|
Post Reply |
|
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Met malam semua para ceriwiser semuanya...
![]() Ane punya pertanyaan yg mungkin juga sering terlintas di kepala kita semua... Kalo bicara KKN, jujur aja secara tidak langsung dari bayi kita sdh korupsi... Kenapa ? waktu ortu mengurus akte kelahiran kta, bohong aja kalo gak dimintain uang pelicin sama oknum instansi terkait, atau minta tolong sama kenalan "orang dalam" supaya cepat jadinya. terus waktu kita usia 17 tahun membuat KTP, sama juga kan kita memberikan uang pelicin sama oknum2 instansi terkait ? Lalu, waktu bikin SIM, sama juga kan kondisinya ? "Kita biasakan menggunakan kalimat oknum, karena tidak semuanya begitu." Dan ini terjadi bukan hanya di sektor pemerintahan, swasta juga begitu. Contoh kecil : waktu kita melamar pekerjaan, bukan hal asing kalo ada istilah "koneksi" supaya cepat dapat pekerjaan. Kecuali untuk perusahaan2 asing atau perusahaan lokal yg bonafit/besar, hal ini jarang dijumpai. Nah yang ane pertanyakan adalah, kondisi2 di atas sepertinya sudah hal biasa dalam kehidupan kita sehari-hari, dan bukan rahasia umum lagi. Apa yang salah dari ini semua ? Mari kita diskusikan secara intelek dan dewasa dalam berpikir, dan please NO SARA. ![]() Sekian, Terima kasih. ![]() |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
Met malam semua para ceriwiser semuanya...
![]() Ane punya pertanyaan yg mungkin juga sering terlintas di kepala kita semua... Kalo bicara KKN, jujur aja secara tidak langsung dari bayi kita sdh korupsi... Kenapa ? waktu ortu mengurus akte kelahiran kta, bohong aja kalo gak dimintain uang pelicin sama oknum instansi terkait, atau minta tolong sama kenalan "orang dalam" supaya cepat jadinya. terus waktu kita usia 17 tahun membuat KTP, sama juga kan kita memberikan uang pelicin sama oknum2 instansi terkait ? Lalu, waktu bikin SIM, sama juga kan kondisinya ? "Kita biasakan menggunakan kalimat oknum, karena tidak semuanya begitu." Dan ini terjadi bukan hanya di sektor pemerintahan, swasta juga begitu. Contoh kecil : waktu kita melamar pekerjaan, bukan hal asing kalo ada istilah "koneksi" supaya cepat dapat pekerjaan. Kecuali untuk perusahaan2 asing atau perusahaan lokal yg bonafit/besar, hal ini jarang dijumpai. Nah yang ane pertanyakan adalah, kondisi2 di atas sepertinya sudah hal biasa dalam kehidupan kita sehari-hari, dan bukan rahasia umum lagi. Apa yang salah dari ini semua ? Mari kita diskusikan secara intelek dan dewasa dalam berpikir, dan please NO SARA. ![]() Sekian, Terima kasih. ![]() ![]() "KKN itu merupakan budaya yg turun menurun, tak akan pernah hilang. Sama saja seperti masa ORIENTASI SISWA di SMP, SMA atau MAHASISWA" CMIIW ![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
Met malam semua para ceriwiser semuanya...
![]() Ane punya pertanyaan yg mungkin juga sering terlintas di kepala kita semua... Kalo bicara KKN, jujur aja secara tidak langsung dari bayi kita sdh korupsi... Kenapa ? waktu ortu mengurus akte kelahiran kta, bohong aja kalo gak dimintain uang pelicin sama oknum instansi terkait, atau minta tolong sama kenalan "orang dalam" supaya cepat jadinya. terus waktu kita usia 17 tahun membuat KTP, sama juga kan kita memberikan uang pelicin sama oknum2 instansi terkait ? Lalu, waktu bikin SIM, sama juga kan kondisinya ? "Kita biasakan menggunakan kalimat oknum, karena tidak semuanya begitu." Dan ini terjadi bukan hanya di sektor pemerintahan, swasta juga begitu. Contoh kecil : waktu kita melamar pekerjaan, bukan hal asing kalo ada istilah "koneksi" supaya cepat dapat pekerjaan. Kecuali untuk perusahaan2 asing atau perusahaan lokal yg bonafit/besar, hal ini jarang dijumpai. Nah yang ane pertanyakan adalah, kondisi2 di atas sepertinya sudah hal biasa dalam kehidupan kita sehari-hari, dan bukan rahasia umum lagi. Apa yang salah dari ini semua ? Mari kita diskusikan secara intelek dan dewasa dalam berpikir, dan please NO SARA. ![]() Sekian, Terima kasih. ![]() ![]() siapa yang salah? yang salah itu yang memulai KKN. Seandainya tidak ada yang memulainya, mungkin saja tidak akan pernah ada ![]() ![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
topik KKN sering muncul ketika debat pemilihan Presiden....
