Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Forex

Forex Diskusi apapun tentang Forex disini.

Reply
 
Thread Tools
  #211  
Old 26th March 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Apakah Penurunan Yield Obligasi Memicu Gelombang Risk Off?

Pandangan FOMC yang cenderung dovish terhadap pertumbuhan masih melekat di benak trader, ketika data-data PMI Zona Euro dirilis lebih rendah dari ekspektasi. Ini merupakan sinyal yang sekali lagi mengingatkan pasar terhadap pernyataan Presiden ECB, Mario Draghi, pada 7 Maret silam.

Selama konferensi paers, Draghi menjelaskan bahwa Dewan ECB telah menurunkan proyeksi ekonomi Zona Euro, sebagai akibat dari "pelemahan berkelanjutan dan ketidakpastian yang menjalar".

Well, angka indeks manufaktur yang diterbitkan Jumat lalu (22/Maret) membuktikan kekhawatiran di atas, karena menunjukkan penurunan dari 49.3 ke 47.6. Sementara itu, PMI Manufaktur Jerman merosot dari 47.6 ke 44.7, dengan data new orders jatuh ke level terendah 10 tahun di titik 40.1.

Reaksi pasar pasca publikasi tersebut terbilang instan. Yield obligasi Jerman bertenor 10-tahunan anjlok ke bawah level 0 untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir, sementara EUR/USD terbenam di bawah level 1.1300 dan menyentuh area terendah harian di 1.1275 pada awal sesi London.

Sementara fokus media-media finansial berpusat pada penurunan tajam yield obligasi Jerman, hal yang lebih mengkhawatirkan menurut ACY adalah pasar obligasi global yang telah menunjukkan pelemahan yield di sepanjang tahun ini.

Faktanya, yield obligasi 10-tahunan Prancis, Italia, dan Spanyol mengalami kemerosotan sebesar 30 hingga 40 basis poin (bp) di kuartal pertama. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun sebesar 20 bp dalam 3 minggu terakhir. Sementara itu, yield obligasi bertenor 10-tahunan Australia dan New Zealand melemah antara 45 hingga 48 bp selama 2 bulan belakangan.

Masalah penurunan imbal hasil obligasi, ditambah dengan anjloknya indeks saham negara G-7 akhir-akhir ini, biasanya sudah cukup mengindikasikan jika pasar ekuitas global akan mengalami de-leveraging dan mengawali gelombang Risk Off di pasar finansial.

Secara umum, kondisi pasar Risk Off akan memicu penurunan pada pasar saham negara-negara G7, kenaikan pada perdagangan spot Emas, dan penguatan USD terhadap semua mata uang mayor kecuali JPY serta CHF.

ACY memperkirakan terbentuknya konsolidasi harga setelah pergerakan harga yang luas di hari Jumat kemarin. Indikator momentum di time frame H4 sudah terlihat merenggang, terutama pada pair-pair USD. Namun, ACY lebih memilih untuk meningkatkan posisi terhadap USD lebih awal, mengingat pasar obligasi negara-negara G7 tengah mengindikasikan penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat.

Sepanjang 4 bulan terakhir, EUR/USD nyaris selalu diperdagangkan di kisaran 1.1250 hingga 1.1500. Harga tidak pernah keluar secara signifikan dari batas-batas Top dan Bottom tersebut. Nyatanya, EUR/USD belum pernah menyentuh 1.1500 sejak 11 Januari lalu, dan penurunan yield obligasi Uni Eropa tampak lebih mengindikasikan ekstensi pergerakan ke arah downside. Proyeksi ini didukung oleh Daily RSI yang berada di 47.00 dan pergerakan turun dari indikator MACD.

Sebelum mengalami reversal tajam pada pekan lalu, volatilitas 3-mingguan USD/JPY telah jeblok ke level terendah 5 tahun, yakni pada kisaran 5.2%. Namun, pergerakan trading hingga 200 poin di hari Kamis hingga Jumat kemarin telah mengangkat volatilitas USD/JPY menjadi 6.4%. Sekedar informasi, pair ini seringkali memimpin pergerakan Risk Off di pasar forex. Selain kekhawatiran tersebut, tekanan bearish USD/JPY juga bisa meningkat seiring dengan semakin dekatnya repatriasi jelang akhir tahun fiskal Jepang (akhir bulan ini).

Sejak mencapai level tinggi di 0.7293 pada akhir Januari lalu, AUD/USD konsisten membentuk Lower High. Walaupun pair ini mengakhiri minggu lalu dengan pergerakan yang tidak terlalu signifikan, Slow Stochastics di time frame Daily sudah melakukan crossing.

Di titik negosiasi Brexit saat ini, Sterling akan cenderung digerakkan oleh prospek perpanjangan Article 50. Jika dilihat dari aksi harga terbaru, maka resistance solid Pound saat ini berada di area 1.3280 dan 1.3300.


Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #212  
Old 27th March 2019
broforex broforex is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Oct 2018
Posts: 344
Rep Power: 6
broforex mempunyai hidup yang Normal
Default




EURUSD meneruskan trend bearish nya, maka dari itu, lebih baik Anda memilih untuk melakukan sell setelah harga melewati titik 1.12533 dengan TP sebanyak 50 pips kebawah
Reply With Quote
  #213  
Old 1st April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Benarkah Kebijakan RBA Tak Sesuai Dengan Kondisi Terbaru?

