Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
golputaja's Avatar
golputaja
Ceriwis Addicted
 
Join Date: May 2012
Posts: 3,992
Rep Power: 19
golputaja mempunyai hidup yang Normal
Default Orang Indonesia Akan Mati di Lumbung Padi.

[/quote]
Quote:
 





Quote:
 





Quote:
 





Buah Import Merajalela.









MASUKILAH gerai ritel modern, dan sambangi rak buah-buahan. Maka Agan2 akan menemukan beragam buah impor. Tak ada jeruk asal Jember, yang ada jeruk dari negeri yang jauh, China. Tak ada apel asal Malang, yang ada apel dari negeri nun beribu-ribu kilometer dari Indonesia: China, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.



Cukup? Tentu saja belum. Singgahlah ke rak tanaman hortikultura dan Agan2 akan kembali dimanja produk impor. Tak ada wortel asal Pasuruan, yang ada malah wortel asal China, Australia, atau Thailand. Tak ada bawang asal Nganjuk, yang ada bawang dari China. Tiada pula cabai atau kentang dari negeri sendiri, yang ada cabai dan kentang asal luar negeri.



Terasa ironis, juga tragis, melihat serbuan impor sayur dan buah-buahan. Oke kita boleh impor mesin-mesin canggih dan BlackBerry yang memang industri kita belum mampu memproduksinya. Tapi, please, kita impor sayur dan buah! Ini negeri agraris, bukan?



Pada triwulan I/2011 ini, impor buah-buahan terutama untuk jenis jeruk mandarin dan pir dari China melambung tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor jeruk mandarin pada Januari-Maret 2011 senilai US$85,35 juta



Padahal, pada triwulan I/2010, impor jeruk mandarin masih sebesar US$68,1 juta. Artinya, impor jeruk mandarin melonjak lebih dari 25%.



Impor buah pir juga menggila. Bahkan, jauh lebih tinggi ketimbang jeruk mandarin. Impor buah pir Januari-Maret 2011 senilai US$30,4 juta, meroket 168,56% dibanding Januari-Maret 2010 yang senilai US$11,3 juta.



Data Kementerian Pertanian menyebutkan, pada 2005, impor buah-buahan Indonesia sebanyak 413.410,6 ton senilai US$234,07 juta. Sedangkan pada 2010 melonjak menjadi 601.965,0 ton senilai US$591,68 juta.



Itu belum termasuk kita bicara impor beras, gula, sepatu, mainan anak-anak, obeng, sampai korek api! Tragis, juga ironis.



Apa yang salah dengan negeri ini? Pertama, jelas bahwa pemerintah sama sekali tak responsif terhadap masalah ini. Tidak ada skema dan cetak biru pembangunan pertanian yang serius. Semuanya sektoral.



Kedua, kita adalah bangsa yang kufur. Kita kelewat membuang sia-sia berbagai anugerah kekayaan alam. Bagaimana mungkin negeri agraris nan subur ini tak punya kawasan agropolitan yang memadai? Kalau mau sektor pertanian maju dan bisa memenuhi kecukupan pangan, semestinya pemerintah membangun kawasan agropolitan yang terintegrasi mulai penanaman, perawatan, panen, hingga pemasaran dan penjualan.



Beginilah risiko hidup di negeri yang pemimpinnya cuma sibuk menebalkan pupur di muka agar terlihat ganteng dan gagah di cermin. Beginilah akibat strategi rezim ekonomi pencitraan: hanya manis di spanduk dan iklan televisi,sungguh terlalu pemimpin bangsa ini,orang indonesia makan cabai beraknya di tanah maka biji cabai akan tumbuh dengan sendirinya saking suburnya tanah indonesia tapi mengapa mimpi tak pernah menjadi

kapan Kita dan nagara ini akan mencintai negaranya sendiri......

bangsa indonesia akan Seperti ayam mati di lumbung padi












[quote]





Asal Nemu Nyolong Sekang Kene









Sponsored Links
Space available
Post Reply




Switch to Mobile Mode

no new posts