Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default Kebenaran bukan Keuntungan

Bacaan: Kejadian 15:1-6
Sebagian besar orang percaya mengenal nama Abraham dan paling tidak sedikit kisah yang menyertainya, misalnya mengenai pergumulan Abraham ketika ia harus menyerahkan Ishak kepada Tuhan, atau janji berkat yang Allah berikan kepadanya. Selain itu, Abraham juga dikenal sebagai bapa orang beriman. Meskipun tidak sempurna, namun melalui teladan hidupnya, kita bisa belajar untuk percaya sepenuhnya hanya kepada Allah.

Abraham beriman bukan karena mengharapkan keuntungan dari imannya kepada Allah, atau karena adanya kepastian bahwa tidak ada masalah dalam hidupnya, tetapi karena ia mengenal Allah. Abraham tahu dan percaya bahwa Allah tidak pernah mendatangkan hal yang buruk bagi hidupnya, termasuk ketika Allah meminta Ishak untuk dikurbankan di Gunung Moria. Abraham berpikir bahwa Allah pasti sanggup membangkitkan anaknya kalaupun ia benar-benar mati (Ibr. 11:17 - 19). Memang, Abraham juga tahu kalau ada berkat luar biasa yang Allah janjikan kepadanya, tetapi kasih Abraham kepada Allah melebihi keinginannya untuk sekadar mendapatkan penggenapan janji atau berkat dari Allah. Walaupun Abraham sudah lanjut usia, tetapi kepercayaannya pada Allah tidak berkurang sedikit pun. Dia tahu bahwa Allah tidak akan ingkar janji bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa.

Terkadang tanpa sadar, kita enggan melakukan kebenaran karena tidak membawa keuntungan buat kita. Kebenaran bukanlah keuntungan yang bersifat instan, setelah melakukannya kemudian kita akan mendapatkan berkat seketika. Seberapa sering kita memanfaatkan Tuhan untuk memenuhi keinginan dan keakuan kita sementara Tuhan menginginkan agar kita menyangkal diri setiap hari? Betapa seringnya kita hanya mau melakukan apa yang kita sukai, bukan yang Allah kehendaki meskipun tidak mengenakkan bagi kita.

Bagaiamana dengan motivasi kita ketika melakukan kebenaran? Apakah hal itu keluar dari hati yang mengasihi Dia, atau karena mengharapkan keuntungan semata? Mari kita belajar melakukan segala sesuatu sepanjang hari ini karena mengasihi Allah, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan.

Sumber: Renungan Pagi, Januari 2010

Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts