FAQ |
Calendar |
SEARCH |
Today's Posts |
|
Hobby Forum tempat berkumpul orang-orang dengan berbagai macam hobi dan berdiskusi tentang hobinya |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
Layang-layang Bisa Dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik
Bagi kaum pria, layanglayang tentu bukan hal asing. Bahkan, sebagian besar sudah pernah menerbangkannya saat kanak-kanak. Namun, siapa sangka jika layang-layang yang dulu dan hingga kini masih diterbangkan, ternyata asal-muasalnya dari Indonesia. Tak percaya? Bukankah dari China? Ya, berdasarkan berbagai penelitian, layang-layang pertama di dunia diciptakan nenek moyang bangsa Indonesia. Di Gua Muna, Sulawesi Tenggara, terdapat lukisan dinding yang menggambarkan orang bermain layang-layang. Gambarnya pun, menurut penelitian, dibuat dari darah manusia. Setelah diteliti lebih jauh, usianya diperkirakan lebih dari 3.000 tahun sebelum masehi (SM). Penelitian ini tentu mengalahkan kesimpulan terdahulu yang menyebutkan layang-layang pertama diciptakan bangsa China pada tiga ribu tahun lalu atau seribu SM. Sekarang, kita tinggalkan dari mana layang-layang berasal karena ada juga yang lebih penting. Ternyata, layang-layang juga memiliki makna berbedabeda bagi setiap negara. Malaysia, contohnya, menganggap layang-layang sebagai simbol penghalau ruh jahat. Lain halnya dengan di Jepang. Negara Matahari Terbit itu memaknai layang-layang sebagai simbol kelahiran anak laki-laki. Di Indonesia, layang-layang merupakan salah satu unsur penting yang mengakar sejak dulu. Layang-layang kerap digunakan untuk kegiatan ritual keagamaan. Masyarakat Bali, misalnya, menggunakan layang-layang sebagai salah satu kegiatan festival keagamaan yang biasanya diadakan setiap Agustus. Menurut Moerseto Mardowo, pehobi sekaligus pendiri Persatuan Pelayang Surabaya (Perlabaya), layang-layang tradisional khas Indonesia menarik perhatian mancanegara. Salah satunya karena bahannya terbuat dari daun kering dan pelepah pisang. Dia sendiri yang membuat layang-layang tersebut dan membawanya ke ajang festival internasional. Seto, demikian dia biasa disapa, menilai potensi layanglayang khas Indonesia untuk dijadikan industri sangat besar. Pasalnya, setiap daerah memiliki ciri-ciri tersendiri. Di Kalimantan, ada layanglayang yang memakai bambu berukuran besar namun bisa diterbangkan dan mengeluarkan bunyi. Karena itu, seharusnya para perajin lebih diberdayakan, misalnya diberikan modal untuk mengembangkan usaha. Dengan begitu, Indonesia bisa lebih bersaing dengan China yang selama ini menguasai 90 persen industri layang-layang dunia. “Dari segi harga juga cukup menggiurkan karena layanglayang berukuran sampai 200 meter, desainnya bagus dan kuat, bisa mencapai 100 juta rupiah,” tutur Seto. Lestarikan Alam Keunikan lainnya, layanglayang juga ternyata bisa menghasilkan listrik sehingga kita bisa menghemat penggunaan bahan bakar. Karena itu, tak heran jika festival layang-layang internasional selalu dikaitkan dengan upaya penyelamatan bumi. Beberapa jenis layanglayang berukuran besar dan terbuat dari bahan parasut bisa menarik kapal laut berukuran besar sehingga bisa mengirit bahan bakar. Bahkan tema terakhir festival internasional di Malaysia adalah Preserved The Earth atau lestarikan Bumi. Ternyata, sebuah penelitian juga membuktikan bahwa layang-layang dapat menghasilkan energi listrik. Para peneliti dari Universitas Delft, Belanda, membuktikan bahwa layanglayang yang diterbangkan dapat menghasilkan listrik 10 kilowatt. Dalam demonstrasi tersebut, pakar energi terbarukan, Wubbo Ockels, menggunakan layanglayang dengan luas permukaan 10 meter persegi. Untuk menghasilkan listrik di generator, dia memanfaatkan uluran tali saat layang-layang bergerak naik. Saat layang-layang sampai pada ketinggian maksimum, tali digulung kembali, dan proses tersebut diulang dari awal. Belanda memang paling berpotensi memanfaatkan teknologi tersebut karena negara ini kaya akan angin yang bertiup kencang sepanjang waktu. Ockels pun berencana mengembangkan penelitiannya sehingga ditargetkan bisa menghasilkan energi listrik lebih besar. Dalam jangka panjang, dia menargetkan membangun jaringan layang-layang untuk membangkitkan listrik hingga 100 megawatt. |
#2
|
||||
|
||||
hmm.... utk memperjelas, judulnya ane edit dikit ya ndan...
Nice trit |
#3
|
||||
|
||||
semakin banyak terobosan2 seperti ini, maka energi konversi yg mahal bisa diminimalisir
|
#4
|
||||
|
||||
wahh ide yang cemerlang..
|
#5
|
||||
|
||||
wah yg bnr ndan
ini kayanya msh perlu d buktikan lg kebenaran nya |
#6
|
||||
|
||||
wah, kalo emang beneran di gunakan manusia nantinya... apakah efektif ndan?
secara bakalan banyak layangan bertaburan diangkasa... |
#7
|
|||
|
|||
nice info dan bagus bagus
|
#8
|
||||
|
||||
mgkn dr segi jumlah nya bisa dibatasi ndan
|
|
|