cont'd
Quote:
Originally Posted by 2. Luk 23:43 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Keselamatan kekal bagi manusia adalah yang menjadi alasan bagi Kristus untuk turun ke dunia, rela menanggung sengsara, menerima semua kesengsaraan dan penderitaan, serta taat kepada Bapa untuk mati di kayu salib. Seluruh kehidupan-Nya ditujukan untuk mengemban misi ini, dan Kristus telah melaksanakannya dengan sempurna. Bahkan sampai pada menjelang akhir wafat-Nya, Dia tidak membuang kesempatan sedikitpun untuk menyelamatkan pencuri yang disalibkan bersama-Nya.
Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan bahwa dalam peristiwa penyaliban, terjadilah suatu drama dari keinginan ( wills) dari dua pencuri yang disalibkan bersama dengan Yesus.[ 1] Ada begitu banyak hal yang terjadi di luar diri kita, yang sering terjadi di luar kontrol kita. Namun, satu hal yang dapat kita kendalikan adalah keinginan kita. Di luar mungkin saja terjadi sesuatu yang begitu menyesakkan, membuat marah, namun kita tetap dapat memutuskan untuk tetap tenang. Bagi umat Katolik, ketenangan ini bersumber dari Kristus yang menderita, wafat dan bangkit. Oleh sebab Kristus telah mengatasi segalanya, maka kita dapat tetap tinggal tenang, sebab tak ada sesuatupun yang dapat terjadi di luar rencana Allah.
Menjadi sesuatu yang umum, bahwa pada saat seseorang disalibkan, maka dia akan menyumpahi orang yang menyalibkannya, bahwa menyumpahi dirinya, menyumpahi Tuhan dan hari kelahirannya. Namun, dua pencuri yang disalibkan mendengarkan seseorang yang disalib di tengah-tengah mereka mengatakan, “ Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Pengampunan ini mendatangkan rahmat. Paling tidak salah satu dari pencuri ini menyambut rahmat Allah.
Bahkan ketika pencuri di sebelah kiri mengatakan “ Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” (Luk 23:39), maka pencuri di sebelah kanan Yesus menjawab “ 40 Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (Luk 23:40-41)
Percakapan ini mungkin terlihat sepele. Namun, kita jangan melupakan bahwa setiap kata yang keluar dari orang yang disalibkan adalah merupakan suatu penderitaan, karena setiap tarikan nafas menjadi suatu siksaan. Pencuri di sebelah kanan, yang menurut tradisi bernama Dimas, dalam keterbatasannya telah memberikan nyawanya untuk Kristus, dan dia juga menaruh pengharapan di dalam Kristus, sehingga dia memohon kepada Yesus “ Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42) Sungguh suatu ungkapan pengharapan dan iman yang begitu sederhana dan dalam. Terhadap ungkapan iman dan kasih ini, Yesus menjawab “ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43)
Mari, dalam Pekan Suci ini, kita bersama-sama merenungkan, bahwa kita yang telah menerima baptisan sakramental, seharusnya mempunyai sikap seperti yang ditunjukkan oleh Dimas, bahkan dituntut lebih. Mengapa? Karena kita telah menerima rahmat Allah yang begitu istimewa dalam Sakramen Baptis, seperti: (a) rahmat pengudusan, (b) menjadi anak-anak Allah dan dipersatukan dalam Tubuh Mistik Kristus, (c) menerima tiga kebajikan ilahi (iman, pengharapan dan kasih), (d) menerima tujuh karunia Roh Kudus seperti yang disebutkan di dalam Yes 11:2-3 (kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan takut kepada Allah). Dengan rahmat-rahmat ini kita dimampukan untuk mengikuti perintah Kristus, yang menuntun kita kepada keselamatan kekal.
|
Quote:
Originally Posted by 3. Yoh 19:26-27 “Ibu, inilah, anakmu!” dan “Inilah ibumu!”
Dengan penebusan-Nya di kayu salib, Kristus telah membuka jalan keselamatan bagi semua orang. Dia telah memberikan Diri-Nya dengan sehabis-habisnya. Dia telah memberikan Tubuh dan Darah-Nya di kayu salib, yang telah diantisipasi dalam Perjamuan Suci (lih. Mat 26:26-29, Mar 14:22-25, Luk 22:19-20). Namun rupanya ini tidak cukup. Memandang dari kayu salib, Kristus melihat dua orang yang dikasihi-Nya, yaitu Ibu-Nya, Bunda Maria dan murid-Nya yang terkasih, rasul Yohanes. Dengan sisa-sisa nafas-Nya, Kristus memberikan pesan yang begitu penting kepada kita, yaitu pesan ketika Kristus memandang Ibu-Nya dan murid-Nya dan berkata “Ibu (RSV = Woman), inilah, anakmu!.. dan inilah ibumu” (Yoh 19:26-27).
