|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Sebelumnya maaf ndan, jika thread nya salah kamar. Sebenarnya mau di post di forum budaya, tapi dicari-cari kok tidak ada. Berhubung wayang itu sangat kental dengan masyarakat Jawa terutama Jogja, jadi aku masukin di sini.
![]() Seperti kita tahu bahwa wayang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah dikenal sekitar 1500 tahun yang lalu. Kisah atau cerita yang diangkat dalam suatu pertunjukan wayang sebagian besar diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Sebagai generasi muda, tidak ada salahnya kalau kita ikut melestarikan budaya wayang ndan. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari tokoh dan kisah pewayangannya. ![]() BIMA BUNGKUS
Quote:
Seluruh kerajaan Astina sangat berduka karena kelahiran anak jabang bayi Prabu Pandu dan Dewi Kunti yang berwujud terbungkus. Tak ada satu pun senjata yang mampu untuk memecah bungkus tersebut. Kurawa yang juga ikut membantu memecah bungkus tersebut, walaupun dengan tujuan berbeda ingin melenyapkan sang jabang bayi, juga tidak sanggup melakukannya. Sampai akhirnya, terdapat wangsit dewata yang meminta bayi bungkus tersebut dibuang di hutan Krendawahana.
Di pertapaan wukir retawu Begawan Abyasa kedatangan Raden Permadi yang dikuti oleh punakawan. �Kakek bagaimana nasib kakak bungkus, sudah sampai beberapa tahun tak ada kabar baik mengenai ini eyang, menjadikan dukanya ibu Kunti� Tentu saja sang Begawan yang memang dipenuhi oleh budi luhur sudah mengetahui apa yang akan terjadi. �Cucuku ngger Permadi, mengertilah kalo kakakmu sedang menjalani karmanya. Di kemudian hari kakakmu si bungkus akan jadi ksatria utama dan akan mendapat apa yang disebut sebagai wahyu jati� Sementara di Suralaya Batara Guru memanggil Gajah Sena putra sang batara yang berwujud gajah untuk memecah si bungkus sehingga menjadi manusia yang sejati. Sang guru juga mengutus Dewi Umayi untuk melatih tentang keutamaan kepada si bayi bungkus. Setelah memberikan pengajaran kepada si bungkus, Dewi Umayi memberikan busana berupa cawet bang bintulu merah, hitam, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong dan kuku Pancanaka. Selanjutnya Gajahsena dengan kekuatan yang dimilikinya membuka bungkus si jabang bayi. Namun dengan pecahnya bungkus, sang bayi menjadi marah karena ia merasa disakiti, maka terjadilah perkelahian yang dahsyat diantara keduanya. Pertempuran tersebut berakhir dengan kalahnya Gajah Sena. Namun bersamaan dengan sirnanya jasad sang Gajah, seluruh roh dan kekuatannya merasuk kedalam badan si bayi bungkus. Kemudian datanglah Betara Narada. Si bungkus kemudian bertanya pada Sang Kabayadewa,�Heeem, siapakah aku ini?� �Anakku, kamu itu sesungguhnya adalah putra nomor dua dari Raja Dimarta Prabu Pandu Dewanata. Kamu lahir berwujud bungkus, dan kehendak Dewata kamu akan menjadi ksatria utama, dan untuk itu engkau kuberi nama Bratasena ..� Bratasena (Bima) kemudian hari menjelma menjadi seorang yang gagah dan menakutkan karena badannya yang tinggi besar dengan suara yang menggelegar. Suatu saat, datanglah Ratu dari Tasikmadu yang meminta pertolongan kepada Bratasena untuk melenyapkan raja raksasa bernama Kala Dahana. Patih Kala Bantala, Kala Maruta dan Kala Ranu. Dengan kekuatannya Bratasena mengalahkan para raksasa tersebut. Mereka sirna dan semua kekuatan para raksasa tadi menyatu dalam tubuh Raden Bratasena; itulah kekuatan api, tanah, angin dan air. JABANG TETUKA
Quote:
Prabu Pracona, raja raksasa Negara Giliwengi dan Patih Sekipu mengamuk di Suralaya, kahyangan Jonggringsaloka. Ia ingin memperistri Bathari Prabasini tetapi ditolak oleh Bathara Guru. Prabu Pracona dan Patih Sekipu tidak dapat dikalahkan oleh para dewa yang ada disana. Akhirya Bathara Guru mengutus Bathara Narada untuk meminta bantuan kepada Pandawa. Arjuna yang ikut ke kahyangan, tetapi dia juga tidak bisa mengalahkan patih Sekipu, Arjuna justru terbuang melayang-layang dan jatuh di hadapan Resi Kanwa yang sedang bertapa.
