Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Katolik

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 6th June 2011
vals's Avatar
valsVIP vals is offline
Super Moderator
 
Join Date: Apr 2011
Posts: 3,914
Rep Power: 48
vals has disabled reputation
Default [Share] Indahnya Pengampunan Tuhan

Indahnya pengampunan Tuhan

Oleh Yudhi Raisan


Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN” (Mazmur 25:7)

Bapak Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, dalam tulisan ini saya, Yudhi Raisan, mencoba untuk menuangkan pengalaman saya tentang pengampunan dari Tuhan.

Saya mempunyai iman warisan dari orangtua, iman non-Nasrani. Tetapi sejak masih duduk di bangku TK, saya sudah dikenalkan kepada Tuhan Yesus oleh orang tua saya. Mungkin karena sejak TK saya sudah bersekolah di sekolah Kristen dan kebetulan rumah saya berdekatan dengan sebuah gereja Protestan. Setiap Minggu pagi, mama saya selalu mengantar saya untuk mengikuti Sekolah Minggu. Saya mulai mengenal iman Katolik sejak saya duduk di bangku SMA, karena saya sekolah di sekolah Katolik. Saya merasa iman Katolik itu sangat indah, karena saya yakin bahwa Gereja Katolik benar-benar Gereja yang berasal dari Kristus, yang berawal dari St Petrus yang diberikan kuasa oleh Tuhan untuk menggembalakan domba-domba-Nya, yang kemudian menjadi Paus pertama dan diwariskan kepada penerusnya sampai dengan Paus yang sekarang. Juga karena saya melihat Gereja Katolik begitu kaya dengan adanya devosi kepada santo dan santa, adanya doa-doa kontemplasi, dan doa kharismatik. Banyak orang yang tidak bisa berdoa dengan keheningan, susah untuk berkonsentrasi karena pikirannya bercabang. Maka ia bisa berdoa dengan cara seperti komunitas kharismatik dengan cara berdoanya yang penuh semangat. Kekayaan dan keindahan itulah yang membuat saya terkesan dengan iman Katolik. Hingga kemudian saya pun memutuskan untuk dibaptis secara Katolik. Orang tua saya tidak keberatan, karena sejak awal orang tua saya memberi kebebasan kepada anak-anaknya. Sejak dibaptis, iman saya bertumbuh. Saya rajin ke gereja dan melakukan doa Rosario.

Pada suatu waktu, saya mempunyai seorang teman wanita yang cukup spesial dan kamipun berpacaran. Pacar saya itu tidak seiman dengan saya, tetapi tetap saja kami menjalin hubungan. Saat itu mungkin kami berpikir bahwa hubungan kami tidak akan lama dan hanya untuk main-main saja. Mungkin itu yang dinamakan cinta monyet. Namun ternyata tidak demikian. Hubungan kami terus berlanjut sampai 9 tahun lamanya, walaupun pada akhirnya kami berpisah. Selama 6 tahun kami back street karena orang tua pacar saya tidak menyetujui hubungan kami dengan alasan tidak seiman. Sepandai-pandainya kami bersembunyi, akhirnya hubungan kami ketahuan juga. Singkatnya setelah hubungan kami memasuki tahun ke-9, saya dipanggil oleh orang tua pacar saya dan kami diminta untuk menikah dengan catatan saya harus meninggalkan iman Katolik saya dan menjadi pemeluk agama keluarga pacar saya. Kalau tidak, saya harus putus. Karena saya sangat menyayangi si dia dan tidak mau kehilangannya, saya bersedia meninggalkan iman saya. Tanpa sepengetahuan orang tua, saya mengucapkan dua kalimat syahadat di depan pemuka agama pacar saya dan kaum kerabat pacar saya. Sejak saat itu saya tidak pernah pergi ke gereja lagi dan tidak pernah berdoa. Dari rumah saya pamit ke gereja, tetapi saya tidak ke gereja, saya pergi ke rumah pacar saya. Sesungguhnya di dalam hati, saya menolak itu semua, karena saya menjadi pemeluk agama pacar saya bukan dari hati saya. Saya merasa berdosa telah mengkhianati Tuhan Yesus. Mulai terjadi pergumulan dalam hati saya. Setiap hari saya merasa tersiksa dan kalau itu terjadi terus menerus, saya bisa gila. Saya merasa sudah tidak kuat lagi. Kini kalau saya ingat kembali akan peristiwa itu, saya teringat pemazmur yang tersiksa karena dosanya, yang membuatnya terpisah dari Allah. Sesungguhnya perasaan terpisah dari Allah karena saya mengingkari iman saya dan berbohong kepada diri sendiri, orangtua dan Tuhan itu yang membuat saya merasa tidak mampu bertahan lebih lama lagi. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku”(Mazmur 51:3).

