demokrat
27th May 2012, 02:56 PM
SIAPA bilang sampah hanya
menjadi barang yang tak
bermanfaat dan berakhir di tong
sampah? Dengan keahlian dan
kreativitas, limbah tersebut pun
bisa menjadi energi alternatif
untuk keperluan rumah tangga.
Adalah Sarah Ervinda, mahasiswi
Institut Teknologi Bandung
angkatan 2008 yang menjadi
pencetus lahirnya ide tersebut.
Sarah, melalui proyek lingkungan
yang diikutsertakan dalam Bayer
Young Environmental Envoy
(BYEE) melahirkan sebuah inovasi
yang ditujukannya untuk
membantu masyarakat mencari
sumber energi alternatif pengganti
kayu melalui pengolahan sampah
dengan menggunakan sistem
bioreaktor di Desa Kidang
Pananjung, Garut, Jawa Barat.
"Tujuan awal saya ingin
menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi lingkungan serta
ingin memberikan pengabdian
terhadap masyarakat," tuturnya
pada wartawan usai menerima
penghargaan Bayer Young
Environmental Envoy di Hotel
Intercontinental, Jakarta, Jumat
(15/9/2011).
Masyarakat desa tersebut,
dilanjutkan Sarah, banyak
menggunakan kayu sebagai alat
untuk memasak. Dengan kondisi
tersebut, daerah pun menjadi
rawan longsor karena tingginya
aksi penebangan hutan.
Ketika berkunjung ke sana, Sarah
melihat bahwa banyak limbah
sampah organik dan limbah
ternak yang dapat dijadikan
sumber energi alternatif. Sarah
yang sebenarnya tak memiliki
pengetahuan teknik kimia pun
kemudian melakukan riset dan
mengidentifikasi potensi gas dari
sumber limbah tersebut. Setelah
itu, dia memasang bioreaktor
skala rumah tangga dan
menyelenggarakan pelatihan-
pelatihan mengenai biogas untuk
penduduk.
"Kapasitas dari bioreaktor tersebut
sebesar 1 meter kubik dan bisa
digunakan untuk memasak
selama 1,5 jam. Saya berharap
dengan adanya alat ini maka
masyarakat dapat mengurangi
penebangan pohon dan beralih ke
bioreaktor sebagai sumber
alternatif memasak," kata gadis
berusia 20 tahun tersebut
mengakhiri.
Sumber
Okezone.com http://img.kaskus.co.id/images/kaskusmobile_hp.gif
</div>
menjadi barang yang tak
bermanfaat dan berakhir di tong
sampah? Dengan keahlian dan
kreativitas, limbah tersebut pun
bisa menjadi energi alternatif
untuk keperluan rumah tangga.
Adalah Sarah Ervinda, mahasiswi
Institut Teknologi Bandung
angkatan 2008 yang menjadi
pencetus lahirnya ide tersebut.
Sarah, melalui proyek lingkungan
yang diikutsertakan dalam Bayer
Young Environmental Envoy
(BYEE) melahirkan sebuah inovasi
yang ditujukannya untuk
membantu masyarakat mencari
sumber energi alternatif pengganti
kayu melalui pengolahan sampah
dengan menggunakan sistem
bioreaktor di Desa Kidang
Pananjung, Garut, Jawa Barat.
"Tujuan awal saya ingin
menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi lingkungan serta
ingin memberikan pengabdian
terhadap masyarakat," tuturnya
pada wartawan usai menerima
penghargaan Bayer Young
Environmental Envoy di Hotel
Intercontinental, Jakarta, Jumat
(15/9/2011).
Masyarakat desa tersebut,
dilanjutkan Sarah, banyak
menggunakan kayu sebagai alat
untuk memasak. Dengan kondisi
tersebut, daerah pun menjadi
rawan longsor karena tingginya
aksi penebangan hutan.
Ketika berkunjung ke sana, Sarah
melihat bahwa banyak limbah
sampah organik dan limbah
ternak yang dapat dijadikan
sumber energi alternatif. Sarah
yang sebenarnya tak memiliki
pengetahuan teknik kimia pun
kemudian melakukan riset dan
mengidentifikasi potensi gas dari
sumber limbah tersebut. Setelah
itu, dia memasang bioreaktor
skala rumah tangga dan
menyelenggarakan pelatihan-
pelatihan mengenai biogas untuk
penduduk.
"Kapasitas dari bioreaktor tersebut
sebesar 1 meter kubik dan bisa
digunakan untuk memasak
selama 1,5 jam. Saya berharap
dengan adanya alat ini maka
masyarakat dapat mengurangi
penebangan pohon dan beralih ke
bioreaktor sebagai sumber
alternatif memasak," kata gadis
berusia 20 tahun tersebut
mengakhiri.
Sumber
Okezone.com http://img.kaskus.co.id/images/kaskusmobile_hp.gif
</div>