Melihat hal itu, Bathara guru kembali menugaskan Bathara Narada turun ke Marcapada dengan membawa senjata Kuntawijayadanu. Saat itu, Arjuna memang sedang mencari petunjuk bagaimana agar bisa menolong putera Bima,kakaknya, yang sampai umur satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong. Senjata yang dibawa Narada sebenarnya akan diberikan kepada Arjuna, agar bisa digunakan untuk memotong tali pusar putera Bima dan Dewi Arimbi tersebut. Dan jabang bayi tersebutlah yang akan dijadikan lawan Prabu Pracona dan Sekipu. Namun Bathara Narada melakukan kesalahan, Kuntawijayadanu bukan diserahkan kepada Arjuna melainkan Karna yang memang memiliki wajah yang mirip dengan Arjuna. Saat itu, Karna juga sedang melakukan tapa demi mendapatkan senjata pusaka. Menyadari bahwa ia melakukan kesalahan, maka Bathara Narada memberitahu Arjuna bahwa senjata yang hendak diberikan kepadanya, telah salah ia berikan kepada Karna. Arjuna pun langsung mengejar Karna. Pertarungan antara Arjuna dan Karna pun tidak bisa dielakkan. Namun Karna berhasil lolos dengan membawa senjata Kuntawijayadanu, sementara Arjuna hanya berhasil membawa sarung senjata Kunta. Namun, dengan kehendak dewata, sarung Kunta bisa digunakan untuk memotong tali pusar si jabang bayi, namun sarung senjata itu kemudian masuk menyatu ke dalam pusar si jabang bayi. Maka datanglah Bathara Narada dan memberi nama jabang bayi tersebut Jabang Tetuka, kemudian ia meminjamnya untuk dibawa ke kahyangan , untuk dijadikan lawan Pracona dan Sekipu. Jabang Tetuka kemudian dihadapkan untuk melawan Sekipu, namun anehnya, semakin dipukul, kekuatan Jabang Tetuka malah semakin bertambah. Akhirnya Sekipu menyerahkan kembali Tetuka kepada Narada untuk membesarkan Tetuka saat itu juga. Kemudian Narada menceburkan Jabang Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, kemudian para Dewa melemparkan senjata mereka ke dalam kawah Candradimuka. Beberapa saat kemudian Tetuka muncul sebagai seorang laki-laki dewasa dan semua senjata yang diceburkan ke kawah Candradimuka sudah menyatu dalam dirinya. Ia pun maju ke medan perang untuk melawan Sekipu dan Pracona, ia berhasil membunuh Sekipu dengan gigitan taringnya. Taring Jabang Tetuka kemudian dipotong oleh Kresna yang saat itu menyusul ke kahyangan bersama para Pandawa. Dan untuk menambah kesaktiannya, Bathara Guru menganugerahkan tiga pusaka yaitu, Kutang Antakusuma, Caping basunanda dan Tiumpah/ Sepatu Padakucarma. Kemudian ia diberi nama Gatotkaca, dan dengan ketiga pusaka yang telah dimilikinya, akhirnya Gatotkaca berhasil membunuh Prabu Pracona. ![]() sumber : www.hadisukirno.com |
#2
|
|||
|
|||
![]() dewa ruci
Quote:
cerita ini terjadi saat pandhawa bersama saudara-saudara sepupunya, kurawa sedang bersama-sama menimba ilmu pada guru yang sama resi durna atau kumbayana. Kurawa yang amat menyadari bahwa tahta kerajaan astina yang saat itu diduduki ayah mereka, destarastra, adalah sekadar titipan dari ayah pandhawa, pandu dewanata yang mati muda. Dan jika nanti pandhawa telah dewasa, tahta itu harus dikembalikan kepada mereka. Para saudara kurawa yang berjumlah seratus itu, mulai cemas dan berusaha keras untuk melenyapkan pandawa.
Sebenarnya para kurawa tidak memiliki kemampuan untuk menyusun strategi bagaimana harus melenyapkan para pandhawa. Tetapi mereka memiliki bantuan pemikir yaitu harya sangkuni, atau arya suman, adik ibunya gendari, yang diangkat jadi patih kerajaan astina . Sengkuni berhasil membujuk resi durna untuk membantu rencana kurawa tersebut. Sasaran utamanya adalah pandhawa si nomer 2, raden werkudara alias arya bimasena dan si nomer 3 raden janaka alias harjuna, 2 orang pandhawa yang kesaktiannya luar biasa. Dan sasaran utamanya adalah bimasena. Setelah menyelesaikan sesi latihan ragawinya, bima diutus sang guru resi durna untuk mencari �tirta prawitasari�, air kehidupan, guna menyucikan batinnya demi kesempurnaan hidupnya. Benda itu, harus dicari di hutan tibaksara di gunung reksamuka. Ketika menghadap ibunya, dewi kunthi, saudara-saudaranya yang lain mengingatkan bahwa mungkin ini hanya jebakan sangkuni karena hutan itu sudah terkenal sebagai �alas gung liwang liwung, sato