Berbicara soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia ada hal menarik yang perlu kita cermati. Sebagian (besar) siswa peserta UN tampaknya kurang memperdulikan persiapan “latihan soal pelajaran Bahasa Indonesia”. Mereka beranggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa sehari-hari, dengan demikian tak jadi masalah dalam Ujian Nasional. Tetapi kenyataan, telah membuka mata kita lebar-lebar bahwa bidang studi ini sering menjadi kendala yang sangat berarti di Ujian Nasional 2010.
Pada Ujian Nasional 2010 lalu, seperti di Jakarta, Semarang, Medan, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar diberitakan media bahwa penyebab ketidaklulusan tersebut adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahkan siswa yang selama ini dianggap pintar/berprestasi di sekolahnya nilainya pun jatuh, hingga mereka pada kesimpulan… soal Bahasa Indonesia ternyata lebih sulit dari soal Matematika…!
Sangatlah mengherankan, bahasa yang digunakan sehari-hari, saat hal itu dijadikan materi ujian banyak siswa yang tidak lulus. Hal ini terasa aneh dan membuat kita miris. Mengapa siswa kita bisa sangat sempurna dalam mengerjakan soal-soal mata pelajaran ‘MTK dan MIPA,’ tetapi menjadi kelabakan ketika harus berhadapan dengan soal-soal Bahasa Indonesia? Pertanyaan ini tentunya menjadi renungan kita bersama sebagai bahan kajian untuk perbaikan ke depan.
Menurut para pengamat pendidikan di antara faktor yang menyebabkan merosotnya nilai UN Bahasa Indonesia adalah karena para siswa meremehkan dan menganggap mudah pelajaran tersebut sehingga tidak teliti dalam mengerjakannya, alhasil siswa mudah terjebak dalam jawaban-jawaban soal yang hampir mirip (multi tafsir).
Tentunya kegagalan/merosotnya nilai UN tersebut tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi/satu pihak saja, tapi juga bisa dilihat dari tiga sisi yaitu :
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kesatu:
1. dari sisi siswa
Tidak dimungkiri, selama ini Bahasa Indonesia seringkali dipandang remeh oleh siswa. Masih kuatnya anggapan bahwa Bahasa Indonesia kalah penting daripada mata pelajaran lain. Jadi, untuk apa serius mempelajarinya. Bahkan, ada yang menilai bahwa mereka sejak kecil sudah bisa berbahasa Indonesia sehingga tak perlu repot-repot mendalaminya. Yang lebih parah lagi, generasi muda banyak yang memandang rendah Bahasa Indonesia yang sesungguhnya merupakan jati diri bangsanya sendiri. Kepala Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) Tirto Suwondo mengatakan, rendahnya nilai UN bahasa bisa jadi merupakan indikasi menurunnya kepedulian pelajar terhadap Bahasa Indonesia (kompas.com, 28/2/2010)
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kedua:
2. dari sisi guru
Bila dicermati, soal-soal Bahasa Indonesia dalam ujian nasional banyak yang memerlukan penalaran logika dan konteks. Kegagalan ini bisa jadi disebabkan dalam pembelajaran guru kurang memberikan latihan yang berkaitan dengan penalaran logika dan konteks. Sebab, pada dasarnya Bahasa Indonesia bukan pelajaran hafalan, sehingga untuk memahaminya diperlukan banyak latihan. Terlebih lagi, alternatif jawaban yang ada hampir mirip dengan yang benar. Pengecohan jawaban membuat siswa banyak yang keliru dalam menjawab. Maka dari itu butuh kecermatan dan ketelitian dalam memahami soal, serta butuh pendalaman lebih dan pelatihan soal berulang.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Ketiga:
3. dari sisi soal
Soal-soal ujian nasional Bahasa Indonesia perlu dievaluasi secara menyeluruh. Khususnya untuk soal-soal yang sifatnya ‘apresiatif.’ Sebab, soal apresiatif memiliki jawaban yang sangat subjektif. Siswa bisa memberikan jawaban beragam. Dalam pembelajaran apresiasi, sesungguhnya tidak ada jawaban yang salah. Maka ketika jawaban siswa dicabeinsi dengan pilihan, apresiasi menjadi tidak bermakna.
Bahasa Indonesia sebetulnya bukanlah sesuatu yang sulit, tapi tidak bisa pula dianggap mudah alias ‘menantang.’ Mapel ini penuh logika berpikir, kuncinya adalah harus cermat membaca soal. Parahnya kebiasaan membaca siswa kita sangat rendah. Siswa lebih suka berpikir praktis dan instan.
Kecermatan membaca soal dapat dilatih dengan membiasakan diri untuk sering membaca, dengan demikian kebiasaan untuk menelaah akan terbiasa. Sehingga tidak akan kesulitan jika berhadapan dengan soal yang berupa bacaan-bacaan yang memerlukan penalaran. Untuk itu kebiasaan membaca harus tetap senantiasa ditanamkan pada siswa.
Selain itu bila pemahaman konsep/materi mapel Bahasa Indonesia siswa bagus kemudian didukung dengan seringnya berlatih soal-soal yang berkualitas insyaallah para siswa akan mampu melewati soal tersebut dengan hasil yang memuaskan. Yang penting jangan pernah sekali-kali ‘meremehkan dan menganggap mudah soal Bahasa Indonesia.’