Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Travel, Wisata, Liburan > International

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 17th February 2011
metamorfosis's Avatar
metamorfosis metamorfosis is offline
Member Aktif
 
Join Date: Dec 2010
Posts: 221
Rep Power: 0
metamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophetmetamorfosis is Ceriwis Prophet
Default Berburu Emas di Ballarat


(foto: greatsoutherntouring)



KOTA emas. Itulah sebutan untuk Ballarat, kota yang terletak di sebelah barat Melbourne, ibu kota Negara Bagian Victoria, Australia.

Kandungan emas di Ballarat menjadikan kota itu sebagai salah satu pemasok emas terbesar di Australia meskipun negara ini perekonomiannya lebih bertopang pada sektor jasa.

Sebelum emas ditemukan pada tahun 1851, Ballarat adalah daerah tempat tinggal 25 suku Aborigin, penduduk asli Benua Australia. Bagi orang Aborigin, Ballarat dianggap sebagai tempat beristirahat.

Ballarat diserbu pendatang setelah emas ditemukan. Mereka berdatangan dari berbagai negara lalu menetap di Ballarat. Dalam kurun satu tahun, Ballarat berubah menjadi kota yang ramai pada zamannya.

Adalah Museum Sovereign Hill yang ”menghidupkan” kejayaan Ballarat. Di atas lahan seluas 25 hektar, pihak museum membangun replika kota Ballarat pada zaman perburuan emas. Museum ini sudah beroperasi sejak 38 tahun lalu.


Berkunjung ke Ballarat hanya butuh waktu sekitar 75 menit berkendaraan dari Melbourne menuju Ballarat.

Jarak Melbourne ke Ballarat hanya sekitar 112 kilometer. Selain dengan mobil atau bus, perjalanan ke Ballarat juga bisa ditempuh sekitar satu jam dengan kereta api dari Melbourne’s Southern Cross Station.

Sampai di Ballarat, ada waktu berkeliling kota sebentar. Di sepanjang kota, gedung tua bergaya arsitektur Victoria berdiri dengan indahnya. Danau Wendouree yang dulu menjadi tempat berkemah suku Aborigin juga masih utuh dan terpelihara baik.

Selesai berkeliling kota, perjalanan dilanjutkan ke museum terbuka Sovereign Hill. Begitu memasuki areal museum, rasanya seperti memasuki perjalanan waktu dan kembali ke masa 158 tahun silam.

Sebuah replika kota dengan suasana mirip di film-film koboi terlihat di depan mata. Di situ tampak deretan bangunan yang semuanya terbuat dari kayu. Tulisan besar berhuruf kapital di depan bangunan menjadi penanda fungsi bisnis bangunan tersebut.

Di depan bangunan yang berderet, jalan tanah membelah kota. Beberapa kereta kuda lalu-lalang di sepanjang jalan mengangkut penumpang yang tidak lain adalah pengunjung museum.

Di sebuah pondok kecil di sudut jalan, tiga pria tua asyik bermain akordeon, gitar banjo, dan biola. Mereka memainkan lagu berirama country.

Suasana kota semakin hidup dengan lalu-lalang ”warga” yang sedang sibuk berkegiatan. Di tengah kota, seorang perempuan bergegas menuju ke toko roti sambil menenteng keranjang. Sementara di bagian lain, seorang pria sibuk memasukkan kayu bakar untuk tungku pemanas kota.

”Warga” kota ini tidak lain adalah pekerja museum yang berperan sebagai penghuni kota. Jumlah semuanya ada 350 orang.

Para perempuannya mengenakan rok panjang lebar dengan mantel atau selendang menyelimuti pundak. Sementara kaum prianya mengenakan celana kanvas, bersepatu bot, dan bertopi lebar.

Sebagian dari pekerja museum itu adalah sukarelawan.

Ballarat masa lalu terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu untuk bisnis, permukiman, dan pertambangan. Di kawasan bisnis, berderet bangunan yang dulunya melayani sektor barang dan jasa, seperti toko roti, konfeksi, bank, toko emas, kantor pos, hotel, restoran, dan toko timah.

Bangunan itu tidak kosong. Selain menampilkan diorama fungsi dari bangunan tadi, sebagian besar bangunan juga benar-benar difungsikan sesuai dengan peruntukannya.

Toko Hope Bakery, misalnya, benar-benar menjual kue pie yang resepnya konon merupakan warisan nenek moyang warga Ballarat. Pengunjung yang lapar bisa makan pie yang konon terenak di Ballarat.

Pengunjung juga bisa melihat cara memproduksi lilin di Hewett’s Soap and Candle Works. Hewett pada zamannya adalah pemilik industri lilin.

Pada masa itu lilin merupakan industri yang sangat penting di Ballarat. Di pabrik Hewett, lilin diproduksi secara massal untuk keperluan penerangan di pabrik, bengkel, toko, dan kedai minum. Lilin juga digunakan penambang untuk masuk ke terowongan galian emas.

Dari kawasan kota, penjelajahan selanjutnya adalah ke Red Hill Gully Creek dan Red Hill Minning. Dua tempat ini menggambarkan suasana pencarian emas di Ballarat. Di Red Gully Creek pengunjung tampak antusias mendulang emas. Pihak museum mengklaim sungai di situ mengandung emas betulan.

Pada awalnya, emas di Ballarat diperoleh dengan cara mendulang endapan aluvial di sungai. Setelah emas di permukaan tanah habis, pencari emas menggali terowongan untuk mengambil emas di perut bumi.

Terowongan itu adalah jalur yang dibuat penambang untuk mencari emas. Hanya ada cahaya lilin yang menerangi terowongan yang bercabang-cabang tadi.

(uky)
SUMBER


Reply With Quote
  #2  
Old 17th June 2019
indah75's Avatar
indah75 indah75 is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Location: Klaten
Posts: 5,189
Rep Power: 15
indah75 mempunyai hidup yang Normal
Default

Kira kira kotanya sekarang masih ramai gak ya? Masih banyakah emas yang tersimpan di sana/
Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:43 AM.