Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > News > Surat Pembaca

Surat Pembaca Posting ataupun baca komentar,keluhan ataupun laporan dari orang-orang dengan pengalaman baik/buruk.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 5th June 2011
DodoLLipeT's Avatar
DodoLLipeT DodoLLipeT is offline
Prob. Moderator
 
Join Date: May 2011
Location: Jakarta,ID
Posts: 3,334
Rep Power: 34
DodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis Guru
Thumbs up Pancasila dalam Arus Kekuasaan

Welcome To My Thread







Sebagai suatu bangsa, adalah tidak mungkin Indonesia hidup tanpa ideologi. Berakar dari sejarah, agama, adab atau budaya, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang saat NKRI masih berbentuk kerajaan, Pancasila dijadikan ideologi negara. Pancasila mula-mula digagas dan disampaikan saat Muhammad Yamin berpidato pada 29 Mei 1945. Oleh Soekarno, pada tanggal 1 Juni 1945, kemudian dikemukakan gagasan serupa dengan subtansi yang sama.

Dinamika ber-Pancasila

Secara resmi, Pancasila diterapkan sebagai dasar negara yang didokumentasikan beberapa kali karena berbagai dinamika politik dan kebangsaan di usianya yang belia. Rumusan Pertama Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22 Juni 1945. Rumusan kedua di dalam Pembukaan UUD 18 Agustus 1945.

Rumusan ketiga di dalam Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949. Rumusan keempat di dalam Mukaddimah Undang Undang Dasar Sementara tanggal 15 Agustus 1950. Dan rumusan kelima, rumusan kedua yang dijiwai oleh rumusan pertama Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perjalanan Pancasila sebagai dasar negara tak pernah sepi dari berbagai ancaman dan penyimpangan. Di masa Soekarno misalnya, Pancasila dibuntuti oleh kelompok komunis yang hendak mengganti dasar negara tanpa Tuhan (negara komunis). Haluan politik Soekarno yang lebih condong ke Soviet pada waktu itu, menjadi jembatan emas kelompok-kelompok komunis untuk melegitimasi aksi-aksinya.

Termasuk juga dugaan adanya campur tangan intelijen Amerika Serikat yang memang tidak senang dengan haluan politik antikolonial Soekarno, yang notabenenya merupakan sekutu AS merupakan negeri-negeri penjajah.

Pancasila dijadikan korban. Termasuk Soekarno sebagai Presiden RI pada waktu itu, berupaya mendrive Pancasila untuk kepentingan politiknya. Inilah sejarah awal suramnya perjalanan Pancasila yang telah dirumuskan melalui perdebatan marathon dan alot sebagai buah pemikiran founding father bangsa. Bahkan Soekarno secara akomodatif namun penuh muatan politik, menggagas konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Ibarat mencampur antara air dan minyak, Soekarno hendak menjadikan komunisme sebagai faham yang diterima di republik ini. Bukan itu saja, Soekarno pun mengangkat diri sebagai Presiden seumur hidup, suatu pengkhianatan terhadap demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Terlepas dari jasa-jasanya sebagai Proklamator dan tokoh founding father bangsa, Soekarno mencederai Pancasila. Pancasila tersandera oleh penguasa.

Setali tiga uang, Soeharto yang pada awalnya tampil gagah membela Pancasila, termasuk propaganda Soeharto yang seolah menyelamatkan Pancasila dalam peristiwa berdarah 30 September 1965 yang kemudian dikenal sebagai hari Kesaktian Pancasila. Saat Pancasila berusaha diganti dengan komunisme -anti Tuhan- yang sama sekali jauh dari jiwa bangsa Indonesia.

Rentang waktu 32 tahun pemerintahan Soeharto, Pancasila menjadi hantu dan momok yang menakutkan bagi rakyat. Dalih menciptakan stabilitas yang membungkus niat busuk melanggengkan kekuasaan, menjadi alasan tindakan represif rezim Soeharto (Orde Baru). Kalangan santri dituduh merancang makar terhadap Pancasila, dan khususnya penguasa.