jika kita perhatikan dari yang pernah memimpin ..eks presiden sebelumnya,,wapres sblmnya..presiden yang menjabat , mereka mengatakan sudah menurun , sudah hampir dipastikan tidak ada lagi KKN..khusus untuk korupsi mereka mengatakan akan terus memeranginya. menurut ane pribadi slogan good & clean governance masih jauh dari harapan.. ingin tau faktanya??silahkan anda buktikan sendiri ke kantor polisi untuk membuat SIM ,dari yang menyambut di gerbang dari polisi,provost sampai tukang parkir menawarkan jasa calo...kalo resmi tanpa calo pun bisa dapat SIM, tapi butuh waktu berminggu-minggu. ane sendiri dengan waktu yg mepet pasti pilih yang instant melalui jalur calo,,di hari jam kerja masa iya minta ijin terus buat bikin SIM.(note dulu SIM ane hilang) coba bandingkan sewaktu KPK datang periksa ke kantor polisi,tidak ada calo yang beraksi..ketika KPK selesai masa 'inspeksi' nya ..calo berkeliaran lagi. jadi itu hanya opini ane...tidak percaya silahkan lihat dan buka mata ....masih jauh dari pemerintahan yang baik dan bersih ![]() |
#5
|
||||
|
||||
![]() tapi saya berpendapat budaya itu bisa hilang, tapi tidak bisa serta merta sekaligus istilahnya kita mengikis perlahan2... ![]() kalo sdh bilang budaya, akan dibilang aneh kalo kita tdk mengikutinya... ![]() jadi, mengubah budaya yg sdh berlangsung lama itu membutuhkan waktu... |
#6
|
||||
|
||||
![]() pemikiran ane adalah bukan kebudayaan tapi penyimpangan wewenang dan jabatan .. di negara mana pun pasti terdapat korupsi , karena korupsi menggiurkan bagi yang melakukannya..dapat hasil besar dalam waktu singkat. di negara china ,pelaku korupsi malah ditindak berat coba baca artikel berikut ini ..dimana indonesia jauh dari berhasil dari penanganan tindak korupsi http://www.theglobal-review.com/cont...id=1059&type=5 http://www.berita2.com/internasional...t-korupsi.html korupsi bisa timbul karena ada niat dan kesempatan dan kewenangan dari pelaku... semoga pelaku korupsi kelas kakap dapat segera di tangkap dan uang hasil korupsi dikembalikan ke negara jadi negara ga perlu naikkan tarif listrik n bbm lagi |
#7
|
||||
|
||||
![]() Kalo di Indonesia, kalo tdk salah ini dimulai dari zaman penjajahan Penjajah saat mengkondisikan bahwa sebagai penguasa, bisa mempersulit urusan(istilah halus dari sewenang2) kpd masyarakat yg tidak mau mengikuti kemauannya... Nah kemudian hal itu menular ke orang2 kita yg punya kuasa... ![]() |
#8
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
Iya, tentu pasti ada yg memulai
Kalo di Indonesia, kalo tdk salah ini dimulai dari zaman penjajahan Penjajah saat mengkondisikan bahwa sebagai penguasa, bisa mempersulit urusan(istilah halus dari sewenang2) kpd masyarakat yg tidak mau mengikuti kemauannya... Nah kemudian hal itu menular ke orang2 kita yg punya kuasa... ![]() hukuman berat di negara kita lom dilaksanakan, dimasukkan ke penjara tapi koruptor tidak seperti 'dipenjara' untuk nepotisme..bagaimana hubungan kekerabatan dalam satu perusahaan tidak akan saya persoalkan sepanjang orang/sodara kita mampu bekerja dengan baik,tetapi mempekerjakan orang yang tidak bisa bekerja dengan baik itu baru masalah saya sendiri jika menerima karyawan akan lebih memprioritaskan saudara selama mereka mampu,,tapi jika tidak mampu tidak usa dipekerjakan karena akan membawa dampak buruk.. |
#9
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
menurut ane menyimak soal korupsi....