Terakhir kali Reserve Bank of Australia (RBA) melakukan penyesuaian Overnight Cash Rate (OCR) adalah pada 3 Agustus 2016. Kala itu, mereka memotong suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Langkah pemangkasan yang membawa suku bunga acuan ke level 1.5% tersebut merupakan putaran terakhir dari serangkaian Rate Cut yang dimulai sejak November 2011, dan secara akumulatif membabat OCR hingga sebesar 300 bp. Terkait hal ini, RBA bahkan pernah memotong suku bunga sebesar 50 bp pada 2 Mei 2012.

Pada notulen rapat kebijakan 4 Maret lalu, bank sentral Australia lebih berfokus pada perkembangan pasar tenaga kerja domestik sebagai kunci utama dari stabilitas ekonomi secara keseluruhan, meskipun pertumbuhan gaji jelas-jelas terlihat stagnan.

Kurangnya kenaikan gaji tak menggetarkan perspektif para pembuat kebijakan di RBA, yang menilai bahwa pelemahan lebih lanjut dalam tingkat pengangguran nantinya dapat mengungkit laju pertumbuhan upah, menaikkan level konsumsi rumah tangga, dan memungkinkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga, seiring dengan pertumbuhan GDP yang masih belum stabil.

Namun, para investor obligasi Australia tampaknya tidak sependapat dengan optimisme RBA. Pekan lalu, baik yield obligasi pemerintah yang bertenor 5-tahunan maupun 10-tahunan terjun ke level terendah sepanjang masa, masing-masing di level 1.41% dan 1.72%.

RBA kemungkinan tidak membaca hasil penilaian IMF pada perekonomian Australia di kuartal keempat, yang memperlihatkan bahwa rasio utang rumah tangga terhadap GDP sudah mencapai level yang tak terkendali di 120%. Sementara itu, lebih dari 60% kekayaan penduduk diinvestasikan di pasar properti yang tengah lesu; kedua hal itu akan membatasi belanja konsumen dalam jangka menengah.

Dengan melemahnya yield obligasi 1-tahunan dan 5-tahunan di level yang lebih rendah dari 1.5%, tersirat bahwa RBA sudah tertinggal dari situasi terbaru yang mendominasi pasar saat ini, dan sebaiknya melakukan pemotongan suku bunga ke 1.25% pada pertemuan kebijakan Selasa besok (2/April).

Walaupun demikian, dengan adanya pemilu yang diprediksi berlangsung sekitar 5 hingga 6 minggu ke depan, ACY mengekspektasikan jika peluang pemotongan suku bunga RBA di pekan ini hanya akan sebesar 20% hingga 30%. Ini tak lantas menandakan bahwa RBA tidak akan menurunkan proyeksi ekonomi atau meningkatkan bias dovish mereka.

ACY melihat bahwa sentimen pernyataan RBA akan memberikan pengaruh "asimetris" terhadap AUD/USD, dengan risiko lebih lanjut yang mengarah pada penurunan. Dengan kata lain, Statement hawkish dapat mengantarkan Aussie kembali diperdagangkan di 0.7150, sedangkan bias dovish yang lebih dominan akan menekan AUD/USD kembali ke bawah level 0.7000.

Tidak adanya data Zona Euro berdampak tinggi yang muncul di awal hingga pertengahan pekan ini, membuat EUR/USD menatap proyeksi pergerakan yang moderat saja. Faktor penggerak kemungkinan hanya muncul dari rilis Retail Sales atau Durable Goods Orders AS pada hari Senin dan Selasa. Apabila kedua data tersebut lebih baik dari ekspektasi, maka EUR/USD bisa melemah ke bawah kisaran 1.1200.

Sementara itu, USD/JPY mengakhir pekan lalu dengan penguatan dalam range mingguan. Akan tetapi, harga masih dibayangi oleh bias teknikal yang bearish. Di chart Daily, ACY memproyeksi jika resistance harga saat ini berada pada area 111.25 hinga 111.40.

Penolakan draft kesepakatan Brexit untuk yang ketiga kalinya membebani GBP/USD di akhir minggu lalu, dan menyebabkan penurunan hingga lebih dari 1.5%. Indikator-indikator momentum pada pair itu masih menunjukkan bias pelemahan. Jika harga mematahkan level 1.2940, maka Sterling bisa memperpanjang kemerosotan hingga ke level 1.2800.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #214  
Old 4th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Akankah Data NFP AS Kembali Ke Jalur Penguatan?

Adalah suatu hal yang wajar bila pasar forex bereaksi dengan volatilitas tinggi setelah rilis data Non-Farm Payroll (NFP) AS. Selama bertahun-tahun, efek domino dari laporan NFP, baik yang lebih kuat ataupun lebih rendah dari ekspektasi, hampir selalu membentuk arah pergerakan harga hingga beberapa sesi trading pasca rilisnya.

Bulan lalu contohnya, pasar tenaga kerja AS mendingin secara signifikan, dengan angka NFP yang mencetak hasil jauh di bawah ekspektasi, yakni 20,000 versus ekspektasi di kisaran 180,000. Hasil tersebut merupakan yang terendah dalam lebih dari 18 bulan, dan walaupun angka NFP Januari direvisi naik dari 304,000 ke 311,000, Dolar AS tidak menunjukkan performa penguatan di hari itu.

Angka NFP AS bulan Februari yang jauh lebih rendah dari ekspektasi, sebagian besar disebabkan oleh Government Shutdown selama akhir Januari, juga cuaca dingin ekstrim dalam beberapa pekan di bulan Februari.

