Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Mobil & Motor > Mobil

Mobil Wadah berkumpulnya pecinta, hobby, pemilik Mobil.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 20th October 2012
Gorillaks's Avatar
Gorillaks Gorillaks is offline
Ceriwis Pro
 
Join Date: Oct 2012
Posts: 2,011
Rep Power: 14
Gorillaks mempunyai hidup yang Normal
Default [Drifters, Masuk!] Mitos-Mitos Dalam Dunia Drifting

Halo 'Agan sekalian.



Kali ini ane mau coba kontribusi di room ini.



Untuk Oom Momod: Jujur ane ragu apakah ane seharusnya posting thread dengan judul dan pembahasan semacam ini di room ini atau di room Sports > Racing/Balap. Jadi ane memutuskan untuk sementara ini ane susun thread ini disini. Namun apabila ternyata ane salah room, mohon bagi Oom Momod sekalian untuk memindahkan thread ini ke room yang seharusnya. Terima kasih banyak sebelumnya, Oom!



Sesuai dengan judulnya, kali ini ane akan membahas mitos-mitos yang pernah ada dalam dunia drifting. Sebelumnya ane mau memberikan penekanan bahwa penjelasan yang ane berikan tidak ditujukan secara spesifik untuk jenis kompetisi tertentu. Ane tidak mengacu pada event drift session ataupun bahkan D1-GP (Grand Prix). Ane memberikan pembahasan dengan definisi drift secara umum sebagai acuan. Jadi dengan ini ane berharap tidak akan ada pertanyaan-pertanyaan semacam "Terus kenapa 'nggak ada mobil-mobil 4WD/AWD atau FF/FWD dan MR di event-event D1-GP?" yang terlontar.



Okeh! Terakhir: The knowledge you're about to gain are meant to applied just in a legal circuit tracks nearby you. On the street; drive safe, obey the laws of the road, always wear your seatbelts.



(Pengetahuan yang akan Anda dapatkan hanya dimaksudkan untuk diaplikasikan HANYA di sirkuit balap resmi disekitar Anda. Di jalanan; berkendaralah secara aman, patuhi aturan lalu-lintas, selalu kenakan sabuk pengaman Anda. )








[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Definisi "Drifting" secara umum...:




Drifting secara umum memiliki definisi sebagai sebuah teknik mengemudi, terutama dalam cabang olahraga balap, kendaraan roda empat dimana pembalap sengaja mengeksploitasi kemampuan oversteer kendaraannya dengan menghilangkan traksi (daya cengkeram) roda belakang pada saat menikung/berbelok (turning/cornering) sambil tetap menjaga keseimbangan kendali kendaraannya sehingga mampu menghasilkan kecepatan yang tinggi saat keluar dari tikungan/belokan tersebut (high exit-speed).*








[spoiler=open this] for Mitos Pertama:




Mitos 1: Drifting HANYA bisa dilakukan dengan mobil-mobil yang memiliki 'gardan'/roda penggerak/drivetrain belakang (FR, Front-engined, rear-wheel drive/Rear-Wheel Drivetrain - RWD).



Pada kenyataannya, aplikasi atau penggunaan teknik drifting paling populer sekaligus fungsional adalah pada cabang olahraga balap rally... Dimana mayoritas jenis penggerak roda yang digunakan adalah 4WD/AWD (Four/All-Wheel Drive) dan FWD/FF (Front-Wheel Drive/Front-engined, front-wheel drive). Bila kita menilik sedikit ke belakang, Kunimitsu Takahashi (penemu/founding father dari teknik drifting) bahkan masih menggunakan teknik ini dalam ajang balapan JGTC (The All-Japan Grand Touring Championship) tahun 1992 dengan mengendarai Nissan Skyline GT-R (BNR32 - STP Taisan Skyline GT-R). See? Dari fakta-fakta diatas sudah dapat dibuktikan bahwa ternyata apapun jenis drivetrain yang dimiliki sebuah mobil, mobil tersebut berpotensi untuk melakukan drifting. Yang perlu untuk dilakukan selanjutnya adalah membuat penyesuaian, baik penyesuaian dari sisi teknik mengemudi maupun penyesuaian setting dan atau tune-up dari mobil tersebut. Pernyataan ini didukung fakta dimana pada mobil-mobil dengan jenis drivetrain 4WD/AWD masih dibagi kedalam dua jenis, 4WD/AWD berbasis/berdasar penggerak roda depan (front-wheel based 4WD/AWD) dan 4WD/AWD berbasis/berdasar penggerak roda belakang (rear-wheel based 4WD/AWD). Sederhananya, kedua jenis ini dapat dibedakan secara visual dari penampang (layout) mesinnya: Transversal atau longitudinal. Ditambah lagi fakta dimana mobil-mobil dengan jenis penggerak 4WD/AWD lansiran tahun 1994 hingga sekarang telah dilengkapi dengan fitur yang memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan/menentukan apakah torsi dari mesin akan disalurkan (didistribusikan) ke roda depan atau ke roda belakang... Cukup dari dalam kabin. Contohnya adalah fitur DCCD (Driver-Controlled Center Differential) yang dimiliki keluarga Subaru Impreza WRX STi. Dalam kasus ini, Yang mungkin perlu untuk dilakukan adalah menyetel-ulang sistem kendali traksi (Traction Control System - TCS) dan atau kendali stabilitas kendara (Stability Control - SC) untuk 'mengurangi' tugas mereka dan membiarkan roda tetap dapat kehilangan traksi. Atau, bila mau, 'Agan sekalian dapat langsung mencabut/mencopot alat tersebut dari mobil 'Agan sekalian. (Ane serius nih!)



