Hari ini seorang ayah dari teman meninggal. Ta’ziyah sebagai seorang muslim pun dilakukan. Lalu ada yang protes, tidak ingin menghadirinya karena haram. Ritual yang telah turun temurun dilakukan ini mendapat goncangan seiring gencarnya reformasi pemikiran keagamaan yang baru-baru ini: mungkin belum seabad umurnya.
Tapi tak semua orang sepakat. Bagi sebagian orang, ta’ziyah bukanlah perayaan bagi yang mati. Ta’ziyah adalah perayaan bagi yang hidup. Semacam petanda bahwa apa yang hidup akan selalu pergi. Semua orang haruslah berkemas. Begitulah kira-kira pesan yang tak nampak.
Aku mungkin (yang bodoh dengan ilmu agama) sepakat dengan pemikiran ini. karena dalam ta’ziyah hidup memang terasa berhenti sejenak. Sebuah kesadaran akan selalu muncul: bahwa jika kematian adalah dekat bagi setiap orang, maka saatnya untuk berkemas. Diriku sepakat jika ta’ziyah adalah pengingat. sebuah lonceng kesadaran untuk tidak mencintai dunia lebih dari yang semestinya.
Merayakan Hidup dalam Kematian