|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
~John Keats 31 Oktober 1795 - 23 Februari 1821~
aku menemukan puteri perimu di dinding kamarku dia memakai gaun kupu-kupu Hatiku pilu dan rasa sakitku lenyap dalam letih Rasaku pudar, seolah racun yang telah ku teguk atau hampa dalam jemu pipa candu Semenit berlalu, dan tenggelam dalam ruang ketiadaan Bukanku cemburu dalam limpahan bahagiamu, namun senang dalam kerianganmu Adalah kau peri pohon bersayap ringan Dalam rancangan melodi cemara hijau dan bayang tak berbilang Bersenandunglah musim panas dengan kidung indahmu Aku ingin lebih dari sekedar terang, gemilang dari sekedar gemilang Aku berharap kita adalah kupu-kupu yang hanya hidup selama tiga hari musim panas Tiga hari bersamamu bisa ku lalui dengan banyak kebahagiaan Dari pada yang bisa ku dapat setengah abad Apakah kau akan mengungkapkan dalam tulisan Kau harus segera menuliskannya dan tuliskan di dalamnya yang bisa menenangkanku Tuliskan yang banyak seperti setumpuk candu untuk memabukkanku, Tuliskan kata-kata indah dan ciumlah, Agar aku bisa meletakkan bibirku dimana bibirmu berada Ada dua keindahan yang menyertai langkah-langkahku Kecantikanmu dan detik-detik kematianku Andai aku bisa memilikinya di waktu yang sama Aku tak pernah mengalami cinta seperti yang kini ku rasa Dulu aku tak mempercayainya Tapi jika sebenarnya mencintaiku, meski dirintang bara api Takkan lebih dari apa yang bisa kita tahan dikala melepuh Dan mengembun dalam kebahagiaan Gadis manisku Aku jalani hari ini seolah hari lalu Aku terkesima sepanjang hari Aku merasa belas kasihmu Tuliskan untukku, kau kan selalu menyayangiku lebih Kau mempesonaku Tak ada yang lain yang begitu cemerlang dan lembut Kau menyerapku Ku rasakan seolah diriku hanyut Saat aku merasa gentar akan akhirku Sebelum penaku tuliskan kumpulan cercahan-cercahan benakku Sebelum gunungan buku menumpuk tinggi Kokoh seperti gudang gandum Ketika ku pandang gemintang di wajah malam Berbentuk mendung nikmat asmara tergambarkan Seorang penyair tidaklah sepenuhnya puitis, Dialah yang paling tidak puitis yang pernah ada. Dia tidak punya identitas, Dia terus mengisi bentuk lain, matahari dan rembulan. "Ada teratai di alis matamu, Bersimbah duka dan berembun lara; Rona merah di pipi memudar, Kan menghilang lenyap segera. "Ku berjumpa gadis di tengah padang , Amat jelita— puteri peri; Berambut panjang, berkaki gemulai, Serta matanya membening terang. "Ku rangkai mahkota bunga untuk kepalanya, *Serta gelang dan ikat pinggang;** Dia melihatku dengan cinta, Semerta ia mendesah riang. "Ku naikkan dia ke atas kudaku , Tiada yang tampak sepanjang hari; Sebab dia bersandar, dan riang menyanyi, Sebuah kidung bangsa peri. "Dia hidangkan aku umbi yang manis, Embun manna, dan madu hutan Di bahasa asing ia berucap— Cintaku padamu bukan buatan. ****** "Dia membawaku ke gua kecilnya, Di sana dia menangis, dan berkesah tersedan; Lalu ku tutup mata beningnya Dengan empat kali kecupan. "Itulah sebab aku berdiam di sini Sendiri melangkah tak tentu arah, Meski seroja telah layu di danau, Dan burung-burung tak lagi berkicau."</div></div></div> |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|