Akibatnya, umat Islam yang dijadikan korban rezim mengalami trauma sosial. Efek traumatik ini yang justru melahirkan gerakan-gerakan bertentangan dengan NKRI. Trauma yang direproduksi oleh rezim. Tak dapat dipungkiri, Pancasila lah yang menjadi tameng dan benteng kekuasaan Soeharto selama 32 tahun.

Pancasila pula yang dijadikan senjata pamungkas saat suara-suara demokratisasi mulai bergema. Namun pada akhirnya, kebathilan akan zahuq di atas kebenaran. Soeharto ambruk di Istana. Soeharto sukses mengembalikan sakralitas Pancasila sebagai momok menakutkan, yang juga secara paradoks sukses menodai Pancasila.

Era Demokrasi Partisipatif

Era reformasi datang dengan membuka diri dalam ruang kebebasan yang unlimited. Demokratisasi membuka ruang partisipasi bagi siapa saja. Termasuk bagi mereka yang datang tanpa ideologi, atau mereka yang memiliki ideologi alternatif untuk menggantikan Pancasila yang dipandang tidak lagi diperlukan. Termasuk juga yang bisa membeli ideologi dengan rupiah.

Sekali lagi bahwa, Indonesia memasuki babak baru dalam dunia politiknya. Nahasnya, babak demokrasi ini datang ketika trauma masa lalu masih melekat dalam benak sebagian masyarakat. Termasuk juga ketika nilai-nilai ideologi Pancasila menjadi luntur oleh dinamika politik yang supercepat.

Akhirnya, muncul lah berbagai jenis kelamin politik yang secara normatif menuliskan Pancasila di dalam AD/ART partainya. Namun pada kenyataannya, lagi-lagi Pancasila dibajak, kali ini beramai-ramai karena eranya demokratis. Keyakinan terhadap ketidakmampuan Pancasila untuk dilanjutkan sebagai dasar negara, pun menyeruak. Termasuk dari generasi muda. Berbagai survei menguatkan keyakinan tersebut. Pancasila tidak lagi sakti.

Bahkan konflik sosial berlatar ekonomi, politik, dan SARA, jamak terjadi. Kohesifitas Pancasila hilang di tengah arus globalisasi yang menawarkan berbagai ideologi yang “menyenangkan”. Ditambah lagi oleh aksi akrobatik para pemimpin negeri ini yang memperlihatkan ketidakpedulian pada rakyatnya. Kekhawatiran terhadap krisis rasa kebangsaan pun terus mencuat ke permukaan.

Tidak saja dari data berbagai lembaga survei yang merepresentasikan ancaman tersebut, akan tetapi kita juga telah disuguhkan oleh tontonan memilukan oleh aktor-aktor demokrasi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai elit bangsa.

Mengutip dari Fahri Hamzah di dalam bukunya Negara, Pasar dan Rakyat, negara yang sejatinya berperan sebagai perpanjangan tangan kekuasaan dalam rangka mengakomodasi kepentingan rakyatnya, justru menjadi sosok egois dan sekadar corong aspirasi pihak-pihak tertentu. Akibatnya, kekuasaan dipandang penting dan perlu hanya bagi mereka yang diuntungkan. Maka hilanglah Daya tarik negara dan segala instrumennya.

Sebagaimana Antonio Gramsci, kuasa mayoritas menjadi absolut adanya. Demokrasi hanya milik mereka yang memiliki dominasi kuasa yang ditopang oleh materi. Ideologi dikeranjang sampahkan.

Fakta ini dapat dilihat dari lemahnya kapasitas pemimpin kita. Baik secara moralitas, maupun secara leadership. Justru mereka yang menjadikan materi sebagai ideologi politik dan kebangsaannya, melenggang tanpa hambatan. Lihatah misalnya, benih-benih politik dinasti di sejumlah derah mulai mengkhawatirkan kita. Model politik yang tidak bermuara pada ideologi Pancasila, yang menjadikan kekuasaan hanya sebagai instrumen untuk mencapai kesejahteraan.

