Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Chit & Chat

Chit & Chat Tempat mencurahkan isi hati dan mencari tips-tips berguna untuk pria dan wanita

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 3rd February 2011
Cardinaliva's Avatar
Cardinaliva Cardinaliva is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Jan 2011
Location: Earth
Posts: 334
Rep Power: 15
Cardinaliva memiliki reputasi yang sangat baikCardinaliva memiliki reputasi yang sangat baikCardinaliva memiliki reputasi yang sangat baikCardinaliva memiliki reputasi yang sangat baikCardinaliva memiliki reputasi yang sangat baikCardinaliva memiliki reputasi yang sangat baik
Default [Renungan] Menderita karena Cinta yang Egois

Hii .. ndaaan ane cuma mau Berbagi aja nih

Quote:

Spoiler for egois:

Sepasang muda-mudi yang sedang menjalani masa pacaran selama bertahun-tahun, karena orang tua pria begitu egois terhadap anaknya, maka pacarnya selalu diatur menurut kehendaknya. Pada suatau hari pacarnya memutuskan hubungan karena tidak tahan dengan cara ibunya mengatur dirinya. Setelah putus anaknya mulai tertekan, mau berontak terhadap ibunya, tidak berdaya karena yang didengar selalu demi kebaikan anaknya. Berontak ditunjukan dengan sikap berdiam diri dirumah. Sikap ini juga menjadi omelan, karena kuatir anaknya stress tidak ada pacar. Begitu anaknya keluar begaul dengan cewek lain, menjadi masalah lagi karena dikatakan cewek barunya itu memiliki keluarga yang kurang baik, dikuatirkan hanya menginginkan harta kekayaan –nya. Tekanan jiwa pada anak tidak dirasakan oleh ibunya, hanya menekankan demi cinta anak terus menerus. Sampai terakhir ceritanya, anak ini akan memilih sikap seperti orang tidak waras, supaya orang tuanya memahami betapa besar jiwanya tertekan.

Cerita lain lagi yaitu seorang muda mudi, berpacaran juga sudah bertahun-tahun, karena ayahnya tidak bisa menerima dengan alasan beda suku, maka pertentangan ini makin lama makin runcing. Pada satu hari ayahnya cerita pada saya, untuk mencari kebenaran. Ia bercerita tentang putrinya yang berpacaran dengan seorang pria beda suku. Ceritanya menurut dia bahwa pria itu cukup baik, sopan sekali. Namun karena beda suku, ia merasa itu suatu yang sulit diterima. Bahkan dia mengancam tidak akan mengakui putrinya jika itu dilakukan terus. Dirasakan sangat memalukan, putrinya disuruh memilih papa atau pacarnya. Ia mengatakan kecuali papamu meninggal, semua terserah kamu ! Namun selama masih hidup, jawabannya adalah tidak ! – Putrinya yang malang, karena tidak berani melawan kehendak papanya, ia hanya mengatakan ok, dia tidak akan menikah selamanya, demi taat akan orang tua. Diapun tidak memutuskan hubungan dengan pria yang dicintai, terus berjalan sebagai teman baik – Orang tuanya ( papanya ini teman baik saya ) bertanya bagaimana pendapat saya ? Saya tidak ragu-ragu mengatakan bahwa anda sangat “ Egois “, anda hanya karena malu dikatakan orang nantinya, hanya karena dikeluarga besarmu tidak ada yang nikah campuran, sulit diterima dan memalukan. Namun anda telah menjual kebahagiaan putrimu. Anda telah menyiksa hidupnya sepanjang masa ! “. Teman saya ini berdiam, tidak menjawab apa yang saya katakan. Karena “cinta egois” nya begitu tinggi, pendiriannya masih tetap tidak bisa menerima putrinya menikah dengan suku lain!

Seorang sarjana dengan lulusan IP-4, sehari-harinya tinggal dirumah dengan kadang tertawa sendiri. Mengapa bisa terjadi demikian ? Menurut cerita orang tuanya, ia saat sekolah mulai sejak Sd hingga universitas, selalu diperhatikan dan diawasi oleh orang tuanya dengan ketat, berbagai upaya dilakukan, diberi pelajaran tambahan demi memenuhi selera orang tuanya supaya menjadi orang yang didambakan dan yang bisa membanggakan keluarga. Dari sejak SD hingga Universitas selalu menjaid bintang kelas. Orang tua nya sangat bangga. Menurut orang tuanya anaknya itu penurut, tidak pernah berontak terhadap apa yang diinginkan orang tuanya. Apapun itu semua akan diterima baik – Pernah sekali ia ada mengajukan permintaan memilih jurusan yang disukai, namun ditolak mentah-mentah, dengan mengatakan bahwa ia tidak boleh memilih itu, semua yang telah dipersiapkan adalah demi kebaikan dan kebahagiaannya ! – Perkataan ini tersimpan didalam hatinya sepanjang hidup, hidupnya sekarang benar-benar memenuhi keinginan orang tuanya, demi ketaatan pada orang tua.

