FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
ini cerita dari salah satu keluarga korban sukhoi gan, baca sampe abis ya ![]() ![]() Jakarta 'Mukjizat' seolah menyapa Angga Tirta (27). Tekad kuatnya mencari ayahnya, Aan Husdiana, salah satu korban Sukhoi membuatnya kuat mendaki Gunung Salak. Padahal sebelumnya Angga tak pernah punya pengalaman mendaki gunung. "Ayah saya itu humoris, saya mencium ada bau jengkol dan pete. Buat saya itu petunjuknya. Saya jadi kuat, dan bau itu membuat saya ingin ketawa," kata Angga menceritakan pengalamannya kepada detikcom, Senin (14/5/2012). Bau-bauan itu dia cium kala mendaki Gunung Salak. Kedua makanan itu kegemaran ayahnya. Angga melakukan pencarian di Gunung Salak pada Kamis (10/5) pagi. Dia bersama keluarga paman-pamannya, berangkat dari Jakarta Rabu (9/5) malam. Angga dan rombongan tiba di Pos Cidahu pada Kamis dini hari. Sebenarnya Angga tidak berniat ikut, namun setelah sampai di Pos Cidahu, dia memutuskan ikut untuk mencari ayahnya yang juga pilot di Kartika Airlines. "Saya hanya membawa jaket, air minum, dan sepatu kets," jelasnya. Awalnya, diperkirakan jarak menuju koordinat jatuhnya Sukhoi hanya sekitar 2-3 jam, namun Angga malah mendaki hingga dua hari dan bermalam di gunung. "Sepatu saya jebol. Saya diberi sandal gunung, kemudian sandal itu juga rusak, kemudian diberi sandal lagi. Hingga akhirnya 10 km menuju lokasi saya tidak memakai alas kaki," tuturnya. Tekad kuat untuk mencari ayahnya tertanam di dada. Walau dia dan keluarga menyadari risiko pesawat jatuh yakni kehilangan ayahnya, namun harapan selalu ada bahwa ayahnya masih hidup. "Saya naik bersama tim TNI AD, kita sempat makan daun pakis karena kehabisan logistik. Saya juga tidur beralaskan kantung jenazah yang dibawa TNI," kisahnya. Beruntung bersama tim TNI AD, mereka bertemu dengan Tim Marinir di salah satu titik di puncak Gunung Salak. Tim Marinir yang memiliki logistik memberi Angga ransum. "Pada Jumat pagi, tim Marinir menyarankan saya agar saya membuka mata batin, berdoa agar diberi petunjuk lokasi. Anggota keluarga akan mudah untuk diberi petunjuk. Saya salat subuh, kemudian berdoa dan seperti diberi petunjuk. Ayah menyuruh saya pulang dan menitip salam ke ibu. Saat itu saya bertanya di mana lokasi ayah, dan diberitahu berada di lereng," tuturnya. ![]() Angga akhirnya memberi petunjuk itu ke tim Marinir bahwa ada petunjuk di lereng. Tim Marinir kemudian turun ke lereng dan menemukan SIM ayahnya. "Saya sudah cukup puas dengan itu. Walau sebenarnya saya ingin menemukan cincin atau benda yang lain. Tapi sudah cukup," imbuhnya. Perjalanan menuju lokasi sangat berat. Angga beruntung, bantuan selalu datang. Ketika dia haus ada mata air yang ditemukan, ketika kelaparan dan sempat makan daun pakis, akhirnya bertemu tim Marinir. "Alhamdulillah, selalu ada yang membantu," katanya. Setelah melihat SIM ayahnya akhirnya Angga turun ke bawah. Diantar tim Marinir dia menuruni lereng. Sampai di pos di bawah, dia diantar truk Brimob. Sang sopir truk itu sempat memberinya sandal yang sekarang masih dia simpan. "Saat naik, saya ingat ayah. Pas turun saya ingat istri saya di rumah. Keluarga semua sudah ikhlas," tuturnya. SUMBER ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() LANJUTAN BERITA DI BAWAH GAN v v v v Terkait:
|
![]() |
|
|