Lemahnya laporan NFP mendorong sebagian pelaku pasar untuk tidak hanya mengkaji ulang ekspektasi suku bunga The Fed, tapi juga memperhitungkan kemungkinan bahwa langkah The Fed selanjutnya bisa saja berupa pemangkasan target FFR dari level 2.50% saat ini.

Outlook suku bunga yang dovish ini tercermin pada proyeksi Fed Fund Futures untuk Januari 2020 yang melemah ke 2.10%, 40 basis poin lebih rendah dari suku bunga saat ini. Penurunan itu terjadi tak lama setelah publikasi laporan NFP bulan lalu. Namun sekarang, proyeksi Fed Fund Futures sudah kembali naik meski hanya ke 2.20%, dan USD berhasil menunjukkan pemulihan versus mata uang mayor lain.

Konsensus untuk data NFP Maret yang akan terbit Jumat besok (5/April) mengisyaratkan adanya rebound ke 175,000, sementara tingkat pengangguran diperkirakan stabil di 3.8%, dan indeks upah meningkat sebesar 0.2%. Bagaimana pasar forex bereaksi terhadap laporan NFP kali ini, dapat bergantung pada kombinasi dari rilis data-data tersebut, berikut revisi dari angka bulan lalu.


Secara umum, ACY meyakini bahwa penurunan tajam pada proyeksi suku bunga AS hampir menutup kemungkinan penguatan USD pasca laporan NFP kali ini; bahkan jika NFP dirilis positif sekalipun. Mengeliminasi kemungkinan suku bunga The Fed mungkin masih bisa dimaklumi, tapi lain halnya jika pasar sudah memproyeksi bahwa bank sentral AS akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Sekalipun begitu, ACY masih lebih memilih untuk berbias Long pada USD di semua pair mayor, kecuali USD/JPY.

USD/JPY sejauh ini diperdagangkan pada area atas dari range mingguan, tapi diperkirakan bakal berakhir di kisaran 111.50 pada perdagangan besok. Di chart Daily, terdapat resistance yang melingkupi area 111.55 hingga 111.65. ACY saat ini memilih sell USD/JPY dari level 111.35, dan menyarankan untuk mempertahankan posisi tersebut dengan target profit terdekat di level 109.10, sementara Stop Loss bisa diposisikan di 112.65.

Sementara itu, AUD/USD sempat menguji level 0.7050 di hari Rabu (3/April), tapi berhasil menguat pasca publikasi Retail Sales yang lebih baik dari ekspektasi. Menurut analisa ACY, pair tersebut akan naik hingga ke 0.7160, sebelum akhirnya melemah lagi hingga kembali ke kisaran 0.7050. Jika harga menembus level itu dalam jangka pendek, maka peluang Sell dapat diambil. ACY saat ini mengincar entry Sell AUD/USD dari kisaran 0.7135, dengan target keuntungan di level 0.6930 dan Stop Loss di 0.7225.

Dengan absennya data berdampak tinggi dari Zona Euro di pekan ini, EUR/USD hanya akan diperdagangkan secara terbatas di bawah 1.1250. Pergerakan harga di chart Daily pair menunjukkan potensi support kunci dekat level 1.1170. ACY memilih untuk merencanakan Sell EUR/USD dari level 1.1395, dengan target profit di 1.1115 dan Stop Loss pada kisaran 1.1365.

Di Inggris, resolusi untuk negosiasi Brexit tampaknya akan berujung pada deadline 12 April mendatang. Dengan segala kemelut yang sudah terjadi, pada tahap ini, kemungkinan paling besar yang bisa terjadi adalah Soft Brexit dengan penundaan batas waktu yang lebih lama. Ini dapat memberikan dorongan bagi Sterling untuk menguji resistance 1.3200. Saat ini, proyeksi ACY untuk GBP/USD cenderung flat. Rekomendasi yang diberikan adalah Sell GBP/USD bagi trader jangka pendek di kisaran 1.3210, dengan target di 1.2920 dan Stop Loss di 1.3315.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #215  
Old 8th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Akankah ECB Kembali Memicu Reli Bearish Euro?

Jumat lalu (5/April), angka Non-Farm Payroll (NFP) AS tidaklah terlalu spektakuler jika dilihat dari perbandingan data secara historis. Meskipun demikian, hasil tersebut merefleksikan pasar tenaga kerja AS yang solid, dengan pertumbuhan gaji yang cenderung mengarah ke atas.

Pencapaian NFP yang sebesar 196,000 jauh mengungguli hasil Februari yang direvisi naik menjadi 33,000. Sementara itu, Unemployment Rate stabil di level 3.8%, dan Jobless Claims mingguan masih bergerak di kisaran terendah 45 tahun, tepatnya di sekitar angka 200,000.

Indeks Dolar AS memang berhasil mengakhiri pekan lalu dengan sedikit penguatan. Namun, efek terpenting dari rilis NFP bukanlah hal itu, melainkan indikasi bahwa kondisi ketenagakerjaan AS tak memuat tanda-tanda resesi dalam waktu dekat.

Walaupun begitu, outlook pasar mengenai pemangkasan suku bunga FOMC di tahun ini masih jauh dari pandangan The Fed sendiri. Terkait hal ini, ACY mengekspektasikan jika para pejabat Fed akan mempertimbangkan kembali outlook mereka dalam beberapa minggu ke depan. Untuk rilis notulen FOMC Rabu besok (10/April), kemungkinan hanya akan ada penekanan ulang pada bias bank sentral yang cenderung netral.