Sepasang suami istri yang telah cerai, anak laki-lakinya mengikuti ibunya karena ingin selalu mendapatkan perhatian dari mantan suaminya, maka anaknya menjadi sasaran kemarahan, setiap hari dipukul dan disiksa, sehingga sekujur tubuh luka memar, Anak ini setiap hari sekolah dengan kondisi yang sangat lemah, didalam kelas selalu tidur. Satu hari gurunya megetahui bahwa tubuhya penuh luka, kepala disekitar rambut juga luka. Kemudian ditanya gurunya, ia langsung menjawab bahwa dirinya kecelakaan, berualang-ulang dengan kejadian serupa, namun tetap dijwab kecelakaan diri. Oleh gurunya dipanggil ibunya untuk menghadap namun tidak pernah mau hadir. Kerumah dikunjungi juga tidak mau menerima. akhirnya pergi mencari mantan suaminya. Dari situ diketahui bahwa apa yang dilakukan ibunya terhadap anaknya, hanya semata-mata ingin supaya ada perhatian dari mantan suaminya terhadap diri maupun anaknya kembali. Sebagai pemeras supaya mantan suaminya mau menghidupi kembali diri dan anaknya – Betapa hendak menjerit namun tidak bsia, karena anak harus menahan sakit demi ibunya, tidak ingin diketahui gurunya, hanya mau melindungi mamanya yang memiliki cinta yang hanya mementingkan diri sendiri.

Seorang ibu rumhatangga, selalu datang kesekolah memaki-maki gurunya, jika anaknya dapat nilai dibawah 8, ia selalu menuntut supaya anaknya harus dapat nilai 9 atau 10. Kejadian ini sampai diketahui semua orang tua lainnya yang sudah biasa antar jemput anak-anaknya. Tidak segan-segan ia menuntut gurunya untuk memberi pelajaran tambahan, dan ulangan susulan dengan berbagai ancaman. Anaknya sendiri merasakan bahwa ibunya menuntut terlalu berlebihan, sehingga sering dikucilkan oleh teman-teman sendiri dan menjadi bahan gossip orang tua lainnya – Apa sebenarnya yang dikehendaki ibunya ? Apakah hanya karena ingin anaknya menjadi yang terhebat ? Kemudian tidak lagi memikirkan perkembangan jiwa anaknya ? Perasaan terpendam yang sulit untuk dilawan karena tidak berdaya ?

Cerita lain, seorang anak yang memiliki talenta bermain Piano sejak usia dua tahun, melihat bakat ini orang tuanya mulai memaksakan kehendak pada anaknya dengan mencarikan guru les terhebat dengan maksud supaya kelak menjadi pianis yang piawai dan terkenal – Apa yang menjadi keinginan hati, diperoleh sebaliknya, anak itu sangat membenci piano, begitu dipaksakan bermain , dan berlatih sesuai tuntutan guru dan orang tua, anak ini berubah menjadi benci dengan alat music piano. Pianonya dipukul dirusak karena hanya menyiksa jiwanya.

Kita maish ingat akan peristiwa mahasiswa, juara olimpiade di Universitas Nanyang Singapore, terlepas dari benar atau salahnya pengadilan, telah diutuskan bahwa mahasiswa itu karena depressi, melakukan pencobaan pembunuhan terhadap dosen pembimbing. Salah satu sebab bisa terjadi karena anak tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan. Tekanan-tekanan yang datang tidak pernah dialami semasa disamping orang tuanya. Begitu hidup sendiri, jiwanya tergoncang.

