Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Ulama Ulama is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 1,239
Rep Power: 15
Ulama mempunyai hidup yang Normal
Default Mengingatkan Batas-Batas Kehidupan Dengan Berpuasa

Belum lama, baru beberapa hari yang lalu, bangsa Indonesia memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya. Setiap datang tanggal 17 Agustus pada setiap tahun, seluruh bangsa ini diingatkan oleh hari yang membahagiakan itu. Tidak kurang dari 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing, yaitu Belanda dan kemudian disusul oleh Jepang. Penderitaan yang amat mendalam telah dirasakan oleh bangsa ini, selama dijajah itu.

Didorong oleh cita-cita luhur ingin meraih kemerdekaan, maka bangsa ini tumbuh semangat berjuang bersama merebut negerinya, dan akhirnya berhasil. Sejak itu Bangsa Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan, sebagaimana bangsa-bangsa lain. Pekik “merdeka” dikumandangkan di mana-mana menggambarkan kebahagiaan yang mendalam .
Siapapun merasakan betapa bahagiaanya meraih kemerdekaan setelah sekian tahun dijajah. Apalagi kemerdekaan itu bukan sebuah hadiah atau pemberian, melainkan atas hasil perjuangan yang keras dan berat, dengan mengorbankan segala-galanya. Penderitaan dan pengorbanan yang dialami untuk merebut kemerdekaan itu tidak terkirakan. Air mata, darah, harta, dan jiwa tidak terhitung besar dan jumlahnya telah dikorbankan.

Selanjutnya, apakah dengan bermodalkan kemerdekaan itu, bangsa ini menjadi leluasa mengekspresikan seluruh kebebasannya, dalam arti tidak memperhatikan adanya batas-batas yang harus dihindari. Semestinya memang tidak. Kemerdekaan yang dimaksud hanyalah sebatas bebas dari penjajah. Merdeka harus dimaknai lain dari hidup bebas tanpa batasan apapun. Kebebasan dalam hal-hal tertentu justru merusak dan mencelakakan. Proklamator kemerdekaan bangsa ini sendiri, Presiden Soekarno, memaknainya sebagai jembatan emas menuju kemakmuran, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Kemerdekaan bukan tujuan, melainkan sebuah jalan menuju tujuan yang sebenarnya.
Merdeka dari penjajah adalah jembatan emas yang harus direbut. Tetapi kemerdekaan dalam arti lepas dari penjajah, tidak sama maknanya dengan kebebasan tanpa batas. Kebebasan yang tidak proporsional, justru akan membahayakan kehidupan. Contoh sederhana, seorang pemuda yang secara bebas mengkonsumsi obat terlarang, melakukan hubungan lain jenis di luar ikatan pernikahan, berbuat bebas semaunya, maka hal itu justru akan mengantarkan ke arah penderitaan.

Tujuan puasa sebagaimana dikemukakan dalam al Qur’an surat al Baqoroh ayat 183 adalah untuk mengantarkan kaum beriman ke derajad taqwa, sesungguhnya adalah juga mengingatkan akan batas-batas kehidupan. Agar hidup ini menjadi selamat, bahagia, dan terhormat maka tidak semestinya dijalani tanpa batas atau serba bebas. Dalam kehidupan ini, memang harus ada batasan-batasan yang dipegangi atau tidak boleh dilanggar.

Orang boleh menggunakan tenaganya, tetapi juga harus istirahat manakala terasa lelah. Siapapun boleh makan, tetapi makanan itu harus terpilih, atau selektif, yaitu makanan yang telah menjadi miliknya dan yang halal hukumnya. Tidak boleh kaum muslimin memakan barang haram, lagi tidak selayaknya dimakan. Makanan boleh dikonsumsi asal halal, baik, dan tidak berlebih-lebihan. Makan yang berlebihan hingga merusak tubuh, tidak dibolehkan dalam ajaran Islam.
Siapapun juga boleh mengumpulkan harta, tetapi juga harus dibatasi, yakni tidak boleh merugikan orang lain atau harta itu didapatkan dengan cara yang tidak benar. Selain itu, harta tersebut juga harus disucikan dengan cara dikeluarkan zakatnya, infaq, dan sedekah. Kepemilikan harta pun juga tidak dilakukan sebebas-bebasnya. Kebebasan yang tidak terbatas akan mengganggu kehidupan orang lain, dan bahkan juga makhluk hidup lainnya.

Puasa adalah mengingatkan akan adanya batasan-batasan tentang kehidupan. Jika selain pada bulan puasa, orang boleh makan, minum, serta melakukan hal-hal yang tidak dilarang pada siang hari, maka memasuki bulan suci itu, semua hal itu dibatasi. Masih tetap dibolehkan makan, minum, dan berkumpul suami isteri, tetapi jika hal itu dilakukan pada malam hari, yaitu setelah terbenam mata hari sampai terbitnya fajar.
Batasan-batasan itu, tidak makan, minum, dan hal lain yang membatalkan puasa, jika diterima dengan ikhlas dan tawakkal, hanya berharap mendapatkan ridho dan ampunan dari Allah swt., maka akan mendapatkan derajat taqwa, yaitu posisi yang paling mulia di hadapan Allah swt. Semua orang berpeluang sama mendapatkan derajat mulia ini. Para pemimpin, rakyat, orang kaya, miskin, orang pandai, hingga orang yang paling bodoh pun, semua berpeluang sama mendapatkan derajat yang tertinggi di hadapan Allah.

Puasa mengingatkan kita semua, bahwa untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan, di dunia dan akherat, dan juga menggapai derajat yang mulia dan tertinggi, justru tatkala bersedia dan mampu menghindar dari batasan-batasan sebagaimana yang diajarkan dan ditauladankan oleh utusan-Nya, Muhammad saw. Hidup bebas dan tidak terbatas sesungguhnya justru berpeluang mencelakaan bagi kehidupan ini. Itulah sebabnya, ajaran puasa melatih para pelakunya untuk memperhatikan tentang batasan-batasan hidup itu, agar mendapatkan derajat yang tertinggi dan termulia. Wallahu a’lam.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 08:32 AM.