Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Members Area > LAPOR!

LAPOR! Ruang untuk melaporkan segala bentuk yg melanggar aturan.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 4th August 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 47
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Jeritan Hati Rakyat Jatigede...



Seuweu siwi putu (anak cucu) Prabu Aji Putih melakukan aksi budaya ruwatan di Situs Kabuyutan Prabu, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (29/7). Ziarah ini merupakan ruwatan terakhir sebelum kabuyutan itu tergenang air untuk Waduk Jatigede.

Di depan situs Kabuyutan Prabu Aji Putih, Ambu Pristi menangis. Dia meminta maaf atas kekhilafan seuweu siwi putu (keturunan) Prabu dalam menyelamatkan titisan karuhun (leluhur) Sunda itu pula.

Dalam waktu tidak lama lagi, makam keramat pendiri Kerajaan Tembong Agung, cikal bakal Kerajaan Sunda Sumedang Larang di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, itu bakal tergenang air Waduk Jetigede.

Suasana haru, sedih, dan mencekam menyelimuti hati seratus peserta ruwatan yang memenuhi areal kabuyutan seluas 10 meter x 10 meter pada sepenggal hutan di Daerah Aliran Sungai Cimanuk. Semilir angin yang pelan-pelan mengurai rumpun bambu dan pohon besar berusia ratusan tahun membangkitkan suasana magis pada ziarah seuweu siwi putu Eyang Prabu, Rabu (29/7/2015) siang itu.

Asap dupa yang mengepul sendu membuat bulu kuduk merinding saat Ambu Pristi memimpin doa. Di atas kabuyutan, burung elang terbang berkeliling, berteriak gelisah seolah tahu yang akan terjadi. Kekhidmatan prosesi nyaris sempurna saat alunan musik tradisional karinding mengiringi kidung Sunda pada rajah bubuka (pembuka) hingga rajah pamunah.

Ruwatan itu merupakan aksi budaya sejumlah komunitas adat kesundaan dalam rangka menyelamatkan Kabuyutan Jatigede. Aksi itu terus dilakukan menjelang digenanginya Waduk Jatigede. Dalam budaya Sunda, siapa saja yang tak bisa menjaga kabuyutan derajatnya tidak lebih baik daripada kulit musang di tempat sampah (jarian).

Menurut tokoh wanita Sumedang itu, Kabuyutan Cipaku dipercaya sebagai peninggalan Eyang Prabu Aji Putih, Raja Tembong Agung, cikal bakal Kerajaan Sunda Sumedang Larang. Pada masa jayanya sekitar abad ke-7 Masehi, wilayah kekuasaan Sumedang Larang hampir sama dengan Jabar sekarang. Kabuyutan ini juga dianggap keramat karena merupakan titik singgung paling utama kesatuan gunung-gunung di Pulau Jawa.

"Menurut keyakinan masyarakat Tatar Sunda, situs ini tak tergantikan karena merupakan salah satu koridor menuju tatanan kenegaraan yang adil, makmur, dan sejahtera," papar Ketua Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Mubiar Purwasasmita.

Saat ini keyakinan warga Tatar Sunda terhadap situs yang akan tenggelam itu terus berkembang di media sosial dan makin membangkitkan penolakan terhadap penggenangan. Oleh masyarakat Tatar Sunda hilangnya situs keramat ini merupakan tanda-tanda pemicu kehancuran bangsa.

Oleh karena itu, sejumlah komunitas adat kesundaan, aktivis lingkungan, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat Jabar terus menyuarakan penolakan penggenangan Jatigede, baik dengan penjelasan teknis maupun budaya.

"Sepuluh tahun kami menolak Jatigede, tetapi penjelasan kami tak didengar pemerintah," ujar Taufan Suranto dari DPKLTS. Terakhir, sesepuh Jabar Solihin GP pada 27 Juli menyurati Presiden agar penggenangan Jatigede dibatalkan.

Tangisan terakhir

Tangisan wanita tokoh Sumedang itu barangkali adalah jeritan hati terakhir rakyat Jatigede. Sebanyak 11.469 keluarga warga di 28 desa bakal tergenang sehingga harus meninggalkan tanah leluhur yang secara turun-temurun menghidupi mereka. Kawasan itu adalah lahan pertanian yang subur dan penyumbang beras untuk Sumedang dan Kota Bandung.

