| FAQ |
| Calendar |
|
|
|||||||
| Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
 |
|
|
Thread Tools |
|
#1
7th March 2011
|
|||
|
|||
Praktek Pertanian Kunci Perangi Perubahan Iklim
 INILAH.COM, Jakarta - Apakah serangga, pepohonan dan tanaman pertanian memiliki kesamaan? Jawabanya 'ya'. Mereka bisa memainkan peran masing-masing menjadikan lahan pertanian lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta berkontribusi untuk memastikan keamanan pangan. International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT) telah memperoleh hasil penelitian tentang varietas baru sorgum. Setelah beras, gandum dan jagung, sorgum juga adalah salah satu jenis tanaman makanan yang paling baik di dunia. Para peneliti melibatkan masyarakat lokal dalam upaya mereka mengembangkan varietas tanaman yang baru. Petani lokal juga terus mengembangkan tanaman baru yang menjanjikan ini. Para ilmuwan bertujuan bukan hanya mengembangkan tanaman saja, jauh dari itu juga ingin membantu petani kecil 'terjaga' dari pencariannya. Menurut studi terbaru dari konferensi PBB tentang perdagangan dan pembangunan, lahan pertanian petani bisa menjadi kunci mengurangi perubahan iklim dan mengamankan suplai makanan. Laporan menyimpulkan bahwa inovasi dan peningkatan besar terhadap pengembangan metode budidaya yang digunakan petani kecil diperlukan untuk memulihkan ketahanan pangan, dan mendesak adanya sebuah 'revolusi hijau' yang dibangun berlandaskan teknologi dan inovasi. Ini ditujukan untuk kebutuhan dan kemampuan jutaan petani kecil serta mengatasi berbagai kondisi iklim yang ada saat ini. Afrika dan Asia merupakan benua yang jumlah populasinya berkembang pesat. Makanan utama mereka adalah beras. Ini yang membuat petani semakin terpukul oleh perubahan iklim, dengan musim hujan yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya. Hasilnya petani tidak dapat merencanakan penanaman dan pemanenan beras. International Rice Institute, IRRI, di Filipina, para ahli sedang melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas biji beras yang lebih baik dan hasil yang lebih banyak, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta toleransi terhadap tekanan lingkungan. Hal ini melibatkan genetis padi yang telah dimodifikasi di laboratorium. Menggunakan sedikit air di sawah adalah langkah awal membuat usaha pertanian padi agar lebih hijau. Tanah yang hangat saat padi terendam air di sawah menyediakan kondisi ideal untuk methanogenesis. Studi menunjukkan bahwa metana yang lebih dari 30 kali akan berbahaya daripada CO2. Sebagian besar metana yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (300-400 juta ton/tahun) berasal di sawah, dan 90% berada di Asia. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan mengairi sawah setiap beberapa hari. Dengan cara ini, tanah akan tetap basah dan mikroba tanah tidak mati. Mikroba akan menyerap karbon yang dilepaskan oleh akar padi dan kemudian dilepaskan kembali ke tanah. Metode ini akan menghemat air dan membuat metana berkurang. Namun hal ini akan menjadi bahan perdebatan. "Penanaman beras pada daerah yang tergenang air dan sering bermusim angin tidak akan efektif sebagai solusi alternatif," kata Agroecologist Folkard Asch dari University of Hohenheim di Jerman. Apapun polemik yang ada, hal ini semakin jelas bahwa pertanian yang berkelanjutan, secara perlahan akan menjadi satu-satunya pilihan, ditekankan Marita Wiggerthale dari Oxfam. "Ini mengurangi kemiskinan, meningkatkan pasokan makanan dan mengurangi dampak perubahan iklim,"katanya. Tapi praktek pertanian sepertinya bukan satu-satunya alasan untuk mengatasi kelaparan di dunia. Di sisi yang berbeda, menurut sebuah penelitian di AS, 25% dari makanan di AS dibuang. Peningkatan distribusi sumber daya di seluruh dunia, itu kunci ketahanan pangan. Pertanian berkelanjutan adalah salah satu bagian dari solusinya. [mor] Quote:
|
|
|
|