Dalam bukunya, uskup agung Fulton Sheen mengatakan bahwa dengan menyebut woman (perempuan) dan bukan ibu, maka Kristus menginginkan bahwa Bunda Maria bukan hanya menjadi bunda Kristus saja, namun dia menjadi bunda seluruh umat beriman. Inilah sebabnya Kristus menyerahkan ibu-Nya kepada kepada murid yang dikasihi-Nya – tanpa nama, untuk menyatakan bahwa perintah ini ditujukan kepada semua murid Kristus.
Sebaliknya Kristus juga menyerahkan murid-Nya untuk menjadi putera Bunda Maria. Satu-satunya anak Maria memang tidak tergantikan, yaitu Kristus. Namun, Kristus ingin memberikan hubungan yang baru antara Maria dengan seluruh umat beriman. Kristus menginginkan agar Maria dapat menerima seluruh umat beriman sebagai anaknya, karena Kristus sendiri hadir dan bersatu dalam diri setiap umat beriman, sama seperti Kristus sendiri mengumpamakan DiriNya sebagai pokok anggur dan seluruh ranting-ranting bersatu dengan-Nya (lih. Jn 15:5). Ini berarti, Kristus menginginkan agar Bunda Maria turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus dan memperlakukan seluruh umat beriman sebagai anaknya. Suka atau tidak suka, Kristus menginginkan hal ini dan memberikan Maria sebagai bunda bagi seluruh umat beriman. Kalau Kristus tidak berkeberatan untuk dididik oleh Maria dan Maria dipandang baik oleh Kristus sebagai Bunda Allah, maka siapakah kita yang memandang bahwa kita tidak perlu menghormati Bunda Maria, bahkan ada yang menyingkirkan Bunda Maria dari kehidupannya? Apakah ada seorang pria yang merasa bahwa pacarnya terlalu berlebihan karena dia menghormati ibunya juga?
|
Quote:
Originally Posted by 4. Mrk 15:34 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Disaksikan oleh Bapa-Nya di Sorga dan ibu-Nya di kaki kayu salib, Yesus berkata “ Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Kalimat yang berkesan keputusasaan. Mungkin jeritan yang sama, sering kita teriakkan dalam kesesakan dan penderitaan kita. Kita mengetahui bahwa Kristus adalah sungguh sama seperti kita, yang telah mengecap semua yang kita alami, termasuk penderitaan. Namun, di dalam penderitaan-Nya, Dia telah menunjukkan adanya suatu kepercayaan yang kokoh akan rencana Allah. Perkataan Eli, Eli Lamasabakthani, merupakan permulaan dari Mazmur 22, yang lengkapnya adalah sebagai berikut: 1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (22-2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
2 Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
3 Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
4 Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
5 Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
6 Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
7 Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:
8 “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?”
9 Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
10 Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
11 Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
12 Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku;
13 mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum.
14 Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
15 kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
16 Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
17 Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
18 Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
19 Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
20 Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
21 Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku!
22 Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:
23 kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
24 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
25 Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia.
26 Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
27 Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.
28 Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.
29 Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
30 Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
31 Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Bagi umat Yahudi, kalau seseorang memulai kalimat pertama dari Mazmur, maka berarti orang bermaksud untuk menyelesaikannya. Dan dalam kondisi tersalib, sungguh tidak mungkin untuk menyelesaikan pengucapan keseluruhan Mazmur tersebut. Ini berarti, bahwa kalimat pertama dari Mazmur 22 harus dimengerti dalam konteks keseluruhan, yaitu untuk mempercayai dan menggantungkan segala sesuatunya ke dalam tangan Bapa, yang pada akhirnya akan membawa kemuliaan, di mana seluruh ujung bumi akan mengingat dan berbalik kepada Tuhan (lih. Mzm 22:27). Ini adalah suatu pengajaran dari Kristus yang harus diikuti oleh seluruh murid Kristus tentang bagaimana menaruh pengharapan di dalam Tuhan dalam kondisi apapun. Cara dan sikap dalam menghadapi penderitaan adalah salah satu perbedaan antara orang yang mengenal Kristus dan yang tidak mengenal Kristus. Bahkan rasul Paulus mengatakan “ 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:3-5)
Kalau seseorang menjadi murid Kristus, maka dia akan mengikuti apa yang dilakukan oleh Kristus, termasuk adalah cara menghadapi permasalahan dan penderitaan. Karena dengan penderitaan-Nya, Kristus dapat memenangkan belenggu dosa, maka dengan menyatukan segala penderitaan kita dengan Kristus, kita akan memperoleh kemenangan, yaitu kemenangan yang menyelamatkan, yang mengantar kita pada kehidupan kekal. Kuncinya adalah menghadapi permasalahan dengan terus bertekun dalam doa yang didasarkan iman, pengharapan dan kasih, seperti yang dilakukan oleh Kristus.
