Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Misteri, Horror, Supranatural > Cerita Horor

Cerita Horor Kumpulan cerita-cerita mistis yang dibagikan sesama ceriwiser.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 7th June 2010
blueparadise's Avatar
blueparadise blueparadise is offline
Super Moderator
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 5,258
Rep Power: 114
blueparadise has disabled reputation
Default Bertemu Teman Yang Telah Meninggal Dunia

Tidak kusangka sosok yang menolongku adalah teman yang sudah meninggal dunia sekitar sebulan lebih.
Kejadian yang saya alami ini terjadi sekitar tahun 1997. Walaupun peristiwa itu sudah cukup lama terjadi, tapi semuanya masih terbayang dengan jelas dalam ingatan saya. Seperti kebiasaan anak muda lainnya, malam Minggu biasa digunakan untuk mengunjungi pacar. Begitu juga aku, malam itu selepas shalat Maghrib aku berangkat menuju rumah pacarku.
Kebetulan rumahku berjauhan dengan rumahnya atau sekitar 15 km. Tapi karena terdorong oleh suatu kekuatan maha dahsyat maka jarak yang cukup jauh itu tak jadi masalah bagiku, yang penting bisa bertemu dengannya untuk berbagi cerita.
Memang kampungku letaknya dipinggiran atau sekitar 2 km. dari jalan raya sedangkan rumah pacarku itu berada dekat pusat kota Sumedang. Dan untuk sampai di rumahnya memakan waktu 1,5 jam. Belum lagi jalan yang harus kulewati tak dilalui angkutan umum, kalau malam hari biasanya menggunakan jasa tukang ojek.
Singkat cerita aku telah sampai di rumahnya. Setelah ngobrol panjang lebar, tidak terasa sang waktu bergulir begitu cepatnya sampai aku baru menyadari bahwa jarum jam telah menunjukkan pukul 24.00 tengah malam. Sebenarnya aku malas untuk pulang, tapi demi menjaga image para tetangga aku paksakan juga pulang, walaupun orang tua pacarku melarang pulang.
Setelah pamitan dan sedikit basa basi langsung aku mencari angkot yang membawaku ke legok yang nantinya dilanjutkan dengan naik ojek untuk sampai di rumahku.
Di tengah jalan hujan turun begitu lebatnya. Sempat juga perasaan was-was menghantui diriku, jangan-jangan tukang ojek sudh pada pulang dikarenakan turun hujan. Dan memang benar setibanya ditujuan apa yang aku cemaskan kini menjadi kenyataan. Rupanya hujan yang begitu lebatnya telah membuat tukang ojek memilih tidur daripada harus melawan lebatnya hujan dan dinginnya angin malam.
Aku segera berteduh di emperan sebuah toko di pinggir jalan dengan harapan ada ojek lewat atau angkutan umum yang pulang dari pasar. Setelah sekian lama aku menanti sambil berdiri, apa yang ku nantikan tidak juga muncul. Ku lirik jam di tanganku waktu menunjukkan pukul 2.30 dini hari.
Seiring agak redanya hujan, aku nekat pulang dengan jalan kaki. Untuk mengusir rasa dingin yang begitu menusuk tulang kunyalakan sebatang rokok. Aku terus berjalan menyusuri jalandesa yang begitu gelap ditambah kabut yang turun menutupi pandangan mataku. Akhirnya aku sampai di desa tetangga, berarti tinggal sedikit lagi aku akan sampai di rumahku.
Tapi masalahnya tak putus sampai di situ, karena dari desa tetangga untuk sampai ke desaku harus melalui pemakaman umum yang begitu luas, kira-kira 1 hektar lebih luasnya, ditambah keangkeran dan sudah banyak cerita-cerita yang aku dengar dari para penguna jalan di malam hari yang cukup mendirikan bulu roma. yakni sering diganggu oleh hantu-hantu sekitar situ.
