Musik dangdut yang katanya cuma ada di Indonesia, seiring berkembang nya zaman mulai tergeser dengan genre-genre musik lain. Ini mungkin sama saja dengan bergesernya kebaya oleh tanktop sampai kaftan sekarang ini. Pengaruh masuk nya musik-musik luar juga ikut andil tergesernya dangdut sebagai tuan rumah musik di Indonesia.
Dangdut yang sudah lazim di kaitkan dengan hiburan anak kampung, sebenarnya juga di nikmati oleh masyarkat modern. Sebut saja Wali dengan Aku Bukan Bang Toyib, Matta dengan Jambu, dan Anang Ashanty dengan Sumpah Mati nya, sangat terasa pengaruh irama dangdut dalam tiga lagu tersebut. Masih banyak lagu-lagu pop yang sebenarnya ada roh dangdut di dalamnya. Bersyukur karena masih banyak pelaku hiburan yang peduli dan mau mengangkat dangdut di pentas musik Indonesia.
Menurut guru saya di dunia maya Wikipedia , Bentuk musik dangdut ini berakar dari musik melayu 1940-an, di pengaruhi irama musik India dan Padang Pasir (Arab), sekitar tahun 1960-an masuk pengaruh luar dengan gitar listriknya. Dan pada tahun 1970-an musik dangdut telah matang dalam bentuknya yang kontemporer.
Iramaa musik dangdut juga tergeser karena pelaku hiburan dangdut itu sendiri. Panggung musik dangdut di tahun 1990-an sampai sekarang identik dengan goyang seksi. Tahun 2003 H.Rhoma Irama yang di beri gelar raja dangdut melarang lagu-lagu nya di bawakan oleh Inul Daratista dengan goyang ngebornya yang di sebut si Raja Dangdut �merusa moral�. Hal tersebut itulah yang menyebabkan panggung hiburan dangdut banyak dilarang untuk diadakan di beberapa tempat.
Tidak bisa di pungkiri, Wanita seksi dengan goyang aduhai nya bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk mendatangkan penonton panggung hiburan. Tapi sebenarnya, tanpa pakaian seksi dan goyang �mengundang� itu pun musik dangdut tetap akan di gemari kalarangan masyarakat bawah khususnya. Karena mereka mendatangi panggung dangdut bukan sekedar ingin menikmati body atau goyangan si penyanyi, mereka lebih ingin menikmati musik dangdut itu sendiri. Apa yang ingin mereka nikmati ketika H.Rhoma Irama atau Mansyur .S sedang di atas panggung? goyang pinggul kedua tokoh dangdut tersebut. Atau juga saat Ummi Elvy dan Rita Sugiarto misalnya, apa mereka menampilkan goyang yang sensual?
Apa yang ada di pikiran mereka yang berkata �cintai produk Indonesia� sementara koleksi lagu mereka di penuhi dengan lagu barat. Memang mencintai produk Indonesia bukan berarti membenci yang dari luar.
Ternyata musik dangdut tetap mempunyai tempat di hati masyarakat kampung khususnya. Dari pengamatan saya. Kebanyakan dari mereka masih mengoleksi lagu-lagu dangdut. Seakan lagu dangdut wajib ada di pemutar musik mereka. Dan lagu-lagu dangdut dulu seperti lagu nya H.Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, H.Mansyur.S, Iis dahlia dan lainnya masih mendominasi deretan koleksi mereka di banding lagu-lagu disco dangdut sekarang. Saya ada menemui seorang teman yang mencibir ketika di tanya apa dia punya koleksi lagu dangdut, setelah di teliti ternyata dia punya banyak lagu-lagu dangdut populer. Lalu kenapa ada yang malu mengaku suka musik dangdut. Mungkin hal ini di sebabkan �cap� yang terlanjur melekat di musik dangdut sebagai musik masyarakat bawah, bahkan ada yang menyebut �kampungan�.
Harapan orang kampung untuk bisa terus menikmati musik dangdut tidak pernah luntur. Masyarakat di pedesaan tetap menganggap musik dangdut paling pas mengiringi aktifitas, dan mereka selalu senang bergoyang dengan iringan suara gendang.
Kenapa Malu Kalau Memang Suka Dangdut
[/IMG]
Semoga bermanfaat 