Di sisi Zona Euro, terdapat potensi perbedaan outlook dari ECB, yang kemungkinan akan disuarakan pada Statement kebijakan terbaru mereka, hanya beberapa jam sebelum rilis notulen FOMC. Pada pernyataan ECB terakhir dan konferensi pers yang menyertainya, bank sentral tersebut mengejutkan para trader forex. Draghi dan pejabat ECB lain mengungkit tinjauan risiko mereka, sembari mengumumkan TLTRO ketiga untuk menyokong likuiditas bank-bank Eropa.


Sejak pertemuan kebijakan ECB kala itu, data-data ekonomi Zona Euro yang berdampak tinggi tak menunjukkan pemulihan berarti. Dalam dua minggu terakhir, Jerman, Prancis, dan Italia merevisi turun forecast GDP 2019. Artinya, ketiga negara tersebut kemungkinan besar akan melaporkan defisit yang lebih besar dalam persentase GDP mereka.

ECB merespon data-data negatif tersebut dengan penawaran tiered interest rate, yang disusun secara khusus untuk meringankan tekanan pada bank-bank di negara anggota Uni Eropa. Dalam laporan terbaru IMF, lebih dari 90% reserve deposit ECB dikenai suku bunga negatif, yang menelan biaya antara 20 hingga 30 miliar Euro setiap tahunnya.

Dari perspektif fundamental, pertimbangan ECB untuk menerapkan tiered interes rate membuktikan bahwa rencana normalisasi kebijakan yang diumumkan tahun lalu telah benar-benar dihapuskan, dan suku bunga acuan bank sentral tersebut akan tetap berada di bawah nol persen dalam beberapa waktu de depan.

Di lain pihak, dengan mulai masuknya data-data kuartal kedua 2019 dalam perhitungan para pelaku pasar forex, ACY masih yakin jika divergensi pertumbuhan antara AS dan Zona Euro akan terus melebar; hal ini akan terlihat pada data-data AS yang lebih positif dalam beberapa minggu berikutnya. Karena itu, ACY lebih memilih untuk Short EUR/USD.

Sementara itu, meski jadwal rilis data berdampak pada Dolar Australia tidak cukup padat di minggu ini, ACY masih melihat potensi pergerakan di sekitar rilis data Home Loan dan Consumer Confidence pada Rabu mendatang. Level 0.7050 akan tetap menjadi support kunci, sementara 0.7135 adalah resistance terdekat.

Dari 4 pair mayor yang diulas ACY dalam analisa mingguannya, hanya USD/JPY yang terlihat sedang mendekati level teknikal ekstrim. Pair ini telah menguat selama 3 minggu berturut-turut, dan tampaknya sudah mencapai Overbought dengan pergerakan Daily RSI yang semakin dekat menuju area 70.00.

Minggu ini juga akan menjadi momen penting dalam negosiasi Brexit. ACY masih mengekspektasikan jika GBP/USD berpotensi reli, apabila proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa kembali ditunda selama lebih dari satu bulan. Sekalipun demikian, prediksi tersebut belum bisa menjadi basis yang meyakinkan untuk memperdagangkan GBP/USD di pekan ini.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #216  
Old 11th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Kebijakan ECB Dan FOMC Membuat Pair Mayor Defensif

Kemunculan berita dari The Fed dan ECB di hari yang sama bukanlah suatu hal baru. Namun perpindahan jadwal pertemuan ECB dari Kamis ke Rabu, membuat peristiwa itu berdekatan dengan rilis notulen FOMC untuk rapat bulan lalu. Sayangnya, berbagai pengumuman dan forecast yang diperkirakan bisa mengguncang pasar justru absen, sehingga respon pasar forex pun cenderung sunyi.

Namun jika kita menggali lebih dalam, terdapat detail-detail penting yang tersirat di sela komentar para pejabat bank sentral. Pernyataan tersebut disinyalir ACY dapat memberikan pengaruh pada arah pergerakan mata uang mayor berikutnya.

EUR/USD telah menguat hingga hampir menyentuh batas 1.1300 jelang konferensi pers ECB kemarin (10/April). Walaupun mayoritas data berdampak tinggi dari Zona Euro cenderung lesu dalam beberapa minggu terakhir, pendukung bull Euro dan para buyer Dolar berharap jika Mario Draghi dapat mengumumkan pernyataan bernada positif.

Nyatanya, Statement dari Presiden ECB tersebut justru mengindikasikan bahwa para anggota dewan tidak mendiskusikan detail lebih lanjut mengenai TLTRO 3, ataupun skema tiered interest rate yang beberapa waktu lalu diajukan.

Pernyataan Draghi pada konferensi pers lebih menitikberatkan pada kelanjutan QE, dan bahwa bank sentral akan mempertahankan deposit rate di kisaran negatif hingga tahun 2020. ECB juga mengungkapkan bahwa mereka akan menggunakan semua perangkat kebijakan yang diperlukan untuk mendorong laju petumbuhan dan inflasi menuju level 2%; target yang berusaha dicapai dengan perangkat-perangkat kebijakan yang sama selama lebih dari 10 tahun terakhir.

Di sisi lain, notulen FOMC memicu sedikit respon positif terhadap Dolar, karena melukiskan bahwa para anggota masih berpegang pada prinsip "data dependency" untuk menentukan kebijakan suku bunga di tahun 2019.

Secara keseluruhan, ACY menilai jika ECB terang-terangan bersikap pesimis, sementara The FED cenderung berhati-hati dalam menyuarakan optimismenya. Ini bukanlah situasi baru yang dihadapi pasar forex, dan jika terus berlangsung, akan membebani reli USD. Meskipun begitu, ACY menganggap jika pelemahan Indeks Dolar akhir-akhir ini hanya bersifat sementara dan korektif secara teknikal.