mara, sato mati� . Tapi bima tetap kukuh melaksanakan perintah gurunya meskipun dia harus menyerahkan jiwanya. Melihat keteguhan hati anaknya, sang ibu akhirnya memberi restu kepada bima. Bima pun akhirnya berangkat menjalankan tugas gurunya. Seluruh hutan sudah dijelajahinya, tapi yang dicari tidak ada ada. Bima justru membangunkan dua raksasa penunggu hutan yaitu rukmuka dan rukmakala yang sedang tidur.perkelahian pun tidak dapat dihindarkan, namun kedua raksasa tersebut terbunuh oleh bima. Menyadari bahwa yang dicarinya tidak ada, sang bima kembali dan menghadap gurunya. Resi durna kaget melihat bima selamat dan bisa keluar dari hutan tibaksara. Resi durna kemudian memintanya untuk mencari tirta prawitasari ke dalam lautan. Bima pun langsung berangkat untuk melaksanakan perintah gurunya. Seisi lautan diaduknya, seekor naga yang menghalangi jalannya disingkirkannya, tapi yang dicarinya tidak juga ketemu. Ditengah kebingungannya, dia justru menemukan mahluk yang serupa dirinya dalam ukuran yang lebih kecil, yang meniti ombak lautan, mendekati dirinya. Mahluk itu memperkenalkan dirinya sebagai sang dewa ruci, sang sukma sejatinya, dirinya yang sebenarnya. Akhirnya sang bimasena masuk ke dalam wadag sang dewa ruci melalui kuping kirinya, dan mendapat penjelasan tentang hidup sejatinya. petuah dan esensi cerita untuk mendapatkan �inti pengetahuan sejati� (tirta prawitasari) sang bima harus menempuh ujian fisik dan mental sangat berat, (hutan tibaksara �tajamnya cipta�; gunung reksamuka, �pemahaman mendalam�). Sang bimasena tidak akan mampu menuntaskannya tanpa membunuh raksasa rukmaka �kamukten, kekayaan� dan rukmakala �kemuliaan� . Tanpa mengendalikan nafsu dunianya dalam batas maksimum. Perjalanannya menyelam ke dasar laut diartikan dengan �samodra pangaksami� pengampunan. Membunuh naga yang mengganggu jalannya simbol dari melenyapkan kejahatan dan keburukan diri. Pertemuannya dengan sang dewa ruci melambangkan bertemunya sang wadag dengan sang suksma sejati. Masuknya wadag bima kedalam dewa ruci dan menerima wahyu sejati bisa diartikan dengan �manunggaling kawula-gusti�, bersatunya jati diri manusia yang terdalam dengan penciptanya. Kemanunggalan ini mampu menjadikan manusia untuk melihat hidupnya yang sejati. Dalam istilah kejawen �mati sajroning urip, urip sajroning mati�. (mati di dalam hidup, dan hidup di dalam mati). Sumber: Wayangprabu wahyu makutharama
Quote:
prabu suyudana (doryudana) mengutus adipati karna, patih sengkuni dan para kurawa pergi ke gunung kutharungu atau pertapaan swelagiri. Ia mendapat wangsit dalam mimpinya bahwa barang siapa yang bisa memiliki makuta sri batararama, maka ia akan menjadi sakti, dan akan menurunkan raja-raja tanah jawa.
adipati karna kemudian pergi menjalankan tugasnya ke kutharungu. Disana ia bertemu dengan anoman yang memang ditugaskan oleh panembahan kesawasidi untuk menjaga keamanan selama ia bersemedi. Karna kemudian mengungkapkan maksud kedatangannya kepada anoman, namun anoman menolaknya. Terjadilah kesalahpahaman antara keduanya sehingga pertarungan antara keduanya tidak bisa dihindarkan. Karna yang merasa terdesak, langsung melepaskan senjata saktinya, panah kuntawijayandanu. Anoman yang mengetahui bahwa senjata itu bukanlah pusaka biasa, ia lalu terbang setinggi-tingginya dan menukik menangkap panah yang telah dilepaskan oleh karna. Karna yang kehilangan pusaka andalannya kemudian kembali pulang ke awangga, ia tidak kembali ke hastina karena malu tidak bisa menjalankan tugas dengan baik. Sementara di pihak pandawa, arjuna juga mencari makutharama yang ditemani oleh para punakawan. Dalam perjalanannya ke kutarungu, ia dihadang oleh raksasa-raksasa yang menganggunya. Namun akhirnya, arjuna bisa mengalahkan mereka. Beruntunglah arjuna, sesampainya di swelagiri, panembahan kesawasidi sudah selesai bersemedi dan baru saja memberikan nasihat kepada anoman yang dianggapnya sedikit lancang dalam menjalankan tugasnya. Anoman kemudian diperintahkan untuk ke kendhalisada untuk bertapa dan memohon ampun atas kesalahannya. Arjuna kemudian bertemu dengan kesawasidi, dan menjelaskan maksud kedatangannya. begawan kesawasidi memberikan