Mungkin ada yang bertanya, kalau Yesus memang Tuhan, mengapa pada saat disalib, Dia berdoa? Sebenarnya, Yesus berdoa tidak hanya terbatas pada waktu Yesus disalib, namun Yesus berdoa dalam berbagai kesempatan (lih. Mt 16:23; Mt 26:36; Mk 14:32; Lk 3:21; 6:12;Lk 9:18, 28; Lk 11:1-2; Lk 18:1). Santo Thomas Aquinas membahas tentang definisi doa, dimana dia mengatakan bahwa doa adalah membuka keinginan kita kepada Tuhan, sehingga Dia dapat memenuhinya.”[ 2] Karena di dalam Kristus (satu pribadi) ada dua kehendak, yaitu kehendak manusia dan kehendak Tuhan, maka menjadi hal yang wajar, kalau Yesus berdoa karena Dia mempunyai kodrat manusia. Sama seperti kita sebagai orang beriman, kita menyatakan keinginan/ kehendak kita di hadapan Allah.
Alasan kedua adalah Yesus berdoa untuk kepentingan manusia. Yesus dapat saja berdoa dalam hati, namun Dia ingin menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya sebagai manusia kita berdoa, yaitu bahwa kita harus senantiasa tunduk kepada kehendak Allah Bapa, meskipun di dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Yesus berdoa tanpa henti, untuk mengajar manusia senantiasa berdoa di dalam segala kesempatan tanpa henti (lih. Mt 16:23; Mt 26:36; Mk 14:32; Lk 3:21; 6:12;Lk 9:18, 28; Lk 11:1-2; Lk 18:1).
Yesus mengajarkan kepada manusia bahwa di dalam doa yang terpenting adalah untuk mengikuti kehendak Tuhan, seperti yang dikatakan-Nya dalam doa-Nya di Taman Getsemani, dimana Dia berkata “”Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (lih. Mt 26:36; Mk 14:32-36).
Yesus mengajarkan doa yang sempurna, yaitu doa Bapa Kami, yang terdiri dari tujuh petisi (lih. Mt 6:9-13).
Yesus menunjukkan bahwa di dalam setiap percobaan, maka Tuhanlah yang menjadi kekuatan dalam doa, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus di dalam drama penyaliban (Mt 27:46; Mk 15:34; Lk 23:46).
Yesus juga mengajarkan pentingnya untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus dengan berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (lih. Lk 23:34).
Dan masih begitu banyak contoh yang lain, yang menyebabkan pengikut Kristus tahu bagaimana untuk berdoa, karena Tuhan sendiri – melalui Kristus – yang menunjukkan kepada manusia bagaimana seharusnya berdoa.
Dengan demikian, maka kita dapat melihat bahwa doa Yesus di atas kayu salib sungguh merupakan doa yang berpengharapan yang menyelamatkan dan memberikan contoh bagi seluruh umat beriman.
|
Quote:
Originally Posted by 5. Yoh 19:28 “Aku haus!”
Contoh apalagi yang ingin diberikan oleh Kristus sebelum dia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir ketika Dia mengatakan “Aku haus!“? Dikatakan di ayat Yoh 19:28 bahwa perkataan Yesus “Aku Haus” adalah untuk memenuhi nubuat di dalam Kitab Suci. Ini adalah pemenuhan dari Mzm 69:21 yang mengatakan “… dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.” Dengan demikian, pernyataan Yesus merupakan penegasan bahwa Yesus yang tersaliblah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Memang dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Yesus mengalami penderitaan dan kehausan yang begitu sangat. Namun, kehausan dalam kapasitas yang lebih dalam adalah kehausan untuk meyelamatkan jiwa-jiwa. Ini adalah drama pencarian Tuhan akan manusia. Drama di mana Tuhan yang dari Sorga turun ke dunia untuk menjangkau jiwa-jiwa yang tercerai berai.
Kehausan ini mengingatkan kita akan permintaan Yesus kepada wanita Samaria “Berilah Aku minum” (Yoh 4:7). Dan percakapan ini pada akhirnya membawa keselamatan kepada wanita Samaria dan juga orang-orang di kota tersebut. Keselamatan wanita Samaria dan orang-orang di kota tersebut tidaklah cukup bagi Yesus, sehingga di atas kayu salib, Dia tetap merasa kehausan, karena Dia ingin menjangkau seluruh umat manusia, ingin menemukan dan mengantar seluruh umat manusia pada keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4)
Karena Tuhan senantiasa dalam pencarian akan manusia, maka sejak dari Perjanjian Lama dikatakan “13 apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, 14 Aku akan memberi kamu menemukan Aku” (Yer 29:13-14) Inilah sebabnya ketika seseorang menyadari bahwa dia memerlukan Tuhan, ketika seseorang melihat penderitaan dalam kacamata iman, ketika seseorang menerima penderitaan dengan tabah, ketika seseorang mau menyangkal dirinya dan memikul salibnya dan mengikuti Kristus, maka Tuhanlah yang sebenarnya menjadi penggerak utama dari semuanya itu. Dalam drama penyaliban, terutama perkataan Yesus bahwa Dia haus, kita menyaksikan akan drama tentang Tuhan yang sungguh mencintai manusia dengan sehabis-habisnya. Bagaimana tanggapan manusia? Bagaimana tanggapan kita?
|
bersambung dibawah....
__________________
ï·² ☯ ✡ ☨ ✞ ✠☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ â˜* ✌
|