USD JPY saat penutupan ini kita lihat bahwa USD masih lemah, untuk itu silahkan sell di titik 109.408 dengan TP pendek saja yaitu di sekitaran 109.033. Namun jika ternyata titik resistance 110.174 berhasil di tembus, harga kemungkinan akan naik hingga 110.631
Harga Minyak Jatuh Karena Rusia, AS dan Saudi Genjot Produksi
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia turun pada perdagangan Senin (28/5/2018), setelah tiga negara produsen minyak teratas: Rusia, Amerika Serikat, dan Arab Saudi memberi sinyal untuk menggenjot produksi. Hal ini demi memenuhi kekhawatiran tentang kekurangan pasokan di saat permintaan terus menguat.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent International turun 42 sen atau 0,55% menjadi USD76,02 per barel pada pukul 00:16 GMT. Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 52 sen alias 0,8% menjadi USD67,36 per barel.
Kondisi ini membuat Brent dan WTI masing-masing turun 5,5% dan 7,5% dari level puncak yang dicapai di awal Mei ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama non-OPEC Rusia, mulai memangkas pasokan pada 2017 untuk menyeimbangkan pasar dan menaikkan harga, yang pada 2016 lalu jatuh hingga USD30 per barel. Level terburuk sejak 10 tahun.
Seiring dengan pemangkasan produksi, harga mulai melambung. Dan Brent menembus level USD80 per barel pada awal Mei, memicu kekhawatiran dari konsumen bahwa harga tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan memicu inflasi.
Untuk mengatasi kekurangan pasokan, Arab Saudi, eksportir utama dan pemimpin de-facto OPEC, serta produsen utama Rusia mengatakan pada hari Jumat lalu, mereka sedang membahas peningkatan produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari.
"Harga minyak mentah jatuh setelah laporan bahwa Arab Saudi dan Rusia telah sepakat meningkatkan produksi minyak mentah pada semester kedua tahun ini, untuk menebus kerugian di tempat lain di bawah perjanjian pemotongan produksi," kata ANZ Bank.
Hal ini ditambah melonjaknya produksi minyak mentah AS, dimana mereka terus memperluas pencarian akan ladang minyak baru untuk dieksploitasi. Perusahaan energi AS menambahkan 15 rig mencari minyak baru dalam pekan yang berakhir 25 Mei, sehingga totalnya 859 rig, level tertinggi sejak 2015. Sebuah kode keras bahwa produksi minyak mentah AS akan terus meningkat.
Produksi minyak mentah AS telah melonjak lebih dari 27% dalam dua tahun terakhir, menjadi 10,73 juta barel per hari (bph), sehingga produksinya semakin mendekati Rusia, yang memompa sekitar 11 juta bph.
Bursa Asia Melemah, Investor Mencerna Keadaan Politik di Italia
Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa. Investor mencermati situasi politik di Italia dan penurunan harga minyak.
Mengutip CNBC, Selasa (29/5/2018), indeks Nikkei 225 jepang turun tipis 0,34 persen dan indeks Topix juga melemah 0,3 persen. Saham-saham di sektor utilitas memimpin pelemahan.
Sedangkan di Korea Selatan, indeks Kospi tertekan 0,11 persen. Meskipun saham di sektor teknologi mengalami penguatan tetapi tak mampu mendorong indeks acuan di Seoul tersebut berada di zona hijau.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 juga tertekan melemah 0,02 persen. Saham-saham di sektor energi mengalami tekanan.
Beberapa pasar saham di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia tutup karena libur nasional.
Bursa saham di Eropa ditutup di zona negatif pada perdagangan Senin dan indeks di Italia jatuh lebih dari 2 persen karena krisis politik yang sedang berlangsung.
Presiden Italia Sergio Mattarella tengah menghadapi isu pemakzulan. Isu itu muncul baru-baru ini, setelah dirinya memveto kandidat menteri keuangan yang baru, Paolo Savona.
Langkah Mattarella memicu respons dari sejumlah anggota parlemen dan pemimpin partai besar Italia yang mendesak agar sang presiden mundur dari jabatannya.