Aku berhenti dipertigaan jalan yang menghubungkan beberapa desa, untuk mengambil nafas dan mengumpulkan keberanianku. Kembali kunyalakan sebatang rokok untuk mengurangi ketegangan dan akupun mulai berjalan dan tak henti-hentinya aku melapalakan ayat-ayat suci Al-Qur'an tapi semilirnya angin malam serta rintikan hujan membuat bulu romaku berdiri. Aku kembali ke pertigaan tempat semula aku berdiri. Tetap saja hatiku dihinggapi rasa takut yang amat sangat.
Kembali aku tertegun dan aku sangat berharap ada petugas siskamling atapun yang lainnya. Mau mengetuk pintu rumah orang aku malu. Keadaan malam itu benar-benar mencekam. Aku terus bolak-balik tak karuan.
Akhirnya dengan sia-sia keberanian aku berjalan dengan cepat, tanpa menghiraukan kanan kiri dan kini komplek pemakaman umum tinggal beberapa langkah lagi di hadapanku, aku semakin mempercepat langkah kakiku. Namun tiba-tiba entah dari mana datangnya di jalan yang akan aku lalui terlentang sosok mirip mayat yang baru dibungkus.
Aku begitu kaget dan takut tanpa pikir panjang lagi dengan sekuat tenaga aku berlari. Tapi sialnya bukannya lari ke arah kampungku, tapi malah kembali ke pertigaan semula. Sesampainya di pertigaan aku langsung masuk ke pos ronda dengan setengah membanting badan aku duduk. Keringat dingin keluar bercampur air hujan membasahi tubuhku.
Begitu jelas pandanganku bagaimana sosok itu melayang dan berhenti di depan kaki. Bayangan itu seolah terus mengejarku, aku buru-buru keluar dengan nafas tak beraturan aku bolak-balik ke sana kemari dan akhirnya aku putuskan untuk menggedor sebuah rumah dan aku akan meminta untuk menginap di rumahnya. Tapi sebelum niat itu aku laksanakan dari kejauhan ku lihat lampu sepeda motor, dan aku pun mengurungkan niatku. Pikirku mudah-mudahan dia lewat di desaku aku mau sekalian numpang begitu pikirku dan ternyata benar motor itu di belokkan ke arah desaku.
Dengan berteriak sekuat mungkin sambil melambaikan tangan kau menghentikan lalu motor itu. Motorpun akhirnya berhenti di depanku dan yang empunya mempersilahkan aku naik. "Ayo naik!" katanya pendek. Aku cepat-cepat naik dengan perasaan begitu gembira, sampai-sampai aku tak mengenali siapa yang membawa motor itu.
Setelah motor berjalan, dia membuka pembicaraan, " Dari mana kamu Din, gini hari baru pulang?". Aku kaget sekali kok dia tahu namaku, karena tidak mendapat jawaba, kembali dia bertanya, "Kok kamu diam?"
Berkata begitu sambil membuka tapi yang ia pakai. Aku baru sadar dan langsung meninju punggungnya sambil berkata, "Masya Allah, aku kira siapa sampai-sampai aku nggak mengenal kamu." kataku.
Yang ternyata dia adalah Maman teman akrabku saat di SMP. Karena rumah kami yang berjauhan jadi kami jarang berjumpa di tambah lagi aku baru 3 hari pulang dari Jakarta. Dan sudah hampir 2 tahun lebih baru kami jumpa lagi.
Dan dia kembali bertanya, "Kerja apa kamu di Jakarta?" katanya.
"Ya biasalah pekerjaan orang disini, tukang kopi, biasa." kataku.
Memang mayoritas penduduk di kampungku sebagai tukang kopi dan mie rebus di Jakarta dan banyak yang berhasil dengan bisa membangun rumah mewah, punya mobil dan tentu tarap kehidupannya lebih baik.
"Enak lho, punya warung sendiri," katanya.
"Ya enak lah kalau yang punya." kataku.
"Kalau aku cuma kuli, ya sudah dipastikan minim dong," obrolan terhenti ketika tiba-tiba dia membelokkan motornya melalui jalan tengah. Yaitu jalan yang melalui tengah-tengah pemakaman dan menyusuri pinggiran hutan kecil hatiku ciut dan teringat akan peristiwa tadi.
"Man kon pakai jalan sini sih, jalan lurus aja deh biar melalui tengah-tengah kampung," kataku protes.
"Enakkan, jalan sini bisa cepat dan kalau lewat tengah kampung aku malu, taku ketemu sama saudaraku, apa katanya nanti, masa yang ngepel gini hari?" katanya.