penjelasan bahwa sebenarnya makutharama itu bukanlah sebuah barang/benda, melainkan pengetahuan budi pekerti raja yang sempurna atau ajaran astabrata. Begawan kesawasidi kemudian menyampaikan ajaran astabrata kepada arjuna. Setelah selesai menyampaikan ajaran rama, panembahan kesawasidi memberikan pusaka kuntawijayandanu kepada arjuna agar diserahkan kembali kepada karna sang pemilik. Arjuna kemudian mohon undur diri. Setelah selesai memberikan wejangan astabrata kepada arjuna, tanpa sepengetahuan arjuna, kesawasidi kemudian berubah menjadi wujud aslinya yaitu prabu kresna dari dwarati dan mengikuti arjuna kembali ke amarta. Sementara di amarta, semuanya gelisah karena arjuna yang sedang mencari wahyu makutharama tidak kunjung pulang dan prabu kresna juga lama tidak berkunjung ke amarta. yudhistira kemudian memerintahkan bima untuk mencari prabu kresna dan gatotkaca untuk mencari arjuna. Begitu pula dengan dewi subadra dan dewi srikandi, mereka mengkhawatirkan suaminya, arjuna, yang tidak kunjung pulang. Kemudian mereka memohon petunjuk dewa. Datanglah batara narada yang mengubah wujud mereka menjadi seorang ksatriya. Dewi subadra diberi nama shintawaka dan dewi srikandi bernama madusubrata.keduanya kemudian diperintahkan untuk menuju ke pertapaan kutarungu. Sepanjang perjalanannya, shintawaka dan madusubrata selalu meneriakkan tantangannya kepada raden arjuna. Suara mereka bahkan sampai terdengar gatutkaca yang sedang berada di angkasa dalam perjalanannya mencari arjuna. Gatutkaca tidak terima dengan tantangan shintawaka dan madusubrata, terjadilah perkelahian diantara mereka. Dalam pertempuran itu, gatotkaca kalah, dan diangkat oleh mereka dan diajak bersama-sama mencari arjuna. Sementara adipati karna yang sedih karena kehilangan senjata pusakanya akhirnya bertemu dengan arjuna yang ingin mengembalikan kuntawijayandanu kepadanya. Keduanya pun saling melepas rindu karena lama tidak bertemu. Karna juga menanyakan kenapa senjatanya bisa berada di tangan arjuna. Arjuna berterus terang bahwa senjata itu diperolehnya dari panembahan kesawasidi saat ia bermaksud mencari wahyu makutarama. Mendengar cerita raden arjuna, adipati karna memaksa ingin tahu tentang wahyu makutharama, tetapi arjuna menolaknya. Terjadilah pertempuran diantara keduanya, namun karna kalah dan melarikan diri. Dalam pelariannya menghindari arjuna, karna bertemu dengan shintawaka dan madusubrata. Karna kemudian memberitahukan bahwa arjuna berada di belakang mengejarnya. Raden arjuna yang sedang mengejar adipati karna kemudian dihalang-halangi oleh shintawaka dan madusubrata hingga terjadilah pertempuran diantara mereka. Namun, arjuna kalah dan menghindari shintawaka dan madusubrata. Raden arjuna kemudian bertemu dengan bimasena yang sedang mencari keberadaan prabu kresna. Arjuna meneritakan bahwa ia dikalahkan oleh dua satriya yang tidak dikenal, dan ia meminta bantuan kakaknya itu untuk menghadapi shintawaka dan madusubrata. Shintawaka dan madusubrata yang dibantu gathotkaca juga berhasil mengalahkan bima, karena gathotkaca tahu kelemahan ayahnya itu. Saat arjuna dan bima mundur menghindari pertempuran dengan shintawaka dan madusubrata, mereka bertemu dengan prabu kresna. Keduanya lalu menceritakan bahwa mereka baru saja dikalahkan oleh shintawaka dan madusubrata. Prabu kresna tahu siapa jati diri kedua satriya itu sebenarnya. Ia kemudian meminta arjuna untuk menghadapi mereka kembali dengan menggunakan ilmu asmaratantra yang berupa syair/tembang asmara yang bisa meluluhkan hati shintawaka dan madusubrata. Berubahlah wujud dua satriya itu, shintawaka berubah ke wujud aslinya yaitu dewi subadra dan madusubrata kembali menjadi dewi srikandi. http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=51 |
#3
|
|||
|
|||
![]() KRESNA DUTA BAGIAN 1
Quote:
setelah selesai menjalani masa pembuangan dan pengasingan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama satu tahun. pandawa dan drupadi menetap di wirata. yudhistira juga telah mengirimkan surat ke phancala untuk member kabar kepada prabu drupada bahwa drupadi dalam keadaan sehat dan memohon kedatangannya karena drupadi sangat rindu kepada orangtuanya.
