bom populasi manusia adalah muncul fenomena perubahan iklim dan bencana alam terkait pemanfaatan lahan/hutan yang kurang bijaksana. Adanya perubahan iklim akibat pemanasan global merupakan suatu keadaan yang disebabkan peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun. Tren kenaikan emisi gas dan rumah kaca yang dihasilkan menjadi penyebab utama. Fenomena disparitas atau ‘keserakahan’ penguasaan lahan/hutan. Kecendrungannya penguasaan lahan didominasi oleh kaum pemilik modal yang meskipun populasinya di atmosfer hanya 30%, tetapi ia mampu menguasai 87% lahan, kontras dengan petani dominan 70% tetapi penguasaan lahan hanya 13% saja. Implikasinya adalah eksploitasi. Fenomena munculnya konflik spasial untuk penguasaan sumberdaya alam dimana permasalahan yang sungguh pelit antara fungsi perlindungan lingkungan ekologi dengan sumber-sumber pendapatan daerah yang menggiurkan. Atau kata lain, mengutip paper dari Ala, Tren fenomena tersebut terjadi oleh karena dua kutub sistem yang saling memperebutkan ruang di atmosfer ini, yaitu sistem ekologi dan sistem sosial. Dari tahun ke tahun tekanan sistem sosial mengalami pembesaran dan memperkecil ruang ekologi di atmosfir. Di tengah himpitan kedua kutub sistem tersebut terdapat usaha pemanfaatan lahan guna mencukupi kebutuhan. Semakin membesar ruang sistim sosial (aktivitas manusia secara makro) semakin besar pula pertanian diperlukan itu, tetapi berbanding terbalik dengan sistem ekologi (lingkungan alami secara makro). Contohnya konversi lahan dari 7,9 juta ha lahan untuk menghasilkan pangan menjadi lahan untuk kegiatan sosial yang jumlahnya mencapai Ratusan ribu ha per tahunnya. Ini artinya ancaman serius bagi kelestarian sumberdaya alam (ekologi).


Sayangnya bumi hanyalah satu-satunya yang kita miliki untuk semua. ironisnya karena bumi tidak pernah mengalami penambahan volume. Adalah wajar jika Kiamat memang akan datang seperti yang dijanjikan dalamAlquran atau kitab suci lainnya. Tidak sedikit bencana seperti yang telah digambarkan di atas, melanda suatu negeri yang menimbulkan jutaan orang meninggal akibat banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan wabah penyakit. Adalah cara bagaimana alam mengendalikan populasi manusia di bumi agar tetap dalam kondisi keseimbangan ekologinya. Cara lain dalam pengendalian populasi adalah melalui manusia itu sendiri mengendalikan populasinya. Perang, kemiskinan, alat kontrasepsi, program keluarga berencana,batasan usia kawin, dan aturan poligami. Pengendalian populasi cara manusia ini rentan akan konflik batin dan konflik kepentingan. Diskursus poligami yang sampai hari terus berlangung, membiarkan prosetitusi terjadi adalah potret realitas yang sulit terhidari. Penguasa dan rakyat berhadap-hadapan melalui mekanisme hukum pelanggaran hak-hak dasar. Di balik kesemua itu, pastinya menjaga agar bumi tidak mengalami percepatan jatuh dan masih terus berada diporosnya, berotasi dan berevolusi,memberi harapan hidup dan kehidupan tetap ada. Untuk itu kearifan dan kebijaksanaan ummat manusia mengelolah lingkungan dan keluarga menjadi kunci utama. Yakinlah bahwa bumi ini bukan milik kita hari ini, tetapi adalah titipan dari anak cucu kita di masa yang akan datang.

Code:
sumber


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:00 PM.