Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
bakwanmalang's Avatar
bakwanmalang bakwanmalang is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,897
Rep Power: 21
bakwanmalang mempunyai hidup yang Normal
Default (Pic) Kisah Silat, Dari Seni Berburu Hingga Alat Lawan Kompeni

Sumber: www.mizan.com



Kisah Silat, Dari Seni Berburu Hingga Alat Lawan Kompeni

Salah satu kekayaan seni-budaya Indonesia yang mulai dilupakan adalah seni beladiri, yang secara umum disebut pencak silat. Pencak silat, sebagai seni beladiri asli Indonesia, sebenarnya memiliki sejarah panjang. Sejarahya membendang mulai dari zaman Hindu-Budha hingga zaman penjajahan Belanda, ketika silat menjadi salah satu alat untuk mengusir kompeni.



Pencak silat diperkirakan telah ada di bumi nusantara sejak abad 7 Masehi. Namun, asal usul kesenian beladiri ini masih belum dapat dipastikan hingga saat ini. Ada beberapa hipotesa yang mengatakan bahwa silat mungkin berkembang dari keterampilan suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang. Pencak silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut. Seni beladiri itu diajarkan oleh guru ke murid-muridnya secara turun-temurun. Karena itulah, catatan tertulis mengenai asal usul silat sulit sekali ditemukan.



Silat juga dikisahkan melalui legenda yang beraneka ragam, tergantung dari daerah asalnya. Misalnya saja, dalam legenda Minangkabau, silat (silek, dalam bahasa Minangkabau) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada tahun 2011. Konon, silek kemudian dibawa oleh para perantau Minang, dan dikembangkan ke seluruh Asia Tenggara. Sementara legenda silat lainnya yang terkenal yakni dari Cimande. Legenda Silat Cimande mengkisahkan bahwa konon terdapat seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet.



Sejarah silat dapat dilihat juga dari berbagai artefak senjata yang ditemukan di masa Hindu-Budha. Selain itu, silat juga dapat dilihat dalam relief-relief yang menggambarkan kuda-kuda silat yang terdapat di Candi Prambanan dan Borobudur. Seorang peneliti silat, Donald F. Draeger, menuliskan bahwa senjata dan silat sebagai seni bela diri adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Silat bukan sekadar olah tubuh, tapi juga mencakup hubungan spiritual yang tak terlepaskan dari kebudayaan Indonesia. Sementara itu, seroang penulis dan peneliti silat dari Malaysia, Sheikh Shamsuddin, berpendapat bahwa silat dipengaruhi oleh ilmu beladiri Cina dan juga India. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapatkan pengaruh dari dua kebudayaan besar tersebut.



Silat baru dicatat secara historis ketika penyebarannya mulai dilakukan bersama dengan penyebaran agama, khususnya Islam. Silat biasanya diajarkan di surau maupun pesantren, bersama dengan pelajaran mengenai akidah, akhlak, dll.



Silat berkembang luas di Indonesia dan Asia Tenggara, khususnya di negara-negara yang memiliki kebudayaan Melayu sebagai akarnya seperti Malaysia, Brunei, Singapura. Silat bahkan menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan dalam SEA GAMES.



Pada zaman pendudukan Belanda, perkembangan silat sempat terhambat karena dipandang sebagai sesuatu yang berbahaya. Adapun silat dapat bertahan hingga sekarang karena adanya beberapa kelompok kecil pencak silat yang secara sembunyi-sembunyi tetap melakukan latihan untuk melestarikan kebudayaan ini. Dan, uniknya, silat justru kemudian digunakan sebagai alat untuk mengusir Belanda dari bumi Indonesia, seperti yang dilakukan oleh beberapa pendekar yang terkenal, semacam Si Pitung dan Jampang.



Kini, silat tidak digunakan untuk berburu atau melawan penjajah. Silat kini lebih diposisikan sebagai seni dan koreografi beladiri. Karenanya, Gareth Evans kemudian mempelajarinya dan mengangkatnya menjadi film. Namun, sayangnya, kini anak-anak bangsa ini sering kali lebih tertarik pada beladiri asing, ketimbang silat. Oleh karena itu, sebagaimana dikemukakan Iko Uwais dan Yayan Ruhian (pemeran utama dalam film The Raid) kepada Mizan.com, diharapkan film "Merantau" dan "The Raid" dapat memicu anak-anak negeri ini untuk kenal, emncintai dan kemudian mempelajari silat. Sebab, dengan begitu, kita berarti telah ikut melestarikan budaya Indonesia, dengan berbagai nilai-nilai filosofis maupun spiritual yang terdapat di dalam silat.



Sumber: www.mizan.com











Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:25 PM.


no new posts