Masih banyak contoh-contoh korban “ Cinta Egois “, yang kasusnya berbeda namun intinya sama yaitu korban cinta egois dari orang tua. Berapa banyak anak-anak kehilangan masa kekanak-kanakannya. Berapa banyak anak-anak muda yang jiwanya tertekan, hanya karena ingin memenuhi keserakahan orang tuanya. Berapa banyak mereka harus berkorban sepanjang hidupnya karena memenuhi keinginan orang tuanya à Tahukah anda, mereka tidak berdaya, mereka tidak berani berontak, hanya karena mencintai orang tuanya yang hanya memberi cinta egois pada dirinya. Betapa banyaknya anak-anak dimasa liburan, diajak tamasya, seolah-olah semua itu baik , namun kemanapun sianak pergi, buku pelajran tidak pernah ditinggal, pekerjaan rumah yang menumpuk harus dikerjakan terlebih dulu barulah ia diperbolehkan bermain. Ditambah ancamana, jika belum selesai, kamu tidak boleh ikut ini ikut itu dll. Kelihatannya memang bagus untuk anak mendisiplinkan anak. Namun dibalik itu semua itu hanya kepentingan ambisi dan egois orang tua dalam meraih tujuannya melalui anaknya yang dicintai itu – Dibalik itu tahukah para orang tua, bahwa tekanan yang terjadi pada anak ? Kemungkinan ini bisa ditanya pada pembantu rumah tangganya , ataupun siapa saja yang diminta untuk menjaga anaknya – Karena anak takut dan patuh akan perintah orang tua, mereka hanya bisa senang bebas, saat orang tua tidak dirumah, begitu mendengar suara mobil atau ketukan pintu pada jam-jam tertentu, mereka akan berlarian semburat, untuk menunjukan sikap patuh, duduk manis dengan pelajarannnya dimeja –

Ada teman saya dulu, menjadi idola para orang tua, ia sangat sopan dan santun, semua memuji orang tuanya pandai mendidik anak. Hanya sebagai teman dekat kita kenal dia yang sebenarnya sangat berbeda, dirumah ia sebagai anak manis dihadapan orang tuanya, tetapi diluar ia seorang penipu ulung. Satu saat ia menjadi buron polisi, orang tuanya terpukul, dan sangat tidak pecaya bahwa anaknya berbuat seburuk itu, karena malunya, hingga tidak mau lagi mengaku anaknya sendiri.

Baikah itu semua ? kelihatannya baik untuk para orang tua yang demikian, namun dengan tidak merasa Anda telah menjerumuskan anak-anak itu belajar tidak jujur, tertutup dan penuh kerahasiaan dalam diri anak.

Apa sebenarnya arti cinta bagi anak-anak yang menderita semacam ini, tekanan jiwa yang harus diterima karena tidak berdaya, bahkan hanya mempertahankan nama baik, martabat keluarga dan harga diri orang tuanya. Menerima pasangan yang bukan kehendaknya, melainkan pilihan orang tua, karena calon itu ada kedudukan, kaya yang mungkin bermanfaat bagi dirinya. Bahkan ada orang tua yang hanya karena mau mendapatkan uang untuk membayar hutang, rela anaknya dijual kepada orang kaya yang sudah beristri.

Betapa kasihannya mereka, jika sudah masuk dalam rumah sakit jiwa, mental terganggu ? Siapa peduli ? Penyesalan juga sudah terlambat ! – Jika ini belum terjadi, apakah Anda juga senang dengan Anak anda yang angkuh, congkak, sulit bergaul tidak punya teman, karena akibat didikan Anda yang egois terhadap cinta ? Apakah anda juga ingin menurunkan sikap Anda pada anak -istri dan cucunya kelak ? – Kita jangan mudah menyalahkan pendidikan sekolah bertanggungjawab pada anak didiknya, Namun yang lebih berpengaruh sebenarnya didikan keluarga, Jika ini dilakukan dengan benar, niscaya anak-anak itu akan bertumbuh dengan baik, bertumbuh dengan mampu bertahan dalam kehidupan yang selalu berubah. Keseimbangan seutuhnya dalam intelektual harus diimbangi pekembangan emosi dan religious yang aplikatif.

Jauhkanlah didikan yang mengarah pada cinta yang egois, melainkan cintailah anak-anak anda dengan cinta yang membangun secara menyeluruh, baik itu intelektual, kepribadian dan rohani-nya. Hanya dengan didikan yang baik, anak itu tidak akan berubah hingga hari tuanya. Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia, dari pada anak yang mampu menjadi terang dan garam dunia dimanapun ia berada, menjadi orang yang bisa membawa berkat pada orang lain.

Semoga bermanfaat bagi orang tua yang masih memiliki anak-anak balita, karena salah selangkah saja, akan menjadi penyesalan yang tidak berkesudahan !


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:23 PM.