"Tapi Man tadi aku baru mengalami kejadian menakutkan...." kataku dan dia cepat memotong, "Udah lah jangan takut kan ada aku!" katanya.
Dan tampa basa basi lagi dia menjalankan motornya. Jalan yang dilalui sangat licin dan berlubang, agak takut juga sih tapi alhamdulillah segalanya berjalan lancar dan sampai di tujuan dengan selamat.
Sesampai di tempat tujuan sebenarnya aku masih tanda tanya, kenapa dia menyimpan motor di sini, padahal ke rumah pacarnya jauh, tapi aku tak ambil pusing.
"Man ayolah mampir ke rumahku." ajakku.
"I ya lah kapan-kapan, aku pasti mampir." katanya.
"Mendingan sekarang mumpung kamu lagi ke sini," kataku lagi. Tapi dia tetap menolak dengan halus. Aku mengeluarkan rokok dan mengambil sebatang dan aku menyodorkannya pada dia.
"Oh iya terima kasih, aku lagi ngggak selera merokok." katanya.
Lagi-lagi aku dibuat bingung karena setahuku dia perokok berat. Jangankah diberi nggak ditawaripun dia merogoh sendir, tapi sekarang kok jadi begini, pikirku. Apa yang melatar belakangi dia jadi berubah begini.
"Man kalau begitu ayo dong kita bareng kalau mau ke rumah cewekmu, kan rumahku melewati rumahnya," ajakku lagi.
"Ya deh, kamu jalan duluan!" jawabnya sambil mengutak ngatik motor dengan nggak jelas apa yang diperbaiki.
Akhirnya aku berlalu dihadapannya dengan berbagai keheranan.
"Man, kamu yakin nggak apa-apa." kataku.
"Nggak!" jawabnya singkat.
Aku langsung pergi menuju rumahku. Saking lelahnya sampai-sampai aku nggak sempat shalat subuh dan baru bangun menjelang tengah hari bolong. sorenya kau ngumpul di warung bersama teman-teman. Dan tanpa sengaja salah seorang teman ada yang ngomor.
"Eh, Din tahu nggak, si Maman meninggal dunia." katanya.
Aku melongo saking kagetnya. "Kapan?" tanyaku singkat.
"Iya udah ada sebulan lebih." jawabnya.
Aku tertawa mendengar penjelasannya yang aku anggap bohong belaka dan sepenuhnya ku anggap guyonan. Tapi dengan mimik serius dia kembali berkata, "Suerlah! Serius aku ngomong!" katanya.
"Hey, baru tadi malam aku diboncenginya, yang benerlah, yang pantaslah kalau ngibulin aku." kataku.
Terus aku ceritakan kejadian malam tadi pada semuanya. Mulai dari awal hingga akhir tak ada satupun yang terlewat. Diakhir ceritaku semuanya bergidik ke ngerian. Dan apa yang berkata, "Mungkin karena kau sudah lama tak jumpa dan mugkin belum sempat see god by," katanya berseloroh.
Dengan rasa penasaran yang amat sangat aku menuju kampungnya yang berjarak kurang lebih 4 km. dari kampungku untuk membuktikan semua omongan teman-temanku dan kebetulan dekat rumahnya kau punya saudara. Sengaja aku bertanya ke saudara ku tentangnya apa jawabannya?.......Kini aku baru yakin 100% atas segalanya bahwa temanku memang telah meninggal dunia.
Dan semalam adalah jin qarin dia bukan hantu ataupun ruhnya karena mungkin selama hidup dia terus-terusan bilang pengen ketemu sama aku dan sampai akhir hayatnya nyatanya tidak sempat bertemu denganku. Dan ini dimanfaatkan oleh si jin tersebut untuk mengecoh umat manusia. Karena bagaimanapun juga roh itu urusan Allah.
Senja itu juga aku berangkat ke makamnya dengan ditemani seorang temanku. Di dekat pusaranya aku berdoa semoga diterima amal shalehnya di sisi Allah SWT. Kembali terbayang kenangan semalam dan silih berganti dengan kenangan dulu ketika masih sekolah dia sahabat sejatiku. Sahabat terbalik, selamat jalan sobat, "Inna lillahi wa'inna lillahi rojiiun"

Kisah nyata ini dialami oleh Udin Saefuddin dari Tasikmalaya : majalah misteri


__________________



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 10:30 AM.


no new posts