Kebijakan ECB dan The Fed

Menurut laporan CoT (Commitment of Traders) dari CME, bias sell EUR/USD telah meningkat ke level 6 bulan tertinggi di akhir pekan lalu. Namun, kenaikan dari 1.1220 ke 1.1280 dalam minggu ini tampaknya sudah cukup untuk memproyeksikan penurunan posisi jual terhadap Euro, yang memberikan dampak pada rasio Short/Long mata uang tersebut terhadap Dolar AS. Dengan absennya data berdampak tinggi dari Zona Euro hari ini, ACY memprediksi jika EUR/USD akan menguji batas 1.1300.

Sementara itu, AUD/USD telah menekan level 0.7180 sebanyak 2 kali dalam waktu 24 jam terakhir. Meskipun indikator momentum masih memperlihatkan posisi netral, ACY memperkirakan jika seller baru akan masuk setelah harga menyentuh 0.7200.

USD/JPY menunjukkan sinyal-sinyal perubahan tren setelah harga gagal tertutup di atas level 112.00 minggu lalu. Pergerakan pair saat ini berada di kisaran 111.10, sedikit di bawah MA 30 yang terpatri di harga 111.25. Sementara itu, Daily RSI pair ini kembali turun ke bawah level 50.00.

Berita hari ini mengenai perpanjangan deadline Brexit selama 6 bulan tidak mampu melesatkan GBP/USD di sepanjang sesi Asia. Kemungkinan besar, berita ini sudah diantisipasi dan para seller kini sedang bersiap untuk mendorong harga turun.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #217  
Old 15th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Euro Kembali Ke Zona Sell
Pergerakan USD yang diukur dari Indeks Dolar AS (DXY) mencatatkan penurunan signifikan ke level terendah sekitar 95.20 pada 20 Maret lalu, yang bertepatan dengan kali terakhir FOMC (Federal Open Market Committee) mengadakan pertemuan. Sejak saat itu, Greenback berhasil menguat dan mencapai High di 97.10 pada 2 April, lalu menutup pekan lalu dengan pergerakan sedikit di atas level MA 30 di 96.50.

Pelemahan USD minggu lalu lebih disebabkan oleh perbedaan pandangan pada posisi spekulatif beli Dolar AS, juga penurunan volatilitas pada mata uang-mata uang mayor yang termasuk dalam pembobotan DXY.

Meskipun dua komponen di atas bisa menjadi patokan bermanfaat dalam menentukan arah perdagangan, nuansa divergensi pada pertumbuhan ekonomi AS dan Outlook suku bunganya kemungkinan akan menjadi pendukung yang lebih dominan terhadap kenaikan Dolar, utamanya jika terdapat rilis positif pada serangkaian data berdampak dari AS pada pekan ini.

Awal pekan lalu, laporan Commitment of Traders dari CBoT menunjukkan bahwa posisi jual untuk AUD dan EUR berada dalam level tertinggi 3 dan 6 bulan. Sebaliknya, posisi beli untuk JPY memuncaki level tertinggi 1 bulan, sementara posisi trading untuk GBP cenderung seimbang. Cukup beralasan untuk berekspektasi bahwa reli AUD/USD, EUR/USD, dan USD/JPY di minggu lalu akan memudarkan sebagian besar posisi yang lebih mendominasi, seiring dengan meningkatnya risiko Stop Out terhadap posisi-posisi serupa yang ditempatkan oleh trader ritel.

Beberapa laporan ekonomi penting di sepanjang pekan ini antara lain: notulen RBA, data ZEW Zona Euro dan tingkat pemanfaatan kapasitas produksi AS pada hari Selasa (16/April), GDP, produksi industri, ketenagakerjaan, dan Retail Sales China di hari Rabu (17/April), serta data ketenagakerjaan Australia, PMI Flash Zona Euro, dan Retail Sales AS di hari Kamis (18/April).

Mengingat USD telah merosot turun akibat aspek fundamental yang mempengaruhi position sizing pasar dan melemahnya outlook normalisasi kebijakan The Fed lebih lanjut di tahun ini, rilis data ekonomi AS kemungkinan bakal memiliki pengaruh asimetris terhadap pair-pair mayor. Konsensus forecast untuk tingkat pemanfaatan kapasitas produksi AS memproyeksi peningkatan, sementara Retail Sales diprediksi rebound dari pelemahan bulan sebelumnya. Dari perspektif teknikal, ACY memperkirakan jika USD akan sedikit melemah di awal pekan ini, tapi kemudian bisa menguat jelang liburan Paskah.

Berdasarkan analisa yang dilakukan, EUR/USD berpotensi turun ke bawah 1.1100 sebelum akhir bulan ini. Data makro Zona Euro terus mengindikasikan kontraksi, terutama untuk sektor manufaktur Jerman, Prancis, dan Italia. Risiko perang dagang dengan AS semakin memperburuk outlook ekonomi kawasan ini.



Secara teknikal, EUR/USD diperdagangkan di atas 1.1300 untuk pertama kalinya dalam 3 minggu terakhir pada penghujung pekan lalu. Meski demikian, volatilitas mingguan dari pair ini menyentuh level terendah tahunan di angka 3.65%. Apabila berlanjut bullish, harga dapat menyentuh level MA 100 di kisaran 1.1350. Namun jika beringsut melemah, EUR/USD bisa mengalami bearish reversal setelah harga break dari level 1.1260.

