Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Pets > Fowl Lover

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 2nd March 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 47
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default 13 Tahun Jaga Maleo, Tomo bak Pakar meski Hanya Lulus SD

Tomo Lumamay (48) sedang mencatat telur burung Maleo yang baru saja diambilnya di nesting ground Muara Pusian, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Tomo sudah selama 13 tahun setia menjaga maleo bertelur di lokasi tersebut.

iang itu, Tomo Lumamay (48), lelaki berpostur kecil, menenteng tas pinggangnya turun dari rumah sederhana yang menjadi pos penelitian maleo di Muara Pusian, Desa Pusian, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow.

Dia menuju ke tepi sungai, tempat nesting ground (lokasi bertelur) yang berada dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Di tepi sungai itu terdapat area berpasir yang secara rutin disinggahi burung maleo (Macrocephalon maleo) untuk meletakkan telurnya.

Walau hanya lulusan sekolah dasar, Tomo menguasai betul seluk-beluk dan tingkah laku burung yang terancam punah itu. Betapa tidak, dia sudah 13 tahun dipercaya Wildlife Conservation Society (WCS) menjadi penjaga maleo.

"Sejak tahun 2001, setiap hari saya harus memeriksa nesting ground. Jika ada telur, saya harus mencatat jumlahnya, memberi nomor, menimbang beratnya, dan mengukur besarnya," kata Tomo.

Telur-telur yang didapatnya dari lubang kemudian dipindahkannya ke hatchery, tempat khusus penetasan yang sengaja dibuat oleh WCS. Hatchery itu terletak sekitar satu kilometer dari nesting ground.

"Ini merupakan semacam kandang untuk melindungi telur maleo dari predator, termasuk dari kemungkinan pencurian manusia," kata Tomo.

Dengan cekatan, dia lalu menggali lubang yang ada di hatchery untuk meletakkan dua butir telur maleo yang siang itu didapatnya. Lubang-lubang itu sudah diberi nomor agar Tomo tahu mana lubang yang sudah ada telurnya dan mana yang masih kosong.

"Saya harus menggali dengan kedalaman yang tepat sebab telur maleo akan berhasil menetas pada suhu 34 sampai 35 derajat celsius," papar Tomo layaknya seorang ahli.

Menurut Tomo, telur yang didapatnya hari itu merupakan telur yang ke-5.135 dan ke-5.136 sejak dia dipercaya menjadi penjaga maleo.

Dulu, Tomo merupakan pemburu telur maleo, tetapi kini justru dialah yang setia menjaga agar maleo masih bisa bertahan di habitat aslinya.

Pekerjaannya saat ini mengharuskan dia, dua kali setiap hari, mengamati nesting ground, berkeliling di titik-titik tempat maleo bertelur. Di samping itu, dia juga harus mengamati hatchery, dan melepas anak maleo yang keluar dari lubang penetasan ke alam bebas. Semuanya dicatat Tomo tanpa terlewati.

Catatan harian Tomo merupakan referensi yang sangat berharga. Lewat catatan itulah dia mengetahui dengan persis kapan puncak masa maleo datang untuk bertelur. Tak heran, dia serta catatan hariannya dijadikan sebagai bahan utama penelitian para ahli yang datang di Muara Pusian.

"Dia sudah seperti pakar maleo. Dia mengetahui dengan persis tingkah laku burung itu. Informasinya sangat membantu. Saya salut dengan pengetahuannya," ujar Toar Pantouw, fotografer FORUM F/21 yang datang ke Muara Pusian.

Tinggal di tengah hutan

Iwan Honuwu, Project Manager WCS Maleo Project, mengatakan, jenis maleo yang ada di TNBNW merupakan endemik Sulawesi. Populasinya terancam karena dulu telurnya diambil untuk dijual. Ukuran yang raksasa membuat nilai jual sebutir telur maleo menjadi mahal.

"Maleo yang ada di TNBNW merupakan jenis yang dilindungi Undang-Undang Konservasi karena populasinya terancam," ujar Iwan Honuwu.

Maleo merupakan burung khas dalam hal cara bertelur. Sepasang maleo akan mencari tempat yang bisa digali untuk mengubur telurnya. Mereka akan mencari tempat yang bisa menghasilkan panas karena mereka tidak mengerami telurnya. Nesting ground di Muara Pusian merupakan salah satu lokasi ideal bagi maleo untuk bertelur.

Di sini, pengabdian Tomo terhadap pelestarian maleo patut diberi apresiasi. Bersama istrinya, dia setia tinggal di tengah hutan Desa Pusian untuk terus menjaga burung-burung itu.

"Saya bahagia menjadi bagian dari project ini. Anak-anak tinggal di kampung, saya dan istri tinggal di sini," ujar Tomo.

WCS Maleo Project secara rutin setiap bulan menyalurkan kebutuhan hidup Tomo dan keluarganya. "Tidak banyak, tetapi kami merasa cukup untuk tetap hidup," kata Tomo.

Selain di Muara Pusian, WCS Maleo Project juga mempunyai pos penelitian di Desa Tambun yang juga berada dalam kawasan TNBNW, serta di Tanjung Binerean, Desa Mataindo Utara, Kecamatan Pinolosian Tengah, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yang sudah tidak masuk kawasan TNBNW. "Satu lagi ada di Hungayano, Gorontalo," kata Iwan.

Reply With Quote
  #2  
Old 21st November 2017
indah75's Avatar
indah75 indah75 is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Location: Klaten
Posts: 5,189
Rep Power: 15
indah75 mempunyai hidup yang Normal
Default

Seperti pepatah...bisa karena biasa....itu mungkin cocok diterapkan pada orang tersebut. Pengalaman langsung justru lebih berharga daripada sekedar teori.
Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:06 AM.