Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Chit & Chat > Curhat

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th June 2010
cack's Avatar
cack cack is offline
Ceriwiser
 
Join Date: May 2010
Location: di depan layar monitor !
Posts: 782
Rep Power: 17
cack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalamancack mempunyai banyak pengalaman
Send a message via Yahoo to cack
Default Adakah Aku Setegar Bunda Hajar?



Bulan Juni...Sebuah bulan yang penuh kenangan indah dan tetesan air mata bahagia. Pun, bulan Juni adalah bulan penuh linangan air mata duka. Setahun yang lalu, 14 Juni 2009, Allah memanggil kekasihku menghadap-Nya.
Ikatan suci pernikahan yang menyatukan kami, membuat hari-hari indah laksana alam surgawi ternyata begitu singkat, hanya enam tahun lebih tiga belas hari.

Kenangan-kenangan indah bersamanya terpatri kuat dalam hati. Tiada pernah terlupa tetesan air matanya saat melepas masa lajang dan ketika menemaniku berjuang melahirkan anak-anak.

Akan selalu kusimpan rapi dalam memoriku, jasa-jasa beliau menemani hari-hari hingga detik-detik akhir hayat Ibu, wanita yang melahirkan dan membesarkanku. Ketika itu, beliau pula yang menghibur dan menguatkanku.

Kini tiada lagi belahan jiwa yang menemani hari-hariku. Tiada lagi sahabat sejati, tempat aku mencurahkan perasaan dan berbagi suka duka. Tiada lagi sosok ayah berwibawa yang bersama-sama mengasuh dan membesarkan buah hati kami.

Tiada lagi laki-laki pencari nafkah untuk keluarga. Sungguh ... aku benar-benar kehilangannya, kehilangan separuh jiwaku. Kehilangan yang teramat sangat, hingga muka ini kerap bercadar air mata.

Kusadari dalam hidup ini impian tak selamanya bersesuaian dengan kenyataan. Kala perih dan pilu menyelimuti sanubari, selalu terselip nasihat untuk diri. Kuingatkan diriku bahwa seharusnya aku tersenyum bahagia karena Allah telah memilih kekasih hatiku untuk segera menemui-Nya.

Kuyakin Ia Yang Mahasegalanya akan membahagiakan belahan jiwaku di alam sana. Pun, kuyakin Yang Mahakuasa tak akan membiarkanku bergulat dengan beban kehidupan ini seorang diri. Dengan caranya yang luar biasa -yang mungkin tidak bisa dinalar dengan logika manusia- akan selalu ada uluran tangan-Nya untuk kami.

Aku selalu terinspirasi oleh kisah ketegaran dan ketawakalan Bunda Hajar. Suaminya, Nabi Ibrahim meninggalkan beliau dan anak semata wayangnya Ismail di suatu padang tandus yang bahkan tidak ada rumput tumbuh.

Kala itu Hajar bertanya, ”Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?” Ketika kekasih Allah itu membenarkan pertanyaannya, maka Hajar berkata, ”Kalau Allah yang memerintahkan demikian, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.” Sebuah kalimat yang menunjukkan ketegaran, kekuatan iman, dan ketawakalan jiwa yang luar biasa.

Ibrahim pun telah pergi dari sisi Hajar. Setelah perbekalannya hampir habis, Hajar berlari menuju Bukit Shafa, berharap bertemu dengan suatu kafilah yang lewat untuk dimintai pertolongan. Ketika tak ditemui seorangpun, beliau turun untuk menuju Bukit Marwah.

Begitulah, beliau dengan panik, gelisah, dan khawatir, mondar-mandir hingga tujuh kali karena Ismail terus menerus menangis kehausan. Demikian juga dengan Hajar, beliau pun kehausan hingga tak keluar air susunya.

Allah Maha Menepati Janji, Ia memberikan rezeki pada hamba-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka. Di tengah kekalutan, muncullah mata air yang letaknya dekat dengan Ismail. Hajar bergegas menuju mata air tersebut dengan penuh rasa syukur.

Tak berapa lama kemudian muncullah suatu kafilah yang meminta izin kepada Hajar untuk mengambil air Zam-zam dan bermaksud untuk tinggal di lembah itu. Sejak saat itu, Hajar dan puteranya tak sendirian lagi.

Kita memang harus banyak belajar menjadi wanita tegar, setegar Ibunda Hajar. Kuyakin, Allah tak akan meninggalkan kita. Ia selalu mendengarkan isak tangis, keluh kesah dan rintihan kita. Ia juga akan mengabulkan segala pinta kita, yang terbaik bagi kita.

Maka kini kukembali bersimpuh di hadapan-Nya, kuserahkan jiwa dan raga diiringi lantunan doa.






Quote:
Rabbi...
Datang...
Datanglah Engkau...
Rengkuhlah aku...
Dalam belaian cinta-Mu
Dalam pelukan kasih-Mu

Rabbi...
Datang…
Datanglah Engkau…
Dengan tangan -Mu
Dengan keagungan-Mu
Mengangkat beban di pundakku

Rabbi…
Mahakasih-Mu
Mahakuasa-Mu
Menyuburkan samudera asa di jiwaku





Quote:
send


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 05:53 AM.