KOMPAS.com – “Pradigma telah berubah. Kapasitas mesin semakin kecil,” jelas Fred Becker, Engineering Sales Director Concepts NREC, perusahaan produsen turbocharger, asal Amerika Serikat pada kongres SAE Sedunia di Detroit minggu lalu.
Kendati demikian, performa tidak dikorbankan. “Malah semakin hebat, lebih irit dan emisi gas buang juga jadi rendah. Mobil pun tetap mantap dikendarai pada berbagai kondisi,” tambahnya.
Sebenarnya, tren tersebut sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Contohnya, Volkswagen yang mengembangkan mesin TSI. Kendati kapasitas mesin 1,4 liter, kemampuanya menyamai 2,0 liter. Mesin tersebut, sudah digunakan VW pada produknya yang dijual di Indonesia, yaitu MPV Touran.
Mesin sekarang - khususnya bensin - makin hebat karena digabungkannya aplikasi teknologi injeksi langsung bensin atau gasoline direct injection (GDI atau DI) dan turbocharger. Khsusu untuk, turbo tidak hanya bekerja pada putaran sedang dan tinggi, juga mulai dari start. Turbocharger juga bukan lagi milik mesin berkapasitas besar, juga kecil, di bawah 1,5 liter.
Suara Berisik
Selain mendongkrak performa mesin yang makin efisien, pengembangan yang dilakukan produsen turbocharger adalah mengurangi suara berisik yang ditimbulkan perangkat ini. Untuk itu, para insinyur spesialis di bidang turbocharger – khusus aplikasi otomotif - menganalisa dan merancang kembali subkomponen turbo, misalnya, bentuk, sudut dan ukuran daun kipas (sudu-sudu). Hasil, kemampuan turbocharger sekarang semakin hebat.
Di samping itu, karena perusahaan pemasok komponen otomotif juga semakin banyak tertarik memproduksi turbocharger, muncul ide-ide baru. Misalnya, merancang turbocharger dengan model miniatur pompa pengolah air pada reaktor nuklir.
Juga membuat impeler (sudu-sudu) seperti turbin hidroelektrik (pembangkit tenaga listrik) yang aman dilalui ikan. Juga membuat kipas aksial untuk menggantikan rotor model ekor helikopter. Bahkan, NREC sudah berhasil membuat turbocharger yang sangat efisien, mampu menurunkan NOx dan bekerja secara radial.
Memulihkan Energi
“Tak kalah menarik karena pengetahuan desain dan rekayasa terus berkembang, turbocharger generasi sekarang dirancang khusus untuk mesin bensin dan dan diesel,“ kata Becker. Karena itu, turbocharger mendatang dirancang buat mesin berkapasitas lebih kecil dan jumlah silinder sedikit, misalnya 4, 3 atau bahkan 2 silinder. “Malah sudah ada yang punya gagasan menyatukan unit turbo dengan EGR (exhaust gas recirculation),” beber Becker.
Selama ini, pengembangan turbocharger pada otomotif berjalan pelan dinilai berjalan lambat. Pasalnya, nilai tambah yang diperoleh dari turbocharger sedikit.
“Untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar, penelitian kini difokuskan pada aerodinamika impeler turbo,” ungkapnya. Ditambahkan, nantinya turbocharger bukan hanya untuk mendongkrak (boost) tenaga mesin, juga untuk memulihkan atau recovery energi.