Kabar stimulus PBoC sebesar 400 miliar Dolar AS pada perekonomian China di kuartal pertama, telah menopang kenaikan AUD/USD lebih dari 1% di pekan lalu. Untuk minggu ini, arus data domestik akan menjadi bagian integral dalam pergerakan Dolar Australia terhadap USD, begitu juga dengan mata uang lainnya. ACY memproyeksi jika harga akan mendekat ke area resistance 0.7225-0.7255.

Sejauh ini, RBA senantiasa memusatkan perhatian pada kuatnya pasar tenaga kerja sebagai leverage atas pertumbuhan upah. Jika terdapat laporan di bawah ekspektasi, maka hal itu akan membatasi penguatan AUD dan mengangkat volatilitas mingguan mata uang tersebut, seiring dengan meningkatnya keyakinan pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga RBA di tahun ini.

Di sisi lain, volatilitas mingguan USD/JPY terbenam ke level terendah 2 tahun pada level 3.45%, tepat sebelum terjadi reli sebesar 100 poin pada hari Kamis dan Jumat pekan lalu. Harga saat ini diperdagangkan di atas 112.00 untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir, dan berpotensi membentuk pola Double Top di area tersebut. Dengan meningkatnya harga-harga di pasar ekuitas, kecil kemungkinan bagi pair ini untuk melemah karena adanya Risk Off.

Sejak awal bulan, pergerakan GBP/USD berada dalam kisaran 200 poin, tepatnya antara 1.300 dan 1.3200. Chart Daily pair ini menunjukkan pergerakan harga menuju puncak formasi Pennant yang membentuk batas atas di 1.3380 dan batas bawah di 1.2940. Dengan kalemnya drama Brexit setidaknya dalam beberapa minggu ke depan, GBP/USD kemungkinan besar akan tetap diperdagangkan dalam pola Pennant untuk jangka short.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #218  
Old 18th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Peluang Trading Dari "Sindrom China"
Sejak awal tahun, People's Bank of China (PBoC) telah menyuntikkan stimulus masif untuk memulihkan kondisi ekonomi. Total dana yang digelontorkan dalam program ini di Q1 hampir mencapai 800 miliar Dolar AS, sekitar 9% dari GDP China di tahun 2018. Tak sia-sia, upaya itu termanifestasi ke dalam perolehan data-data ekonomi yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Biro Statistik Nasional China melaporkan Produksi Industri yang melompat dari 5.9% ke 8.5% dalam basis tahunan. Sementara itu, Retail Sales meningkat ke 8.7% versus estimasi 8.5%, dan GDP mempertahankan performa pertumbuhan Q4 di kisaran 6.4% secara year-on-year.

Setelah awal yang terjal di tahun 2019, PBoC memang berharap jika stimulus berskala besar yang diluncurkan dapat memacu investasi domestik, mengangkat minat konsumsi, dan memantik kembali gairah di sektor manufaktur.



Data-data ekonomi China yang mengungguli ekspektasi pun berhasil membawa AUD/USD melewati 0.7200 untuk pertama kalinya dalam sebulan. Sementara itu, EUR/USD juga sukses melalui level 1.1280 yang kini sudah menjadi support terdekat untuk pair tersebut.

Akan tetapi, optimisme terhadap pertumbuhan China yang tercipta dari rilis serangkaian data di atas tidak dibarengi dengan kondisi di pasar obligasi domestik. Menurut analisa ACY, bond market China lebih merefleksikan perlunya outlook hawkish PBoC sebagai nada kebijakan ke depan.

Ditambah lagi, Overnight Repo Rate telah melesat dari 1.5% ke level tertinggi 4 tahun di level 2.95%, setelah pemangkasan Reserve Ratio yang lama ditunggu-tunggu tak terealisasi di awal bulan ini. Yield obligasi bertenor 10-tahunan juga menguat sebesar 30 basis poin ke 3.40% dalam kurun waktu dua minggu terakhir.

PBoC kemungkinan telah mengerahkan semua potensi kebijakan moneter longgar di Q1, sehingga mereka akan mulai menekankan kontrol terhadap Money Supply berlebih dan mengurangi stimulus di paruh kedua tahun ini. Maka dari itu, impuls "risk on" yang terdapat di pasar forex dan saham minggu ini agaknya telah mencapai titik penghabisan. ACY pun memproyeksi jika reli USD berikutnya akan tiba dalam waktu dekat.

Komentar dari para pejabat ECB di awal minggu ini masih menggarisbawahi pernyataan Mario Draghi, bahwa proyeksi pertumbuhan Uni Eropa telah mencapai poin maksimalnya, dan pelemahan secara menyeluruh di Zona Euro akan berlanjut di kuartal kedua tahun ini.

Sementara itu, notulen RBA Selasa kemarin (16/April) mengkonfirmasi bahwa target kondisi ideal untuk penyesuaian Rate Hike saat ini sudah terlampau tinggi, sehingga arah kebijakan selanjutnya yang lebih memungkinkan adalah penurunan suku bunga. Sekalipun begitu, para pejabat bank sentral Australia kompak menyoroti kuatnya pertumbuhan tenaga kerja yang dapat berimbas pada peningkatan upah di Q2.

Atas pertimbangan tersebut, ACY masih mempertahankan outlook bearish terhadap AUD/USD, dan meyakini jika pair itu akan diperdagangkan turun dalam beberapa waktu ke depan.