Ketika para pandawa sedang berkumpul di istana bersama prabu matsyapati, datanglah gathotkaca yang turun dari langit karena mendengar berita bahwa pandawa berada di wirata. bima seperti biasa menyambut anaknya itu diluar. Yudhistira kemudian meminta gatotkaca untuk mengundang sri kresna. Gathotkaca segera menjalankan tugasnya, ia melesat ke udara menuju dwaraka. Di dwaraka, si kresna sedang berbincang-bincang kepada subadra dan abimanyu, mereka berdua ingin ke wirata untuk bertemu arjuna. Namun, sri kresna meminta mereka untuk menunggu undangan dari wirata terlebih dahulu karena sri kresna tahu bahwa gathotkaca sedang dalam perjalanan untuk mengundang kedatangannya. Setibanya gathotkaca, sri kresna sudah tahu maksud kedatangan gathotkaca. Subadra dan abimanyu kemudia berangkat ke wirata dengan kereta kuda yang sudah disipakan sri kresna. Gathotkaca kemudian disuruh sri kresna untuk kembali ke pringgodani karena dirinya masih mempunyai tanggung jawab besar juga disana. Sri kresna kemudian memberikan perintah kepada sencaki sebagai penggantinya selama dirinya tidak ada di tempat. Sri kresna kemudian melesat ke angkasa menuju wirata. Mendekati wirata, sri kresna melihat kereta kuda dari panchala. Kedatangan sri kresna di wirata sudah disambut oleh para pandawa. Ia kemudian memberitahu bahwa kereta dari phancala sudah mendekati wirata, sementara subadara dan abimanyu masih dalam perjalanan. Yudhistira senang karena dropadi bisa bertemu dengan orangtuanya, begitu juga arjuna, karena ia memang sudah rindu dengan subadra dan abimanyu. Tidak lama kemudian datanglah kereta kerajaan phancala, dan disusul kereta subadra dan abimanyu . Kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh prabu matsyapati. Prabu matsyapati kemudian mengusulkam agar abimanyu dinikahkan dengan puterinya, utari. Semua yang ada disana setuju dengan usulan itu. Undangan-undangan untuk menghadiri pernikahan abimanyu dan utari segera dikirim. Diantaranya adlah ke mandura dan hastina untuk mengundang prabu baladewa dan tetua-tetua hastina beserta pada kurawa. Prabu baladewa senang mendapat berita bahwa keponakannya abimanyu akan menikah dan segera menuju ke wirata. Sementara di hastina suasananya sedikit berbeda. doryudana dan para korawa yang lain tidak berniat datang ke pernikahan abimanyu. Oleh karena itu sangkuni memberi alasan bahwa mereka sedang sibuk dengan urusan kerajaan hastina sehingga tidak bisa hadir. Sementara resi drona yang tidak ingin bertemu dengan prabu drupada member alasan bahwa dirinya sudah tua dan tidak cocok untuk berjalan jauh. Sehingga dari hatina yang hadir hanyalah eyang bisma, arya widura dan ibu kunti. Kedatangan para tetua hastina disambut dengan hangat dan penuh rasa hormat. Begitu pula dengan kedatangan prabu baladewa, kedatangannya disambut dengan hormat oleh sri kresna. Baladewa menyatakan penyesalannya karena dirinya jarang melihat abimanyu karena abimanyu lebih senang tinggal di dwaraka. Sri kresna mengetahui bahwa kakaknya itu hanya bercanda, kemudian ia menjawab bahwa abimanyu tidak dipaksa tinggal di dwaraka, tetapi karena subadara lebih senang tinggal di dwaraka, maka abimanyu juga tinggal di dwaraka bersama abimanyu. Setelah upacara pernikahan abimanyu dan utari selesai, para tamu udangan kembali pulang ke tempat masing-masing, kecuali tamu-tamu kehormatan. Kemudian sri kresna maju ke muka dan bertanya apa rencana para pandawa setelah hukumannya selesai. Yudhistira sebagai putera tertua pandawa, mengatakan bahwa dirinya akan meminta haknya kembali atas indraprastha. Sri kresna kemudian lanjut bertanya apa yang akan dilakukan jika doryudana menolak mengembalikan indraprastha. Yudhistira yang jujur dan cinta damia menjawab bahwa dirinya tidak ingin membuta kerusuhan yang bia menebar bibit dendam antara pandawa dan korawa, sehingga dirinya bersedia mengembara saja jika indraprastha tidak dikembalikan. sri kresna kemudian memberi nasihat yudhistira agar ia memikirkan kesejahteraan saudara-saudaranya dan juga dropadi, istrinya. Sementara bima yang memang mudah marah menjawab dengan tegas, “kita hantam saja dan rebut kembali dengan paksa!”. Prabu baladewa kemudian berdiri dan berkata bahwa dirinya tidak ingin ikut campur dengan urusan pandawa dan korawa, ia datang hnya untuk menghadiri pernikahan abimanyu dank arena sudah selesai maka ia undur duri pulang ke mandura. Para raja yang hadir terkejut dengan tindakan baladewa, prabu drupada pun berkata bahwa jika baladewa berada dalam posisi pandawa, sudah pasti ia langsung menyerang hastina. Sri kresna yang paham betul bagaimana sikap kakaknya, segera membela dan berkata bahwa baladewa orang yang jujur dan terus terang serta berpendirian untuk tidak ikut campur dengan urusan orang lain. Eyang bisma kemudian menengahi, bahwa sebaiknya masalah ini dibicarakan dulu kepada korawa di hastina. Para pandawa sebaiknya mengirim seorang duta untuk membicarakan masalah ini. Semiarya widura kemudian mengusulkan sri kresna