Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Members Area > LAPOR!

LAPOR! Ruang untuk melaporkan segala bentuk yg melanggar aturan.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 28th July 2015
Gusnan's Avatar
Gusnan Gusnan is offline
Moderator
 
Join Date: Jun 2013
Posts: 27,623
Rep Power: 47
Gusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyakGusnan memiliki kawan yg banyak
Default Gerbong Khusus Perempuan: Ketololan dan Kemunduran Peradaban

Hans David Tampubolon
Jurnalis The Jakarta Post





naningisme.wordpress.com



Saya adalah salah satu dari 750 ribu jiwa yang hampir setiap hari menggunakan KRL Commuterline untuk pergi ke dan pulang dari tempat kerja. Untuk kami kaum proletariat ibukota, tidak ada moda transportasi lain yang lebih efektif dan efisien secara ekonomi untuk menghubungkan tempat tinggal kami di pinggiran dan kota-kota satelit Jakarta dengan tempat kerja kami di pusat kota selain Commuterline.
Walaupun menyandang status sebagai moda transportasi terpenting dan terpopuler untuk mengangkut kaum proletariat ke dalam kemegahan Jakarta yang menghipnotis, Commuterline masih memiliki beberapa kekurangan yang juga telah menjadi semacam trademark-nya seperti jadwal yang sering telat dan gangguan teknis yang mengganggu perjalanan.
Ada satu lagi yang menurut saya menjadi kekurangan dari Commuterline dan hal ini jarang dibicarakan. Padahal kalau dipikir-pikir, kekurangan atau masalah yang satu inilah yang sebenarnya menjadi tolok ukur kita sebagai masyarakat: masih biadab atau sudah beradab?
"Ada satu lagi yang menurut saya menjadi kekurangan dari Commuterline dan hal ini jarang dibicarakan. Padahal kalau dipikir-pikir, kekurangan atau masalah yang satu inilah yang sebenarnya menjadi tolok ukur kita sebagai masyarakat: masih biadab atau sudah beradab?"

Masalah apa yang saya maksud? Keberadaan gerbong “khusus perempuan” yang berada di barisan paling depan dan belakang sebuah rangkaian; dua gerbong yang eksteriornya diberi hiasan banner berwarna pink dengan corak bunga-bunga agar jelas bahwa mereka khusus untuk perempuan.
Gerbong khusus ini diadakan beberapa tahun lalu setelah muncul banyak kasus pelecehan di dalam Commuterline. Dalam situasi berdesak-desakan, ada saja mahluk-mahluk lelaki yang iseng-iseng mencuri kesempatan untuk meraba-raba bagian tubuh penumpang perempuan dan di beberapa kasus juga sampai menggesek-gesekkan penisnya.
Karena banyaknya kasus pelecehan seksual maka dibuatkan gerbong khusus perempuan. Pemikirannya adalah dengan berada di dalam gerbong tersebut, para perempuan tidak akan dilecehkan secara seksual karena kan toh isinya perempuan semua.
Sekilas kebijakan gerbong khusus perempuan ini seperti sesuatu yang baik karena bertujuan untuk melindungi perempuan dari pelecehan. Namun kalau lingkar otak Anda digedein sedikit, Anda akan setuju kalau saya bilang kebijakan seperti ini adalah kebijakan yang tolol dan merupakan tanda kemunduran peradaban.
Sebelum saya melanjutkan, saya perlu memberi sedikit catatan kepada para feminazis bersumbu pendek yang kemungkinan sudah panas duluan ketika membaca judul artikel ini: yang saya bilang tolol adalah kebijakan gerbong khusus perempuan dan bukan perempuannya. Anda sudah mengerti? Ya mari kita lanjutkan.
Ada tiga alasan yang menjadikan kebijakan gerbong khusus perempuan ini adalah sesuatu yang tolol dan menjadi kemunduran peradaban:
1. Gerbong khusus perempuan justru merendahkan perempuan
Keberadaan gerbong khusus perempuan adalah pernyataan secara tidak langsung bahwa perempuan, kalau mau aman, harus masuk ke dalam kandang khusus. Apa bedanya gerbong khusus perempuan ini dengan sistem pingit di masa lalu?
Di dalam masyarakat yang beradab, seharusnya perempuan tidak perlu dikhususkan (baca: dikurung) di dalam sebuah kandang untuk mendapatkan jaminan keamanan dirinya. Dengan adanya gerbong khusus perempuan, maka perempuan yang mengalami pelecehan di gerbong umum akan menerima cibiran “siapa suruh gak masuk gerbong khusus” dari masyarakat.
Ini apalagi kalau bukan memberikan beban kesalahan dari sebuah pelecehan seksual kepada korbannya?
2. Gerbong khusus perempuan merendahkan laki-laki
Gerbong khusus perempuan memberi cap di jidat setiap laki-laki penumpang Commuterline sebagai mahluk yang tidak bisa menahan libido sehingga sampai perlu ada kandang khusus perempuan di tiap rangkaian.
Seluruh keberadaan kita sebagai laki-laki direduksi hanya sebagai penis-penis yang berdempetan dengan ereksi libido membuncah setiap kali kita masuk ke dalam rangkaian Commuterline. Sedemikian parahnyakah kita sebagai laki-laki di NKRI ini sehingga kita cuek-cuek dan nyaman saja dengan keberadaan gerbong khusus ini?
Kalau iya, betapa malang dan biadabnya masyarakat ini karena para laki-lakinya tidak lebih dari segerombolan penjahat kelamin bersumbu pendek.
3. Gerbong khusus perempuan tidak membuat masyarakat memerangi pelecehan seksual
Kenapa banyak penjahat kelamin berani melakukan pelecehan di dalam Commuterline? Karena orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk si korban, selalu lebih memilih untuk diam jika ada pelecehan. Korban pelecehan seringkali cuma berani bercerita tentang pelecehan yang dialaminya setelah turun kepada teman terdekatnya atau saudaranya.
Mereka, untuk beberapa alasan, merasa bahwa merekalah yang bersalah dengan masuk ke gerbong umum dan akibatnya dirinya pantas dilecehkan. Benarkah? Yang salah itu ya si pelaku pelecehan dan bukan situ sebagai penumpang donk!
Lain kali kalau merasa dilecehkan, jangan pernah ragu untuk meninju atau menendang selangkangan si peleceh itu karena itu hak anda untuk membela diri! Di sisi lain, seringkali pula orang-orang di dalam kereta sadar bahwa ada penjahat kelamin main “gesek-gesekan” tetapi orang-orang ini memilih diam dan memalingkan muka karena toh itu bukan urusan mereka.
Nah, bagaimana masyarakat ini mau dibikin sadar untuk memerangi pelecehan seksual bersama-sama kalau dibuatkan kandang khusus perempuan?
Pada akhirnya, gerbong khusus perempuan, jika dipertahankan, akan membawa kemunduran di dalam masyarakat karena keberadaanya tidak mengajarkan masyarakat untuk menghargai perempuan, melindungi sesama, dan tidak membuat laki-laki untuk belajar mengendalikan libidonya.
Pada akhirnya, gerbong khusus perempuan, jika dipertahankan, akan membawa kemunduran di dalam masyarakat karena keberadaanya tidak mengajarkan masyarakat untuk menghargai perempuan, melindungi sesama, dan tidak membuat laki-laki untuk belajar mengendalikan libidonya

Gerbong khusus ini, pada dasarnya, merendahkan perempuan sebagai sebuah mahluk rapuh yang tidak mampu berbaur di dalam dunia yang beragam dan masyarakat yang merendahkan perempuannya adalah masyarakat yang biadab.

Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:23 PM.