Di sisi lain, USD/JPY telah bergerak dalam kisaran sempit antara 111.80 dan 112.15 di sepanjang minggu ini. Menurut pengamatan ACY, pertaruhan pasar senilai lebih dari 8 miliar Dolar AS telah menempatkan pair ini pada kisaran 111.70 hingga 112.30, sehingga tak heran jika volatilitas USD/JPY cenderung lemah dalam beberapa hari terakhir. Secara teknikal, indikator momentum pair tersebut sudah membentuk divergence, dengan Daily RSI yang selip ke 61.60.

Mengenai Brexit, putusan penundaan deadline nyatanya tak banyak menyokong pergerakan Sterling. GBP/USD masih diperdagangkan di bawah MA 30 dalam 6 sesi terakhir. Saat ini, level 1.2980 merepresentasikan batas Double Bottom. Terjadinya break dari area ini akan memicu ekstensi penurunan menuju 1.2910.


Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #219  
Old 29th April 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Akankah Masalah Turki Memicu Krisis Euro Berikutnya?

Dalam waktu 3 bulan terakhir, EUR/USD cenderung diperdagangkan dalam range harga sebesar 200 poin, yakni antara 1.1200 dan 1.1400. Ada saat-saat ketika range tersebut ditembus, tapi break harga selalu singkat dan tak pernah berlanjut membentuk ekstensi breakout.

Namun, kondisi itu berubah di minggu lalu, ketika mata uang berjuluk Single Currency ini mematahkan batas bawah range di level 1.1200 dan menyentuh level terendah 2 tahun di 1.1110 pada Jumat kemarin (26/April). Pada akhir pekan, Euro kemudian sedikit pulih ke kisaran 1.1145/50.

Katalis penurunan harga yang paling banyak disorot adalah melemahnya indeks sentimen Ifo Jerman yang mencapai level 99.2. Hasil tersebut membalikkan optimisme pasar yang sebelum ini meyakini, bahwa kontraksi sektor manufaktur Jerman di kuartal pertama akan membaik di awal kuartal kedua.

Dengan masalah Brexit yang masih berlarut-larut, protes "rompi kuning" di Prancis yang sudah memasuki minggu ke-24, dan pemilu parlemen Uni Eropa di akhir Mei, European Central bank (ECB) kemungkinan besar tengah menghadapi rintangan kuat dalam upaya meningkatkan suku bunga di tahun 2019.

Lebih lanjut, masalah-masalah di atas juga berpotensi diperberat oleh isu yang kian berkembang di Turki. Hal ini pun semakin membebani pergerakan Euro.

Outlook negatif dari Turki berasal dari berbagai perkara, mulai dari kekacauan politik, kurangnya stabilitas sosial, hingga penyelesaian masalah finansial yang layak dipertanyakan.

Awal bulan ini, Bank Sentral Turki (CBT) merilis laporan mengenai kepemilikan cadangan devisa sebesar 25 miliar USD dari pendapatan internal. Namun perlu diperhatikan juga bahwa Turki memiliki utang senilai 180 miliar USD yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Dengan demikian, CBT tidak dalam posisi kuat untuk mengatur utang eksternal ataupun melindungi nilai tukar mata uangnya, Lira (TRY).



Parahnya lagi, data statistik dari bank-bank Uni Eropa pekan lalu mengkonfirmasi bahwa dari Balance Sheet CBT yang sebesar 25 miliar USD itu, lebih dari 12 miliar di antaranya berasal dari transaksi swap jangka pendek, yang pada gilirannya nanti perlu dibayarkan kembali dalam waktu 2 bulan ke depan.

Bisa disimpulkan, CBT telah keliru mengenai kesehatan keuangan negaranya, dalam upaya menstabilkan nilai TRY dan mencegah penurunan peringkat kredit atas utang eksternal bruto yang sebesar 400 miliar USD. Diperkirakan, Turki memiliki utang luar negeri terhadap ECB dan bank-bank negara anggota Uni Eropa sebesar 250 miliar USD.

Lantas, mengapa masalah Turki perlu diperhatikan bagi para trader Euro? Terakhir kali Turki mengalami goncangan adalah Agustus 2018 lalu. Antara 1 Agustus hingga 13 Agustus, USD/TRY menguat dari 5.10 ke 7.10. Dengan kata lain, Lira Turki telah kehilangan 40% dari nilai tukarnya tehadap USD. Pada periode waktu yang sama, EUR/USD anjlok 3.2% dari 1.1680 ke 1.1310.

Selama 10 hari terakhir, TRY telah melemah 10% seiring dengan terungkapnya fakta di balik klaim CBT. Saat ini, USD/TRY sudah mendekati area 5.95. Meski masih cukup sulit untuk memperhitungkan di level mana pair ini akan bergerak, adanya breakout di atas 6.00 akan menimbulkan risiko downside bagi Euro.

Secara teknikal, rebound EUR/USD dari level rendah Jumat lalu bisa mencapai 1.1180, tapi pergerakan harga masih dibayangi oleh indikator Daily Momentum yang menunjukkan pelemahan.

Sementara itu, pasar finansial Jepang akan ditutup minggu ini dalam rangka kenaikan takhta Kaisar yang baru. Walaupun arus perdagangan dari Tokyo bakal menipis, ACY memaklumi jika jika Yen Jepang nantinya bisa menguat di berbagai pair cross. Garis MA 30 pada chart USD/JPY saat ini tengah berada di kisaran 111.30 dan menjadi support kunci. Jika harga tembus ke bawah level tersebut, maka Dolar AS bisa tenggelam lebih dalam ke level 110.70.