"Sawah di sini rata-rata menghasilkan 10 kilogram (kg) gabah per bata (sekitar 14 meter persegi) atau 7 ton per hektar," ujar E Supendi, tokoh Desa Cipaku. Setelah berpuluh tahun diombang-ambingkan oleh pembangunan Jatigede, akhirnya mereka pasrah kampung halamannya direndam waduk yang bakal mengairi sekitar 90.000 hektar sawah di pantai utara (pantura) Jabar itu.

Kepasrahan mereka terlihat saat hari-hari ini berkerumun di kantor kecamatan dan desa untuk memverifikasi kepemilikan lahan bagi kepentingan ganti rugi. Warga yang dipindahkan dari areal waduk terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama 11.469 keluarga, yang mendapat penggantian berdasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975. Kelompok ini memperoleh biaya sosial Rp 108.191.200 per keluarga.

Kelompok kedua 6.955 keluarga, penanganannya berdasar Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 55 Tahun 1993 dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 36 Tahun 2005. Mereka mendapat anggaran sosial Rp 29.360.152 per keluarga. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perpres Nomor 1 Tahun 2015 untuk mengatur pembayaran ganti rugi bagi warga yang rumah dan tanahnya terkena pembangunan waduk itu.

"Kami tidak memiliki pilihan lain," tutur Ali Rachmat, warga Kecamatan Jatigede. Awalnya, ia menolak keputusan pemerintah yang menetapkannya mendapat uang kerohiman Rp 29 juta karena tidak mungkin cukup untuk membangun rumah di tempat lain. Akhirnya, ia bersedia menandatangani pemberkasan oleh Satuan Kerja Jatigede untuk mengambil uang pengganti.

"Dalam hati, saya marah dan menyesal karena ini adalah proses pemiskinan. Namun, kalau menolak, saya bingung mau ke mana karena tidak memiliki harta lagi," keluhnya. Endang Suparman (65), warga Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Sumedang, mengungkapkan, tahun 1982-1986 warga sudah mendapatkan ganti rugi rumah, tanah sawah, dan lahan tegalan. Namun, ganti rugi yang dilakukan Panitia Sembilan saat itu tidak utuh.

Misalnya, sawah yang ditentukan Rp 3.500 per meter persegi sesuai SK Dirjen Binamarga hanya diterima Rp 600 per meter persegi.

Reply With Quote
  #2  
Old 10th September 2017
StaslLox StaslLox is offline
Member Aktif
 
Join Date: Sep 2017
Posts: 198
Rep Power: 0
StaslLox mempunyai hidup yang Normal
Default ПИЛОМАТЕРИА� �Ы КИЕВ

вагонка липа с сучком


Фанера
Фанера - это слоистая клееная древесина, состоящая из трех, пяти и более слоев лущеного шпона, расположенны Ñ… перпендикуля� �€Ð½Ð¾ друг другу. Число слоев фанеры чаще нечетное. По сравнению с пиломатериал ами фанера имеет ряд преимуществ: не коробится, не растрескиваÐ� �тся, легко гнеться.Ð›Ð¸ÑÑ‚Ñ ‹ фанеры имеют следующие размеры, мм: длина - 1220- 2440, ширина - 725-1525, толщина - 1,5-18. Изготавливаю� �‚ 5 сортов.

Вагонка Киев

ДОСКА ДЛЯ ПОЛА Киев

Блокхаус

вагонка ольха

вагонка киев сосна

ДОСКА ДЛЯ САУНЫ

СТРОГАННЫЙ БРУС

вагонка киев липа без сучка

вагонка с сучком
https://eco-les.club
https://eco-les.club/about
https://eco-les.club/vagonka
https://eco-les.club/doshka_dlia_pidlogi
https://eco-les.club/blokkhaus
https://eco-les.club/falsh_brus
https://eco-les.club/doska_dlia_sauni_trap_liezhak
https://eco-les.club/ugolok_zovnishnii
https://eco-les.club/lishtva
https://eco-les.club/plintus
https://eco-les.club/nashchielnik
https://eco-les.club/stroganii_brus
https://eco-les.club/pilomatieriali
https://eco-les.club/doshka_dlia_skh...aliasi_pierila
Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:29 AM.