sebaiknya yang diutus sebagai duta, karena kresna dalah orang yang adil bijaksana dan juga pandai. Semua yang hadir setuju dengan usul tersebut. Para pandawa pun kemudian memohon kesediaan sri kresna sebagai duta pandawa ke hastina. Sebenarnya sri kresna tahu bahwa tugasnya kali in akan mengalami kegagalan kaerna di masa depanakan terjadi perang bharatayuda. Namun, sri kresna menyanggupi, kaena tuganya sebagai duta juga sudah menjadi rencana dewata. Setelah diputuskan sri kresna sebagai duta pandawa ke hastina, eyang bisma, arya widura dan ibu kunti kembali ke hastina untuk member tahu pihak hastina agar menyiapkan kedatangan sri kresna. Sri kresna tidak langsung ke hastina, ia melesat ke angkasa kembali ke dwaraka. Ia kemudian berangkat ke dwaraka dengan kereta kerajaan yng dikusiri oleh sencaki. Setibanya di hastina, sri kresna segera menuju ke tempat arya widura untuk memberi hormat kepada ibu kunti dan paman widura. Pembesar-pembesar hatina telah berkumpul di sebuah aula menunggu kedatangan sri kresna. Ketika sri kresna memasuki gedung, suasana yang tadinya riuh oleh para korawa menjadi sunyi senyap. Sri kresna kemudian menyampaikan maksud kedatangannya bahwa ia sebagai duta pandawa yag telah selesai menjalani hukuman dan kini meminta kembali haknya atas indraprastha. Namun doryudana dan para korawa sudah bertekad tidak akan mengembalikan indraprastha. Mereka sudah dilatih oleh sangkuni untuk memberikan berbagai alasan untuk tidak mengembalikan indraprastha. Doryudana mengatakan bahwa tindakan pandawa mengadakan upacara rajasuya menunjukkan bahwa pandawa mengagungkan diri mereka sendiri. Sri kresna kemudian menjawab bahwa rajasuya itu bukan merupakan keputusan yudhistira melainkan merupakan kesepakatan raja-raja yang mengakui yudhistira sebagai raja arif bijaksana. Doryudana kemudian berdalih lagi, ia memberi alasan bahwa para pandawa telah melanggar hukuman ketika terjadi perselisihan antara hastina dan wirata. Pandawa telah menampakkan diri dan bahkan mengangkat senjata terhdap para korawa. Sri kresna kemudian membalas bahwa saat itu menurut hitungannya, para pandawa sudah terlepas dari masa hukuman dan mereka mengangkat senjata karena saat itu mereka sedang mengabdi di wirata dan sebagai penduduk wirata meruapakan kewajiban mereka untuk mengangkat senjata demi membela negara. Sri kresna kemudian mengatakan, jika memang pandawa ingin melukai para korawa, mereka bisa melakukannya dengan gampang ketika para korawa sedang tak berdaya di dalam hutan, tetapi sebaliknya, pandawa justru menolong korawa. Doryudana membalas, bahwa pandawa seharusnya menolong korawa ketika dalam kesulitan, tidak setelah mereka dipermalukan. Sri kresna menjawab, bahwa rimba itu sangat luas dan saat itu pandawa sedang menjalani hukuman sehingga mereka sengaja menyingkir supaya tidak menganggu para korawa yang sedang bersenang-senang. Namun, doryudana kembali berkata bahwa tindakan pandawa merupakan bukti bahwa pandawa menganggap diri mereka lebih baik daripada korawa dan dalam hati, mereka menertawakan korawa yang sedang mengalami kesusahan. Eyang bisma yang mendengar perdebatan itu berusaha menengahi, bahwa sebagai saudara sudah seharusnya saling membantu tanpa pamrih dan jangan menyimpan dendam antar saudara. Tetapi doryudana justru menjawab bahwa eyang bisma memang dari dulu lebih memilih pandawa daripada korawa. Arya widura yang kesal dengan jawaban doryudana berkata dengan keras, “doryudana, perkataanmu sudah keterlaluan dan bukan tindakan seorang raja, aku tidak akan merestui semua tindakanmu”. Dengan ketus, doryudana menjawab ,” saya juga tidak ingin restu dari paman”. melihat tindakan doryudana, sri kresna kemudian bertanya untuk terakhir kalinya, apakah doryudana akan mengembalikan hak indraprastha kepada pandawa atau tidak. “para pandawa telah menghina keluarga hastina terutama korawa, semua korawa telah sepakat tidak akan duduk setingkat dengan para pandawa dan tidak akan mengembalikan indraprastha”, jawab doryudana. Jawaban itu membuat sri kresna kesal dan kemudian ia berkata, “ doryudana, para tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmun, perkataanmu in harus kau pertangunggjawabkan di kemudian hari. Aku akan memberitahukan keputusanmu kepada pandawa!”. sri kresna kemudian meninggalkan gedung pertemuan tetapi tidak langsung ke tempat arya widura. Sri kresna menuju ke sebuah taman di dalam istana hastina. Ia berdiri di tengah-tengah taman itu, tampak matanya bersinar tanda amarahnya yeng telah memuncak. Muncullah sebuah raksasa sebesar gunung yang merupakan tiwikrama bathara wisnu jika amarahnya tidak tertahan lagi. Last edited by arienyan; 22nd March 2012 at 04:57 PM. |
#4
|
|||
|
|||
![]() gatotkaca gugur
Quote:
korawa mengangkat adipati karna sebagai senopati perang setelah burisrawa gugur. Hari itu sudah gelap, dan menurut aturan perang, perang dihentikan sementara. Namun tidak tahu mengapa korawa melanggar aturan itu dan mengirim senopati perangnya malam itu.