Tidak hanya itu, kekosongan ideologi juga melahirkan koruptor. Bahkan koruptor berjamaah kita dapat saksikan dari rombongan yang terdiri 26 mantan anggota DPR yang digelandang oleh KPK. Ini masih di DPR Pusat, belum lagi di daerah. Termasuk 155 kepala daerah dan mantan kepala daerah yang terlibat kasus korupsi.

Seperti kekhawatiran Joseph Schumpeter, bahwa gagasan politik materialisme Orde Baru ternyata kini bersemi kembali. Dalam bahasa lain, demokrasi ditelikung menjadi kekuasaan olgarki yang legal (rulling olgarki), sebagaiaman dikatakan Prof. Jeffery A. Winters saat kuliah umum di Unhas beberapa waktu lalu. Dan mereka inilah ancaman real atas keutuhan NKRI. Karena republik ini telah terkavling dalam kuasa material.

Menyelamatkan generasi muda, dari siklus hitam nihil ideologi, menjadi tanggung jawab bersama. Melahirkan generasi berkarakter kuat dengan berbagai latar belakang agama, budaya, bahasa dan daerah. Spirit kebersamaan, ukhuwah (persaudaraan), persatuan dan patriotisme, perlu terus dipupuk. Nilai-nilai agama tentu menjadi priorotas, sebagaimana latar belakang bangsa Indonesia sebagai bangsa religius dan menjadikan keimanan sebagai sila pertama dalam dasar negara, Pancasila. Keimanan yang kita yakini akan mengenyahkan penguasa palsu dan koruptor dari bumi Indonesia.



Reply With Quote
  #2  
Old 5th June 2011
hktoyshop's Avatar
hktoyshop hktoyshop is offline
Enthusiast
 
Join Date: Jan 2010
Location: www.hk-toys.com
Posts: 8,593
Rep Power: 32
hktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessedhktoyshop is blessed
Default

izin nyimak dulu ndan..
Reply With Quote
  #3  
Old 6th June 2011
DodoLLipeT's Avatar
DodoLLipeT DodoLLipeT is offline
Prob. Moderator
 
Join Date: May 2011
Location: Jakarta,ID
Posts: 3,334
Rep Power: 34
DodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis GuruDodoLLipeT is Ceriwis Guru
Default

Quote:
Originally Posted by hktoyshop View Post
izin nyimak dulu ndan..
Mari...Silahkan Ndan !!!
Reply With Quote
  #4  
Old 10th June 2011
Pierre Tendean's Avatar
Pierre Tendean Pierre Tendean is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2010
Location: BarMel Status : ON
Posts: 537
Rep Power: 16
Pierre Tendean mempunyai banyak pengalamanPierre Tendean mempunyai banyak pengalamanPierre Tendean mempunyai banyak pengalamanPierre Tendean mempunyai banyak pengalamanPierre Tendean mempunyai banyak pengalamanPierre Tendean mempunyai banyak pengalaman
Default

memang benar ndan ada penyimpangan dalam era beberapa presiden kita , kalo menurut ane..

Era Pak Karno pengangkatan menjadi presiden seumur hidup merupakan langakh yang tepat, kenapa saya bilang begitu?, mendiang pak karno menurut saya pasti mempertimbangkan bahwa Masyarakat Grass Root Indonesia sangat lekat sekali dengan KESOSOKAN atau PENOKOHAN, dan Pak Karno menyadari, siapa lagi pada waktu itu satu orang yang yang bisa simbol Indonesia baik di dalam maupun luar negeri, karena adanya realitas tersebutlah.. keputusan itulah yang diambil.. hal ini terlihat implisit pada salah satu kata2 beliau..