Dolar AS Menguat di Tengah Panasnya Politik Italia
NEW YORK - Indeks dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena para investor mempertimbangkan situasi politik Italia di tengah data ekonomi.
Dengan langkah tegas untuk mengakhiri sementara kebuntuan sepanjang 85 hari, Presiden Italia Sergio Mattarella memilih ekonom Carlo Cottarelli sebagai perdana menteri baru Italia yang ditunjuk.
Cottarelli diminta membentuk kabinet teknis yang dapat memimpin negara untuk melaksanakan pemilu, baik di akhir 2018 atau di awal 2019 setelah upaya Gerakan Bintang Lima (M5S) dan Liga sayap kanan untuk membentuk pemerintah gagal.
Dolar AS naik ke level tertinggi 10 bulan terhadap euro pada Selasa 29 Mei 2018 setelah aksi jual di pasar utang Italia mendorong para investor untuk melepas mata uang tunggal.
Di sisi ekonomi, Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board meningkat pada Mei, menyusul penurunan moderat pada April setelah direvisi turun. Indeks sekarang berdiri di 128,0, naik dari 125,6 pada April.
Indeks mengukur sentimen AS terhadap kondisi ekonomi saat ini dan harapan untuk enam bulan ke depan. Belanja konsumen menyumbang sekitar 70% dari kegiatan ekonomi AS, menarik perhatian para ekonom terhadap angka-angka tersebut.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, meningkat 0,46% menjadi 94,848 di akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1533 dari USD1,1628 di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,3247 dari USD1,3314 di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi USD0,7502 dari USD0,7544.
Dolar AS dibeli 108,22 yen Jepang, lebih rendah dari 109,39 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS merosot ke 0,9883 franc Swiss dari 0,9936 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3021 dolar Kanada dari 1,3002 dolar Kanada.
Kenaikan Suku Bunga Acuan Dongkrak Rupiah ke Rp13.890
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Kamis (31/5/2018) mulai memulih di pasar spot. Di akhir Mei ini, mata uang NKRI menguat 103 poin atau 0,74% ke level Rp13.890 per USD pada pukul 10.25 WIB.
Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan, rupiah di indeks Bloomberg berotot 28 poin atau 0,20% di level Rp13,955 per USD, dibanding penutupan Rabu di level Rp13.993 per USD.
Hal sama terpantau di data Yahoo Finance, dimana rupiah pada hari ini berkibar 100 poin alias 0,72% ke posisi Rp13.885 per USD. Kemarin, rupiah ditutup di level Rp13.985 per USD.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada Kamis ini terapresiasi 81 poin di posisi Rp13.951 per USD, berbanding Rabu kemarin di level Rp14.032 per USD.
Menguatnya rupiah merespon hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan bank sentral menaikkan lagi suku bunga merupakan langkah preemptive memperkuat stabilitas. Khususnya, stabilitas nilai tukar rupiah terhadap perkiraan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) yang lebih tinggi, serta meningkatnya risiko di pasar keuangan global.
"Keputusan ini merupakan langkah kebijakan jangka pendek yang menekankan pada stabilitas rupiah," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Rabu (30/5).
Adapun faktor eksternal yang membuat rupiah menguat, karena indeks USD melemah 0,79% terhadap enam mata uang utama ke level 94,069. Dolar Amerika Serikat melemah seiring rebound-nya euro setelah krisis politik di Italia mereda. Partai 5 Bintang, partai terbesar di Italia akhirnya mau mengalah demi mengkahiri kekacauan politik dengan membentuk pemerintahan koalisi.
Selain itu, imbal hasil obligasi Italia menyusut menjadi 1,75%, dari sebelumnya 2,71%. Hal ini membuat menjadi menarik minat investor di pasar utang karena masih murah. Sehingga euro kembali dibeli. Melansir Reuters, euro diperdagangkan naik 1,1% menjadi USD1,1669 per EUR karena spread obligasi Italia telah menyusut.