Adipati karna menerabas dan menghancurkan pasukan pandawa di garda depan. Para penjaga perkemahan tidak mampu menandingi krida sang adipati. Berita itu cepat terdengar hingga perkemahan pandawa mandalayuda. Sri kresna kemudian memanggil raden haryo gatotkaca, raja pringgodani, putera raden bratasena dan dewi arimbi. Di sampan sri kresna, raden bratasena (bimasena) berdiri layaknya gunung memperhatikan dengan seksama apa yang dibicarakan antara sri kresna dan puteranya. Kresna : ”anakku tersayang gatotkaca….saat ini kurawa mengirimkan senopati nya di tengah malam seperti ini. Rasanya hanya kamu ngger yang bisa menandingi senopati hastina di malam gelap gulita seperti ini” gatotkaca : ”waduh, wo prabu…..terimakasih wo. Yang saya tunggu – tunggu akhirnya sampai juga kali ini. Wo prabu, sejak hari pertama perang baratayuda saya menunggu perintah wo prabu untuk maju ke medan perang. Wo prabu kresna, hamba mohon do’a restu pamit perang. Wo hamba titipkan istri dan anak kami danurwindo. Hamba berangkat wo, rama wrekudara mohon pamit….” setelah mendapat perintah dari sri kresna, gatotkaca dalam sekejap tidak terlihat. Sebenarnya, sri kresna merasakan bahwa inilah saatnya gatotkaca mati sebagai pahlawan pandawa. Namundi atidak mau merusak hati adik-adiknya pandawa. Namun ia harus mempersiapkan hati werkudara untuk menerima kenyataan yang mungkin akan memilukannya nanti. Kresna : “wrekudoro…“ werkudara : “injih, kakang kresna“ (injih = iya) kresna : “aku kok agak merasa aneh dengan cara pamitan gatotkaca, mengapa harus menitipkan istri dan anaknya ??“ werkudara : “wah…kakang seperti anak kecil. Orang berperang itu kalau nggak hidup ya mati. Ya sudah itulah anakku gatotkaca, dia mengerti tugas dan akibatnya selaku satria.“ kresna : “oo..begitu ya, ya sudah kalau begitu. Kita sama – sama doakan mudah-mudahan yang terbaik yang akan diperoleh anakmu gatotkaca.“ (sebenarnya kresna hanya mengukur kedalaman hati dan kesiapan werkudara). Malam semakin larut, namun di angkasa ladang kurukhsetra kilatan ribuan nyala obor menerangi bawana. Nayal obor ribuan prajurit kedua belah pihak yang saling hantam gada, sabet pedang, lempar tombak dan kelebat kelewang dan juga hujan anak panah. Gatotkaca mengerahkan semua kemampuannya, dikenakannya kutang antakusuma, terompah basunanda dan dikeluarkannya seluruh tenaga yang dimilikinya. Ia tebang mengangkasa dan sesekali menukik turun menyambar mangsanya. Sekali sambar, puluhan prajurit hastina tergelepar tanpa daya dengan terpisahnya kepala-kepala mereka dari gembungnya. Sejak ia lahir, gatotkaca memang sudah menunjukkan tanda-tanda kedigdayaannya. Ari-arinya tidak bisa diputus dengan senjata apapun. Kuku pancanaka bimasena mental, keris pulanggeni arjuna tiada arti, dan semua senjata di amarta sudah dicoba namun tidak ada yang mampu memutuskan tali pusarnya. Para sesepuh amarta termasuk sri kresna sudah kehabisan akal bagaimana menolong sang jabang bayi dewi arimbi. Raden arjuna, sang paman kemudian menyingkir sejenak , dan atas saran sri kresna, ia menepi untuk meminta petunjuk kepada yang maha esa untuk mengatasi masalah itu. Di kahyangan suralaya, permintaan arjuna didengar oleh para dewa. Bathara guru kemudian mengutus bathara narada untuk memberikan senjata berupa keris kunta wijayandanu untuk memotong ari-ari bayi dewi arimbi itu. Bathara narada turun dengan membawa senjata kunta untuk diserahkan kepada arjuna yang saat itu ditemani oleh para punokawan, abdi tersayang. Namun, di tempat lain adipati karna juga sedang mengadu kepada ayahnya, bethara surya, memohon welas asih agar diberi senjata andalan guna menghadapi perang besar nanti. Dewa surya kemudian menyarankan anaknya untuk merampas senjata kunta dari bethara narada. Karna dan arjuna adalah saudara seibu yang wajah dan perawakannya sangat mirip, hanya suaranya saja yang membedakannya. Maka ketika adipati karna dirias oleh dewa surya menyerupai arjuna, bethara narada tidak bisa lagi membedakan mana arjuna dan adipati karna. Demi membantu sang putera, dewa surya juga mengubah siang yang terik dan terang benderang, tiba-tiba meredup seolah menjelang malam, dan dengan upaya dan rekayasanya, terjadilah gerhana surya. Bethara narada yang sudah tua dengan wajah yang selalu mendongak ke atas itu semakin rabun karena gerhana ini. Adipati karna kemudian mencegat bethara narada dan tanpa rasa