" Aku harus tampil rapi di depan rakyatku, rakyat sudah cukup melihat penderitaan kolonialisme, pemimpinnya tak boleh compang-camping, harus rapi neces untuk memperlihatkan Bahwa pemimpinnya berjiwa Merdeka, tidak compang camping lagi, dan rakyat suka akan hal itu....."

juga mengenai Adanya unsur Komunis yang di Acc oleh beliau, sebenarnya Komunis ada unsur baiknya yaitu anti Kapitalisme Barat, dan itu seia dengan pidato2 Pak Karno selama ini Anti Nekolim dan Kapitalisme. Namun tidak semua paham dari root komunis bisa diambil.. dan Pak karno ingin masyarakat teredukasi oleh hal itu.. istilahnya jangan membenci sesuatu yang jelas2 masih ada manfaatnya.. walopun cuman secuil...

Era Pak Harto, Sistem Penokohan masih dipakai, dibuat slogan baru sebagai bapak bangsa, bapak pembangunan, dll. karena slogan untuk bapak pemersatu indonesia suah ada (bung karno), kesalahan fatalnya adalah.. mengebiri sikap progresif masyarakat.. me - JAWA - kan Indonesia seperti pada pembangunan 1000 pendopo kecamatan seluruh Indonesia yang semuanya bentuknya Joglo, padahal Indonesia Bukan Joglo.. ada Kiwari, Gadang, Pacul Gowang, dll... kesalahan kecil yang berakibat fatal...
Reply With Quote
  #5  
Old 16th July 2011
DreamWorld's Avatar
DreamWorld DreamWorld is offline
Ceriwis Geek
 
Join Date: Mar 2011
Location: Bandung
Posts: 19,160
Rep Power: 89
DreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis ProphetDreamWorld is Ceriwis Prophet
Send a message via Yahoo to DreamWorld
Default

Quote:
Originally Posted by Pierre Tendean View Post
memang benar ndan ada penyimpangan dalam era beberapa presiden kita , kalo menurut ane..

Era Pak Karno pengangkatan menjadi presiden seumur hidup merupakan langakh yang tepat, kenapa saya bilang begitu?, mendiang pak karno menurut saya pasti mempertimbangkan bahwa Masyarakat Grass Root Indonesia sangat lekat sekali dengan KESOSOKAN atau PENOKOHAN, dan Pak Karno menyadari, siapa lagi pada waktu itu satu orang yang yang bisa simbol Indonesia baik di dalam maupun luar negeri, karena adanya realitas tersebutlah.. keputusan itulah yang diambil.. hal ini terlihat implisit pada salah satu kata2 beliau..

" Aku harus tampil rapi di depan rakyatku, rakyat sudah cukup melihat penderitaan kolonialisme, pemimpinnya tak boleh compang-camping, harus rapi neces untuk memperlihatkan Bahwa pemimpinnya berjiwa Merdeka, tidak compang camping lagi, dan rakyat suka akan hal itu....."

juga mengenai Adanya unsur Komunis yang di Acc oleh beliau, sebenarnya Komunis ada unsur baiknya yaitu anti Kapitalisme Barat, dan itu seia dengan pidato2 Pak Karno selama ini Anti Nekolim dan Kapitalisme. Namun tidak semua paham dari root komunis bisa diambil.. dan Pak karno ingin masyarakat teredukasi oleh hal itu.. istilahnya jangan membenci sesuatu yang jelas2 masih ada manfaatnya.. walopun cuman secuil...

Era Pak Harto, Sistem Penokohan masih dipakai, dibuat slogan baru sebagai bapak bangsa, bapak pembangunan, dll. karena slogan untuk bapak pemersatu indonesia suah ada (bung karno), kesalahan fatalnya adalah.. mengebiri sikap progresif masyarakat.. me - JAWA - kan Indonesia seperti pada pembangunan 1000 pendopo kecamatan seluruh Indonesia yang semuanya bentuknya Joglo, padahal Indonesia Bukan Joglo.. ada Kiwari, Gadang, Pacul Gowang, dll... kesalahan kecil yang berakibat fatal...
mantap perbandingan nya antara orla dan orba
Reply With Quote
  #6  
Old 5th November 2011
dwipad dwipad is offline
Member
 
Join Date: Nov 2011
Posts: 99
Rep Power: 0
dwipad mempunyai hidup yang Normal
Default

kalo dulu ada P4.. sekarang apa ya?
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:25 PM.