azharmaice
26th June 2011, 09:02 AM
http://images.detik.com/content/2011/06/26/10/dpr2-luar.jpg
DETIK.comJakarta - Sama hal dengan pembangunan gedung baru DPR, rencana pembangunan gedung DPD di 33 provinsi juga berlangsung tak transparan. Karena itu, pembangunan gedung DPD yang diperkirakan menelan dana Rp 30 milier per gedung tersebut harus ditolak.
"Saya kira harus ditolak untuk dilakukan review. DPD buka-bukaan dong! Ini maksudnya apa? Rp 30 miliar kalau di 33 provinsi itu sudah hampir Rp 1 triliun. Sama dengan gedung baru DPR," kata peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam kepada detikcom, Sabtu (25/6/2011).
Roy menengarai, pembangunan gedung DPD mulai samar-samar terdengar tahun 2010 lalu. Setelah itu informasi yang beredar di tataran publik simpang siur. Hal ini mengindikasikan bahwa rakyat tidak mengetahui pasti mengenai rencana pembangunan gedung terebut.
"DPD seharusnya menggelar uji publik terhadap rencana tersebut. Mereka kan tanpa tedeng aling-aling politik, seharusnya bisa lebih terbuka," katanya.
Menurut dia, dengan anggaran cukup besar, sampai kini tidak jelas bagaimana disain dan peruntukan gedung DPD di tiap provinsi tersebut. Anggaran Rp 30 miliar satu gedung juga dirasakan Roy cukup mahal, apalagi di daerah yang jauh dari ibu kota.
"Kalau bikin rumah aspirasi satu sekretariat bersama saja, karena sebetulnya secara arah politik kecenderungannya sama, tidak terkooptasi oleh sebuah bangunan parpol. Mereka lahir dari orang-orang independen," jelas dia.
Tanpa mengecilkan peran DPD, Roy melanjutkan, alangkah baiknya bila DPD memperkuat dulu fungsinya sebagai lembaga perwakilan daerah. Hingga kini hal tersebut belum tampak. Apabila persoalannya adalah kewenangan yang masih terbatas di UUD 1945, maka DPD harus mendorong terus agar diamandemen.
"Kalau anggota DPD didukung rakyat, maka sebetulnya perjuangan itu bisa didukung rakyat. Tapi rakyat adem ayem. Publik memandang mereka belum ngapa2-ngapain. Sekarang mereka ingin bangun rumah dengan dengan pola yang tertutup seperti ini. Saya setuju untuk ditolak," ujar Roy.
Aduh dimaa ni :gg:
ndan sepeti biasa :melon: nya yaa :D
DETIK.comJakarta - Sama hal dengan pembangunan gedung baru DPR, rencana pembangunan gedung DPD di 33 provinsi juga berlangsung tak transparan. Karena itu, pembangunan gedung DPD yang diperkirakan menelan dana Rp 30 milier per gedung tersebut harus ditolak.
"Saya kira harus ditolak untuk dilakukan review. DPD buka-bukaan dong! Ini maksudnya apa? Rp 30 miliar kalau di 33 provinsi itu sudah hampir Rp 1 triliun. Sama dengan gedung baru DPR," kata peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam kepada detikcom, Sabtu (25/6/2011).
Roy menengarai, pembangunan gedung DPD mulai samar-samar terdengar tahun 2010 lalu. Setelah itu informasi yang beredar di tataran publik simpang siur. Hal ini mengindikasikan bahwa rakyat tidak mengetahui pasti mengenai rencana pembangunan gedung terebut.
"DPD seharusnya menggelar uji publik terhadap rencana tersebut. Mereka kan tanpa tedeng aling-aling politik, seharusnya bisa lebih terbuka," katanya.
Menurut dia, dengan anggaran cukup besar, sampai kini tidak jelas bagaimana disain dan peruntukan gedung DPD di tiap provinsi tersebut. Anggaran Rp 30 miliar satu gedung juga dirasakan Roy cukup mahal, apalagi di daerah yang jauh dari ibu kota.
"Kalau bikin rumah aspirasi satu sekretariat bersama saja, karena sebetulnya secara arah politik kecenderungannya sama, tidak terkooptasi oleh sebuah bangunan parpol. Mereka lahir dari orang-orang independen," jelas dia.
Tanpa mengecilkan peran DPD, Roy melanjutkan, alangkah baiknya bila DPD memperkuat dulu fungsinya sebagai lembaga perwakilan daerah. Hingga kini hal tersebut belum tampak. Apabila persoalannya adalah kewenangan yang masih terbatas di UUD 1945, maka DPD harus mendorong terus agar diamandemen.
"Kalau anggota DPD didukung rakyat, maka sebetulnya perjuangan itu bisa didukung rakyat. Tapi rakyat adem ayem. Publik memandang mereka belum ngapa2-ngapain. Sekarang mereka ingin bangun rumah dengan dengan pola yang tertutup seperti ini. Saya setuju untuk ditolak," ujar Roy.
Aduh dimaa ni :gg:
ndan sepeti biasa :melon: nya yaa :D