Berbeda kasusnya dengan mobil-mobil dengan jenis penggerak roda depan. Pada jenis kasus ini, mesin hanya akan menyalurkan torsi ke roda depan. Implikasinya akan menjadi sangat mudah membuat roda belakang kehilangan traksi seperti, contohnya, dengan menarik rem tangan (e-brake/emergency brake/handbrake). Namun permasalahan justru terletak pada absennya (ketiadaan) torsi yang disalurkan ke roda belakang untuk mendorong kembali mobil 'Agan sekalian maju dan keluar dari tikungan/belokan. Bahkan apabila traksi roda depan lebih kecil daripada roda belakang, maka kemungkinan yang paling besar terjadi adalah justru understeer setiap saat. Dalam kasus ini, salah satu solusi yang bisa dilakukan - dan paling mudah - adalah dengan memperbesar traksi roda depan, terutama saat deselerasi. Namun ini bisa menjadi solusi yang mahal harganya dikarenakan untuk dapat mengekseskusi tindakan tersebut, LSD (Limited-Slip Differential) mutlak diperlukan. Merubah ketinggian kendaraan (ride height) lewat penyetelan-ulang suspensi juga berpotensi meningkatkan/mengurangi traksi pada roda. Mengurangi ketinggian/memendekkan bagian depan kendaraan (front-end) membantu meningkatkan traksi pada roda depan dan mengurangi kecenderungan understeer dengan roda belakang yang memiliki traksi yang lebih sedikit dikarenakan ketinggian bagian belakang kendaraan (rear-end) yang lebih tinggi dibandingkan front-end akan cenderung untuk lebih oversteer. Kecenderungan yang sama akan ditunjukkan oleh hal sebaliknya, yaitu dengan menambah ketinggian/meninggikan rear-end terhadap front-end. Namun kecenderungan yang dihasilkan metode ini berlaku setiap saat, tanpa memperdulikan apakah sedang berakselerasi atau deselerasi. Alternatif solusi lain yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan memperbesar rasio daya redam guncangan (shock-damping) suspensi depan terhadap suspensi belakang dengan cara melembutkannya (soften). Dengan begitu, suspensi roda belakang akan menjadi lebih keras terhadap suspensi depan mobil 'Agan sekalian dan roda belakang akan kehilangan traksi lebih cepat daripada roda depan. Hukum yang sama juga berlaku pada tindakan sebaliknya dimana shock-damping ratio suspensi belakang diperkecil terhadap suspensi depan dengan cara mengeraskannya (stiffen). Hal-hal ini dilakukan untuk menciptakan efek rear-suspension bias. Sama dengan LSD, kedua alternatif solusi terkait suspensi ini bisa menjadi mahal harganya apabila ternyata sistem suspensi yang dimiliki mobil 'Agan sekalian tertutup untuk penyetelan-ulang atau dengan kata lain tidak dapat disetel-ulang. Karena itu berarti 'Agan harus mengganti sistem suspensi mobil 'Agan sekalian dengan sistem suspensi yang adjustable (dapat disetel). Alternatif solusi lainnya - mirip dengan yang telah disebutkan diatas - adalah dengan memperbesar rasio penyaluran tenaga pengereman (brake-force distribution) roda belakang terhadap roda depan atau sebaliknya, dengan memperkecil brake-force distribution ratio roda depan terhadap roda belakang. Rear-brake bias akan mengakibatkan roda belakang lebih cepat terkunci dan kehilangan traksi saat proses pengereman terjadi. Sama seperti apa yang ada pada kasus 4WD/AWD, kelemahan dari alternatif solusi dalam kasus ini ada dimana 'Agan sekalian mungkin perlu untuk menyetel-ulang TCS dan atau SC, BAHKAN Anti-lock Braking System (ABS) serta Electronic Brake-force Distribution (EBD) untuk 'mengurangi' tugas mereka dan membiarkan roda tetap dapat terkunci dan kehilangan traksi. Masih sama, 'Agan sekalian juga dapat langsung mencabut/mencopot alat-alat tersebut dari mobil 'Agan sekalian HANYA bila 'Agan sekalian mau. (Tetep serius nih Ane, 'Gan!) Mobil-mobil dengan drivetrain FF/FWD memang memiliki banyak keterbatasan dalam dunia drifting hingga membuatnya tidak begitu populer. Tapi selama 'Agan sekalian bisa membuat roda belakang mobil FF/FWD 'Agan sekalian kehilangan traksi saat berbelok/menikung dan mempertahankan kendali atas keseimbangan dan kecepatannya hingga keluar belokan/tikungan... Siapa bilang itu bukan drifting? (lihat lagi definisi drift secara umum)



Perlu diingat bahwa setelah semua yang dijelaskan diatas, masih terdapat penyesuaian teknik mengemudi yang harus dilakukan dan kemungkinan modifikasi dan atau upgrade yang tidak ikut dijabarkan.



Jadi dari pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa apabila pun mitos pertama dalam dunia drifting ini benar adanya, mungkin yang dimaksud adalah bahwa drifting LEBIH MUDAH dilakukan dengan mobil-mobil yang memiliki jenis penggerak roda belakang. Bila pernyataan ini yang timbul, maka mitos tersebut benar adanya.









Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:25 AM.