Pada suatu kesempatan, saya curhat dengan seorang teman dan dia mengatakan, “Kamu bodoh telah menukar Yesus dengan seorang wanita.” Saya sangat tersentak oleh perkataan itu. Selama masa-masa saya berpacaran dengan kekasih saya itu, saya tidak pernah ke gereja dan tidak pernah berdoa. Saya jauh dari Tuhan, sehingga saya tidak merasakan pemeliharaan Tuhan. Tetapi tanpa saya sadari, Tuhan begitu mengasihi saya dan tidak pernah meninggalkan saya. Saya merasa Tuhan bekerja lewat teman saya yang menegur saya itu. Akhirnya saya membulatkan hati untuk menemui pastor dan saya mengaku dosa. Sebelum pastor memberikan penitensi kepada saya, dia mengatakan kalimat yang begitu menyejukkan hati saya, ”Berbahagialah anakku, engkau akan menerima hadiah Paskah yang begitu indah yaitu pengampunan dari Bapa, dan engkau akan kembali ke dalam pelukan-Nya.” Ketika itu menjelang Paskah tahun 2000. Seketika saya merasakan kegembiraan Bapa di Surga yang selalu menanti saya kembali. Saya merasa amat lega dan percaya akan kasih pengampunan Allah Bapa.

Keesokan harinya saya datang ke rumah pacar saya, saya mengatakan bahwa saya sudah mengaku dosa di depan pastor, dan kembali menjadi Katolik. Mendengar hal itu, orang tua pacar saya marah kepada saya, sambil menunjuk-nunjuk saya, mereka berkata, “Kamu berdosa besar telah mempermainkan agama kami”. Saya menjawab bahwa saya sudah berdosa besar ketika saya mengingkari iman saya dan berpindah memeluk agama yang tidak sesuai dengan panggilan hati saya , tetapi urusan dosa adalah urusan saya dengan Tuhan dan saya yakin Tuhan saya Maha Pengampun. Saya percaya saya sudah diampuni. Dan sejak saat itu, saya putus dengan pacar saya.

Tetapi permasalahan tidak cukup sampai di situ. Saat saya bergumul dengan masalah saya, pekerjaan saya di kantor terlantar, sehingga akhirnya saya ditugaskan hanya untuk mengarsip dokumen. Saya merasa sudah dibuang. Saya lantas merasa jenuh, dan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Itu adalah saat-saat yang berat bagi saya. Saya merasa frustasi, seolah belum cukup menderita karena putus dengan pacar saya yang telah menjadi kekasih saya selama 9 tahun, tambahan lagi saya juga harus kehilangan pekerjaan. Mungkin Bapak Ibu dan Saudara-saudara dapat membayangkan bagaimana perasaan saya saat itu. Saya marah kepada Tuhan, Ia sudah mengampuni saya tetapi mengapa saya harus dihukum seperti ini. Padahal sesungguhnya apa yang terjadi pada saya adalah akibat pilihan saya sendiri, bukan karena Tuhan marah. Tetapi saat itu pemahaman saya belum sampai ke sana. Kehidupan saya berubah. Kembali saya absen untuk datang ke gereja lagi. Saat siang saya tidur, tetapi di malam hari saya keluyuran. Saya mulai senang berjudi. Lebih parah, ketika saya kalah berjudi, diam-diam saya mencuri uang mama saya. Saya tidak perduli itu uang hasil jualan Mama. Mama berjerih payah berjualan untuk kebutuhan hidup kami sehari-hari, karena Papa sudah pensiun dan mereka tidak mau meminta kepada anak-anaknya, apalagi kepada saya, yang seorang pengangguran.

Pada suatu malam, ketika saya sedang tidur, saya bermimpi Bunda Maria menampakkan diri pada saya. Tangan kanannya terbuka mengajak saya untuk mendekat kepadanya. Tangan kiri Bunda memegang Kitab Suci. Saya menghampiri Bunda, lalu saya dipeluknya. Bunda berkata, “Kemarilah, bacalah ini,“ sambil memberikan Kitab Suci kepada saya, “Maka hidupmu akan bahagia.”

