FAQ |
Calendar |
SEARCH |
Today's Posts |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
|
Thread Tools |
#1
|
|||
|
|||
Begini Cara Obati Kolestasis
Kolestasis adalah gangguan yang terjadi di aliran empedu yang menyebabkan masalah kesehatan. Gangguan ini dapat terjadi saat kekurangan cairan empedu atau saluran empedu tersumbat. Kolestasis dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti penyakit kuning (jaundice), warna urine gelap, BAB berwarna keputihan seperti dempul, gatal-gatal, mual muntah, dan nyeri perut. Kondisi ini perlu mendapat pemeriksaan medis dari dokter.
Penyebab kolestasis Ada dua penyebab kolestasis yakni yang berasal dari organ hati (kolestasis intrahepatik), dan yang berasal dari luar organ hati (kolestasis ekstrahepatik). Beberapa penyebab kolestasis intrahepatik adalah: Menderita penyakit tertentu Umumnya kolestasis intrahepatik disebabkan oleh penyakit hati, seperti hepatitis akut, penyakit hati akibat konsumsi alkohol berlebih, sirosis, dan kanker hati. Beberapa kelainan genetik dan infeksi berat, seperti abses hati dan sepsis, juga dapat menyebabkan kolestasis. Efek samping obat-obatan Penggunaan obat-obatan tertentu juga menjadi salah satu faktor penyebab kolestasis intrahepatik. Obat-obatan yang efek sampingnya dapat menyebabkan kolestasis tersebut adalah chlorpromazine, obat antibiotik seperti ampicillin, penisilin, dan amoxicillin, steroid anabolik, obat antituberkulosis, azathioprine, cimetidine, dan pil KB. Kolestasis pada ibu hamil Pada wanita hamil, hormon kehamilan dapat menimbulkan gangguan aliran empedu. Kondisi seperti ini biasanya terjadi di kehamilan trimester ketiga yang ditandai dengan gejala gatal-gatal yang berat. Setelah operasi Pada kasus tertentu, kolestasis juga dapat terjadi setelah operasi, terutama pada operasi besar di organ dalam perut atau pada jantung. Terjadinya kolestasis pascaoperasi ini juga lebih berpotensi terjadi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit pankreas atau masalah pada kandung empedu. Sementara itu, beberapa faktor yang dapat menyebabkan kolestasis ekstrahepatik adalah: • Batu empedu atau tumor di saluran empedu. • Penyempitan di saluran empedu. • Kanker di saluran empedu. • Gangguan pankreas, seperti pada pankreatitis dan kanker pankreas. • Kista yang menekan saluran empedu. • Kolangitis. Untuk memasikan diagnosis kolestasis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang seperti tes darah lengkap dan tes bilirubin. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan USG, MRI dan CT scan hati serta kandung empedu untuk mencari penyebab kolestasis. Jika kolestasis dicurigai disebabkan oleh kanker hati, maka dokter akan melakukan biopsi hati untuk mendeteksi apakah terdapat sel kanker di hati. Cara Mengobati Kolestasis Setelah diagnosis kolestasis dan faktor penyebabnya teridentifikasi, maka langkah pertama pengobatan kolestasis adalah mengatasi penyebab yang mendasarinya. Apabila kolestasis disebabkan karena efek samping obat-obatan, maka dokter akan menyarankan untuk menghentikan pengobatan untuk sementara waktu. Namun apabila kolestasis disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya adanya batu empedu maupun tumor, dokter dapat memberikan obat-obatan atau menyarankan tindakan operasi. Operasi bisa dilakukan dengan teknik pembedahan umum, operasi laparoskopi, atau endoskopi. Khusus bagi kolestasis kehamilan, biasanya pengobatan bertujuan untuk meredakan gatal-gatal. Kemungkinan dokter akan meresepkan salep kortikosteroid atau salep antigatal. Salah satu upaya mencegah kolestasis yang dapat dilakukan adalah dengan mendapatkan vaksin hepatitis, membatasi konsumsi minuman beralkohol dan menjauhi narkoba. Kolestasis bisa disebabkan oleh banyak hal, segeralah periksakan diri ke dokter jika terdapat gejala kolestasis seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dokter akan melakukan pemeriksaan yang lengkap dan menentukan langkah penanganan lebih lanjut untuk mengobati kolestasis. Demikian penjelasan mengenai pengobatan kolestasis yang bisa dilakukan. Dengan mengetahuinya semoga kamu tidak khawatir dan lebih siap dalam menghadapinya. Namun kamu tetap harus selalu ingat untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahlinya. |
|
|