pemikiran ane adalah bukan kebudayaan tapi penyimpangan wewenang dan jabatan .. di negara mana pun pasti terdapat korupsi , karena korupsi menggiurkan bagi yang melakukannya..dapat hasil besar dalam waktu singkat. di negara china ,pelaku korupsi malah ditindak berat coba baca artikel berikut ini ..dimana indonesia jauh dari berhasil dari penanganan tindak korupsi http://www.theglobal-review.com/cont...id=1059&type=5 http://www.berita2.com/internasional...t-korupsi.html korupsi bisa timbul karena ada niat dan kesempatan dan kewenangan dari pelaku... semoga pelaku korupsi kelas kakap dapat segera di tangkap dan uang hasil korupsi dikembalikan ke negara jadi negara ga perlu naikkan tarif listrik n bbm lagi Yang ane bold biru, setuju. cek cp ndan. Jadi, menurut saya itu bukan saja di sektor pemerintahan, tapi swasta juga. Kalo disektor pemerintahan sih kayaknya sdh semua orang mengetahuinya. Di sektor swasta, bagi yg sdh bekerja, bisa melihat yang di bagian pembelian (purchasing) suatu perusahaan, bukan hal yg aneh bila mendapat "cepretan" dari rekanan pemasok barang di perusahaan tersebut. Kalo pemasok barang gak ngasih "cepretan", khawatir dia gak jadi pemasok barang lagi di perusahaan tersebut. Kemudian, Kalo bicara KOLUSI gimana ? Ilustrasi di sektor swasta tadi, diakibatkan dari kolusi antara oknum pegawai dg pemasok perusahaan tersebut, tujuannya supaya sama2 untung. tentunya harga barang akan "mark up", karena pemasok tentu gak mau rugi donk. Terus NEPOTISME gimana ? Nah di awal tulisan saya di awal trit, sdh saya ilustrasikan contoh kecil, gimana kalo mau cepat dapat kerja. Istilahnya "koneksi" atau kenal dgn "orang dalam" akan lebih cepat dapet kerja, nah ini disamarkan dg yg namanya "referensi". Kalo "referensi tersebut memang berdasarkan pertimbangan kemampuan dan profesionalitas mungkin akan dimaklumi. Intinya, KKN ini di negara kita bukan hanya terjadi di sektor pemerintahan saja, tapi sektor swasta juga. CMIIW ![]() Last edited by Bobo; 9th June 2010 at 03:34 PM. |
#10
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
Kalo bicara KOLUSI gimana ?
Ilustrasi di sektor swasta tadi, diakibatkan dari kolusi antara oknum pegawai dg pemasok perusahaan tersebut, tujuannya supaya sama2 untung. tentunya harga barang akan "mark up", karena pemasok tentu gak mau rugi donk. Terus NEPOTISME gimana ? Nah di awal tulisan saya di awal trit, sdh saya ilustrasikan contoh kecil, gimana kalo mau cepat dapat kerja. Istilahnya "koneksi" atau kenal dgn "orang dalam" akan lebih cepat dapet kerja, nah ini disamarkan dg yg namanya "referensi". Kalo "referensi tersebut memang berdasarkan pertimbangan kemampuan dan profesionalitas mungkin akan dimaklumi. Intinya, KKN ini di negara kita bukan hanya terjadi di sektor pemerintahan saja, tapi sektor swasta juga. CMIIW ![]() pokoknya selama nepotisme tidak merugikan tidak masalah... kalo korupsi psti merugikan..dijelaskan bagaimana pun pasti merugikan alasan gaji kurang,pendapatan kurang tinggal ajukan proposal kenaikan pendapatan..tidak dipenuhi ya tinggal keluar cari tempat baru yang bisa sesuai dengan permintaan .... menyimak soal kolusi.... kl pihak supplier bekerja sama dengan pihak swasta(agen,distributor) justru kebanyakan mencari harga yang murah, mark up sedikit bisa putus hubungan bisnis..tapi biasanya harga no 2 kalo harga tidak beda jauh dengan harga pasaran,yang no 1 biasana kepercayaan menurut ane ..CMIIW lalu bagaimana jika bekerja sama dengan pihak pemerintah?? ini menurut pengalaman nyata teman dan bbrp kolega...jika dapat proyek dari pemerintah memang harga nya lebih bagus dan jumlahnya lebih besar dari umumnya.. dan umumnya pejabat menitip harga juga plus biasanya untuk dapat proyek, ada 'amplop' untuk memuluskan suksesnya dapat proyek.. sekali lagi ini hanya opini ,dan pengalaman..jika mau mencari bukti yang kuat saya tidak ada...bukan bermaksud menjelekkan pejabat pemerintahan tetapi memang di lapangan rata-rata seperti demikian kolusi yang dirugikan adalah negara jadi sekali lagi ya tidak setuju,skrg pejabat daerah atau kota biasanya menghabiskan anggaran dengan melakukan pekerjaan yang tidak penting..jalan yang masih mulus juga diaspal lagi...asal anggaran habis karena kalo dipake begitu aja tanpa ada proyek ,,bakal kena kasus korupsi semoga bahasa saya dapat dimengerti ...... ![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|
|