27th January 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Jan 2011
Posts: 183
Rep Power: 0
|
|
Dari Limbah Botol Jadi Motor
Miniatur motor dari bahan limbah plastik di Makassar. TEMPO/Hariandi Hafid
Quote:
|
TEMPO Interaktif, Makassar -Di halaman Benteng Ford Rotterdam, Muhammad Ali, mahasiswa semester I Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Handayani, duduk merenung. Di sampingnya berserakan botol plastik bekas air mineral dan minuman ringan lainnya beserta sedotan bekas. Sampah milik pengunjung Benteng Rotterdam itu ditinggalkan begitu saja dalam keadaan kosong.
Ali terus mengamati botol-botol itu sembari berpikir bagaimana memanfaatkan limbah plastik tersebut. "Dari situ, saya bolak-balik botol Aqua dan pipetnya. Ternyata bentuknya menarik dan saya berpikir, daripada terbuang percuma, maka saya manfaatkan," kata dia saat ditemui Tempo, Rabu lalu, di Rotterdam Gallery, milik pelukis tanah liat, Zainal Beta.
Keistimewaan botol plastik, menurut Ali, terletak pada bagian leher dan pantat botol. "Masing-masing botol memiliki profil atau undakan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk botol Aqua, alasnya bisa dijadikan ban motor. Atau botol Freshtea, pada bagian lehernya bisa dimanfaatkan sebagai sepakbor motor," kata dia.
Sejak akhir tahun lalu, Ali mulai bereksperimen dengan memungut limbah-limbah botol plastik bekas dari berbagai merek, seperti, Aqua, Mizone, Freshtea, Yakult, dan tentu saja pipet atau sedotan bengkok. "Saya mulai buat motor gede atau jenis Harley Davidson. Saya rangkai dengan menggunting bagian-bagian botol plastik," katanya.
Bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan sederhana, dari lem lilin, kayu bambu tipis, dan selotip timbal balik. Sedangkan alatnya hanya bermodal gunting, cutter, dan solder.
Sukses membuat miniatur motor gede, kali ini Ali membuat miniatur motor balap jenis motor cross. Dengan memanfaatkan bahan dan alat yang sama, Ali menggunting bagian bawah botol (pantat botol) sepanjang tiga sentimeter untuk dijadikan ban motor cross. "Pantat botol jenis Mizone saya gunting. Dua bagian pantat botol itu saya sambung menjadi ban menggunakan selotip timbal balik berwarna putih," ujarnya.
Setelah itu, bagian tengah ban yang sudah disambung dilubangi dengan solder. Lalu, pipet berwarna kuning sepanjang lima sentimeter dimasukkan ke dalam lubang. Pada sisi kiri dan kanan pipet, yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut, dilubangi untuk disambungkan dengan pipet yang lebih panjang membentuk garpu motor sampai pada bagian setang (setir).
Pipet yang digunakan adalah dua pipet bengkok. "Dari garpu sampai setang, saya memasukkan bambu tipis ke dalam pipet agar kuat sebagai rangka depan," ujarnya.
Untuk merekatkan bagian-bagian pipet itu, Ali menggunakan lem lilin. "Kalau lem lilin tidak ada, kita bisa memanfaatkan lem Korea. Ini untuk penyesuaian warna lem, berwarna bening," ujarnya. Sementara itu, untuk bagian ban, Ali memanfaatkan undakan leher botol merek Mizone, yang berbentuk melengkung.
Rangka depan berupa ban sampai setang itu kemudian disambung lagi membentuk tangki. Untuk pembuatan tangki, Ali memanfaatkan undakan leher botol Mizone yang digunting tipis melengkung. "Bedanya dengan bagian sepakbor, saya gunting lebih tipis dibanding bagian tangkinya," dia menjelaskan. Ali merekatkan kepala botol Yakult di bawah tangki sebagai bagian mesin.
Untuk menyelesaikan satu miniatur motor, Ali memerlukan waktu sekitar sehari. Dengan bantuan dan fasilitas pelukis Zainal Beta, Ali membiasakan diri memanfaatkan sketsa. "Kadang-kadang saya lihat dulu sketsanya. Kalau oke dan memungkinkan, baru saya bereksperimen," kata dia.
Saban hari, bila waktu lowong, Ali lebih banyak menghabiskan waktunya di galeri milik Zainal Beta. Kegiatan Ali membuat miniatur motor dari bahan limbah plastik baru sebatas mengisi waktu senggang di sela kuliahnya. Ia pun belum berniat menjual karyanya.
"Saat ini, hanya saya titipkan saja di Galeri Rotterdam milik Zainal Beta," kata Ali. Sembari membuat karya dari botol plastik bekas, ia juga mengasah keterampilannya untuk memanfaatkan kayu sisa agar bisa menghasilkan miniatur rumah panggung Bugis Makassar.
|
|