Setelah jatuh 100 poin pada hari Rabu lalu (24/April), AUD/USD akhirnya memulai pemulihan dari bawah level 0.7000 di akhir pekan. Namun, rebound pair ini hanya akan terbatas sampai ke 0.7050, untuk memenuhi kondisi Oversold jangka pendek yang telah tampak. Level terendah hari Kamis di 0.6988 tidak memiliki signifikansi teknikal di chart Daily, sehingga harga lebih berpeluang merosot ke 0.6980 daripada menanjak ke sekitar 0.7125.

Di sisi lain, BoE sudah diproyeksi untuk tidak mengumumkan perubahan kebijakan apapun pada hari Kamis mendatang (2/Mei). MPC telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dengan hasil voting 9-0 dalam 12 pertemuan terakhir, dan ACY memperkirakan jika perubahan pada hasil pemungutan suara itu akan menjadi kejutan yang bisa menjadi market mover. Secara teknikal, GBP/USD terlihat sedikit Oversold. Pair ini kemungkinan akan mengalami retracement ke 1.3000 dalam beberapa hari berikutnya.

Sumber : https://www.acy.com/category/market-...ffiliate=12229
Reply With Quote
  #220  
Old 2nd May 2019
djamirun_aje's Avatar
djamirun_aje djamirun_aje is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: Jun 2017
Posts: 3,095
Rep Power: 11
djamirun_aje mempunyai hidup yang Normal
Default

Dolar AS Kokoh Pasca Pengumuman Kebijakan Fed

Dengan pasar finansial Jepang dan China yang tutup di sisa minggu ini, dan liburnya pasar Eropa dalam rangka May Day, pergerakan harga di pasar forex cenderung kalem dalam merespon pertemuan FOMC. Sekalipun pusat keuangan di berbagai belahan dunia kemarin aktif, tak ada ekspektasi terhadap pandangan Fed untuk kebijakan moneter mereka.

Tinjauan bank sentral AS untuk perekonomian disesuaikan untuk mengakomodasi naiknya pertumbuhan yang tercermin pada laporan GDP Q1 lalu. Hal ini sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, para pejabat The Fed juga mengakui adanya hambatan sementara yang berasal dari Partial Government Shutdown, juga musim dingin ekstrim yang berlangsung hingga Maret.

Beberapa jam sebelum FOMC meeting bulan ini, laporan ketenagakerjaan ADP untuk Maret 2019 berhasil melampaui ekspektasi penambahan 180,000, dan mencatatkan hasil 275,000 yang merupakan angka tertinggi 9 bulan.

Dalam pernyataannya, Ketua The Fed Jerome Powell sempat merujuk pada kuatnya pasar tenaga kerja. Namun pertumbuhan upah yang moderat belum berkontribusi pada kenaikan inflasi menuju target bank sentral.

Kondisi tersebut jelas terlihat pada laporan GDP minggu lalu, yang menunjukkan bahwa price deflator melemah dari 1.6% ke 0.9% sejak akhir Q4. Sisi positifnya, inflasi PCE yang lebih diperhatikan The Fed hanya melemah dari 1.4% ke 1.3%.

Jerome Powell juga mencermati bahwa kurva yield obligasi AS bertenor 2 tahunan dan 10 tahunan telah menurun lebih dari 12 basis poin sejak pertemuan The Fed bulan Maret lalu. Dalam pandangan ACY, kurva yield obligasi tersebut lebih bisa digunakan sebagai acuan market pricing ketimbang pernyataan kebijakan moneter The Fed.



Seiring The Fed yang telah nyaman dengan sikap "data dependency", rilis data Non-Farm Payroll (NFP) AS yang diterbitkan pada Jumat besok (3/Mei) akan menambah signifikansi pada pergerakan pair-pair mayor.

Mengingat laporan ADP tidak selalu bisa diandalkan untuk memperkirakan NFP, maka konsensus pasar memiliki forecast tersendiri untuk data ketenagakerjaan kali ini, yaitu sebesar 180,000. Sementara itu, tingkat pengangguran diprediksi tetap di 3.8%, dan kenaikan upah per jam diekspektasikan menguat dari 0.1% ke 0.3%.

Dengan sedikitnya rilis data ekonomi berdampak tinggi yang muncul hingga NFP AS besok, ACY menilai jika pair-pair forex mayor hanya akan diperdagangkan dalam batas range pekan lalu.

Rebound EUR/USD sudah melambat sedikit di atas MA 30 pada kisaran 1.1250. Daily RSI untuk pair tersebut turun di bawah batas 50.00, sementara indikator-indikator momentum juga menunjukkan pelemahan.

Meskipun pasar Jepang masih tutup hingga 5 hari perdagangan ke depan, USD/JPY masih membuat pergerakan turun hingga ke level terendah 2 minggu, tepatnya pada level 111.05. Sementara itu, pasar saham AS cenderung melemah di sesi perdagangan hari ini. Level support kunci berikutnya untuk USD/JPY ada di kisaran 110.80.

AUD/USD masih terus tertahan di area resistance 0.7070 dan 0.7090. Daily RSI masih di bawah 40.00 dan terlihat turun, yang mengindikasikan bahwa harga masih berpeluang menguji area 0.7000 dalam jangka pendek.

Serupa dengan FOMC, Bank of England juga tidak diekspektasikan untuk membuat perubahan apapun dalam pertemuan kebijakannya hari ini. Semalam, GBP/USD menyentuh level tertinggi 3 minggu pada kisaran 1.3105, tapi saat ini terlihat akan kembali ke zona sell di chart Daily.
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 02:07 PM.