Sejak mimpi yang amat mengesankan itu, saya mencoba membaca Kitab Suci dengan serius. Saya mulai dari Perjanjian Baru karena bagi saya Perjanjian Lama sangat membosankan, apalagi karena saya jarang bahkan hampir tidak pernah membaca Kitab Suci. Ternyata membaca Kitab Suci begitu indah, memberikan saya kekuatan baru. Saya pun lalu berniat untuk mendalaminya agar saya dapat mengenal Tuhan lebih dalam lagi melalui Sabda-Nya (mungkin itu satu alasan mengapa sekarang saya belajar di KPKS – Kursus Pendalaman Kitab Suci St Paulus yang diselenggarakan oleh LBI). Saya juga mulai berdoa Rosario lagi (satu alasan mengapa saya berdevosi kepada Bunda Maria). Setelah itu saya mendapatkan pekerjaan baru, yaitu tempat kerja saya yang sekarang. Selain itu saya juga mempunyai pekerjaan sampingan yang hasilnya lumayan. Dan akhirnya saya juga mendapatkan seorang istri yang begitu mencintai saya dan selalu mensupport saya. Kenangan indah akan kasih pengampunan Bapa yang kekal kembali memenuhi hati saya. Sungguhpun Engkau menghitung langkahku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku (Ayub 14:16). Saat itu saya menyadari lagi kegembiraan Surga pada saat saya bertobat, yang saya kenali di dalam Kitab Lukas 15 : 10, “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang dosa yang bertobat”.

Kini walau saya sudah menikah memasuki tahun ke-empat, kami belum dikaruniai seorang anak. Menurut dokter saya dan istri sehat-sehat saja. Mengapa saya belum dikaruniai anak sampai sekarang? Tuhan pasti punya alasan yang saya tidak pernah tahu, tetapi yang saya tahu, rencana-Nya pasti baik untuk saya dan istri saya.

Satu hal lagi yang membuat saya bahagia, saya bersama adik dan kakak telah membawa orang tua saya menjadi Katolik, walaupun papa saya dibaptis secara Katolik satu minggu sebelum beliau dipanggil Tuhan. Kalau saya ingat kembali perjalanan iman kedua orangtua saya, ya, walaupun kedua orangtua saya memiliki iman warisan non Kristiani, mereka memasukkan anak-anaknya ke sekolah Kristen karena mereka beranggapan di sekolah Kristen dikenal dengan kedisiplinannya. Kami anak-anaknya juga diantar ke Sekolah Minggu untuk mendidik moral kami, supaya kami tahu mana yang benar dan mana yang salah. Karena mereka sendiri walaupun beragama, pada waktu itu mereka jarang pergi ke tempat ibadah agama mereka, bahkan bisa dibilang tidak pernah. Mama saya sudah mengenal agama Kristen sejak kami masih sekolah. Mama belajar agama Kristen karena beliau ingin bisa membantu menjawab pertanyaan kami manakala kami menjumpai kesulitan dalam pelajaran sekolah khususnya pelajaran agama Kristen. Jadi beliau belajar dari buku, sehingga sebelum menjadi Katolik, Mama sudah tahu siapa itu Yesus, Maria, Yoseph, bahkan dia sudah tahu cerita tentang Zakeus, Yunus, Adam dan Hawa ketika jatuh ke dalam dosa dan sebagainya. Sedangkan keputusan papa saya untuk dibaptis adalah nampaknya merupakan suatu puncak kerinduan yang sudah dialaminya sejak beliau sakit. Pada saat Papa sakit, tetangga satu lingkungan sering datang untuk mendoakan beliau dan mereka sering bercerita tentang Yesus. Semua itu membuat papa saya merasa terjamah oleh kasih Yesus. Beliau sempat dua kali merayakan Misa di gereja sebelum dipanggil Tuhan. Itulah saat saya kembali merasakan penyelenggaraan Tuhan yang selalu sempurna, kasih-Nya yang tetap untuk selamanya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. (Pengkotbah 3:11a).

Demikianlah pengalaman yang dapat saya bagikan, semoga dapat berguna bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan sudah memberi pengampunan penuh kepada saya, dan melalui Bunda Maria saya kembali ke jalan-Nya. Tuhan dan Bunda Maria telah bekerja dalam pergumulan dan masalah yang saya hadapi. Saya yakin Tuhan dan Bunda Maria akan bekerja juga dalam pergumulan dan masalah yang Bapak Ibu dan Saudara-saudara hadapi. AMIN.

Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!” (Mazmur 51 : 9-10).

Quote:
Originally Posted by sumber
http://katolisitas.org/2011/05/14/indahnya-pengampunan-tuhan/


__________________
ï·² ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ â˜* ✌


Last edited by vals; 6th June 2011 at 10:12 AM.
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:48 AM.