curiga, ia memberikan senjata kunta kepada arjuna palsu. Karena tugasnya sudah selesai, maka ia berniat untuk kembali ke kahyangan, namun ditemuinya arjuna lagi yang diiringi para punokawan. Sadar bahwa dirinya tertipu, ia lalu memerintahkan arjuna untuk merebut senjata kunta dari angan adipati karna. Perang tanding antara arjuna dan karna pun tidak bisa dihindarkan. Namun, raden arjuna hanya berhasil merebut warangka senjata kunta dari adipati karna. Ia kemudian kembali ke amarta, dan ari-ari jabang bayi arimbi yang kelak bernama gatotkaca itu bisa diputus dengan warangka itu. Keanehan pun terjadi ketika sesaat setelah ari-ari jabang bayi diputus, seketika warangka itu hilang dan menyatu ke dalam perut si jabang bayi. Sekarang saat perang besar baratayuda terjadi, sudah takdirnya senjata kunta mencari warangkanya di tubuh raden gatotkaca. Tidak berarti sesakti apapun gatotkaca, yang konon berotot kawat, tulang besi dan kesaktiannya juga ditempa di kawah candradimuka, namun garis tangan gatotkaca hanyalah sampai disini. Di gerbang yang memisahkan antara alam fana dengan alam baka, sukma kalabendana, paman gatotkaca yang sangat menyayangi gatotkaca sudah menunggu untuk sowan ke pengayunan yang maha pemberi hidup. Bahkan, karena begitu sayangnya, kalabendana tidak akan kembali ke asal kehidupannya jika tidak bersama keponakannya itu. Di ladang pertempuran, karna sudah siap dengan busur panahnya dengan anak panah kunta wjayandanu. Dalam hatinya berbisik, “ anakku cah bagus, belum pupus bekas ari-arimu, berani-beraninya kamu menghadapi awakmu ini. Bukan kamu yang aku tunggu ngger..arjuna mana? Ya..ya..sama-sama menjalani darma satria, ayo aku antarkan kepergian syahidmu dengan kunta wijayandanu ini”. Sementara gatotkaca, mata elangnya sangat tajam tahu semua gerak-gerik sang adipat karna. Dia tahu riwayatnya, dia tahu bahwa warangka senjata kunta ada dalam tubuhnya yang selama ini menyokong kekuatannya. Dicobanya untuk mengulur takdir, ia lalu terbang diantara awan-awan gelap yang menggantung tinggi di langit, mencoba menyembunyikan tubuhnya diantara gelapnya awan. Namun takdir memang tidak bisa dipercepat atau ditunda. Kunta wijayandanu terlepas dari busur adipati karna, yang ketepatan dalam mengolah dan mengarahkan panah hampir mendekati sempurna dan hanya arjuna yang mampu menandinginya. Secepat kilat, kunta wiajayandanu melesat ke angkasa. Di angkasa, kalabendana sudah siaga menunggu tunggangan, dan dengan sigap ia menumpang ke senjata kunta. Senjata kunta dan kalabendana, menghujam ke dada gatotkaca membelah jantung putera kinasih bratasena itu. Dalam sekaratnya, gatotkaca berucap,” aku mau mati kalau dengan musuh ku…”. Tubuh gatotkaca jatuh mengarah ke kereta basukarna. Namun basukarna bukanlah ksatria biasa, ia secepat kilat melompat dari keretanya. Jasad gatotkaca menimpa kereta, keretanya hancur lebur, pun dengan delapan kuda dan kusirnya tewas dengan jasad yang tak terbentuk. Gugurnya gatotkaca menjadi berita gembira bagi kubu korawa. Para prajurit bersorak-sorai mengeluk-elukan sang senopati. Kepercayaan diri mereka berlipat, semangat perang mereka meningkat dan keyakinan diri bertambah akan memenangi perang akbar ini. Sebaliknya, kesedihan mendalam meliputi pihak pandawa. Werkudara hampir tidak bisa menguasai dirinya, melihat kematian gatotkaca. Werkudara : ”gatot…, jangan kamu yang mati biar aku saja bapakmu…hmmm karno…..!!! Beranimu hanya dengan anak kemarin sore..ayo lawanlah bapaknya ini kalau kamu memang lelaki sejati…!”. Sementara sang ibu, arimbi juga tidak kuat menahan emosi. Arimbi menceburkan dirinya ke perapian membara yang telah disiapkannya. Sudah menjadi tekatnya, jika nanti anak kesayangannya mati sebelum kepergiannya kealam kelanggengan, dia akan nglayu membakar diri. Dengan demikian, pandawa kehilangan dua keluarga sekaligus. Werkudara kehilangan anak tersayang dan istri tercintanya. Namun keturunan tidaklah terputus, baik antareja maupun gatotkaca telah mempunyai anak laki-laki sebagai penerus werkudara. Fajar menjelang, jenazah gatotkaca dan abu arimbi selesai diupakarti sesuai dengan ageman dan keyakinan mereka. Sri kresna sudah bisa menenangkan werkudara dan para pandawa yang lain. Namun tugas harus dilanjutkan, saatnya mengatur strategi dan menuntaskan perang. Sumber : Wayangwordpress |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|