2011, Ekspor Ditargetkan Tumbuh 12%

nairin

Foto: Corbis

JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor dapat mencapai 10-12 persen pada tahun depan.

“Kemungkinan kita targetkan berkisar 10-12 persen untuk ekspor, sedang untuk impor kemungkinan pertumbuhannya bisa lebih tinggi, mengingat bahwa ada kaitannya dengan peningkatan investasi dalam infrastruktur dan lainnya,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu di Jakarta, kemarin.

Pertumbuhan ekspor tersebut, lanjutnya, didorong oleh beberapa sektor industri, seperti kelapa sawit. "Pendorong ekspor pada tahun depan masih sektor-sektor seperti kelapa sawit, batu bara, dan mineral," ucapnya. Sektor lain yang juga mendorong pertumbuhan ekspor pada tahun depan, kata Mari, adalah pengolahan karet dan alas kaki.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, ekspor karet dan produk karet selama periode Januari-Mei 2010 mencapai USD3.549 miliar, atau meningkat sebesar 112 persen dari periode yang sama pada tahun lalu. “Peningkatan ekspor karet mengikuti pertumbuhan industri otomotif dunia yang terus berkembang,” ucapnya.

Sedangkan untuk peningkatan ekspor di sektor alaskaki, Mari menjelaskan, hal ini didorong oleh investasi yang masuk ke Indonesia, berupa relokasi pabrik dari beberapa negara, terutama China. Peningkatan investasi itu, lanjutnya, sebenarnya sudah dilakukan sejak 2005, namun dalam 2-3 tahun terakhir baru mengalami peningkatan yang signifikan. "Sebelum krisis tahun 2008 sudah mulai masuk, sempat terhenti sebentar lalu sekarang balik lagi," ujarnya.

Menurut Mari, China merelokasi pabriknya ke Indonesia, karena biaya produksi disana semakin mahal.

Penasehat Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Djimanto mengatakan, relokasi order dan pabrik ke Indonesia terjadi karena di China mulai ada persoalan terkait ketenagakerjaan dan tuduhan anti dumping. Sehingga, kata dia, kondisi itu dinilai mengganggu perdagangan negara pemberi order.

"Selama ini, order dan relokasi yang masuk beragam, dari Korea, Vietnam, dan Taiwan, dan investor masih memilih Indonesia karena proses perijinan masih kondusif, meskipun sering tidak aman dan ada pungutan," kata Djimanto.

Tapi, lanjutnya, investor tetap menilai, prospek Indonesia lebih baik, terutama terkait dengan ketenagakerjaan, energi yang mulai diatasi, dan tata niaga perdagangan yang ramah.

"Daerah-daerah yang potensial dibidik itu kawasan Jawa Timur, karena Pemerintah Daerah (Pemda) nya yang menyambut baik, dan selain itu juga Serang, karena dekat dengan bahan baku," jelas Djimanto.

Mari pernah mengatakan, terjadi tren peningkatan penguatan ekspor pada semester I 2010, seiring dengan tingginya permintaan ekspor dari negara-negara di kawasan Asia. “Kalau saya lihat, sampai Mei 2010, trennya masih 30 persen an kenaikannya untuk periode yang sama year on year (yoy),” kata Mari.

Menurutnya, rata-rata pertumbuhan ekspor masih sekitar 13 persen per tahun. “Kalau yearly per annum growth rate-nya masih sekira 13 persen, jadi masih kuat trennya,” ucapnya.

Mari menyatakan, krisis Eropa tidak berdampak pada pertumbuhan ekspor Indonesia. “Kita lihat pengaruh dari krisis Eropa tidak terlalu berdampak. Yang harus kita jaga adalah permintaaan dari Asia, itu harus tetap dipertahankan. Karena kan semuanya sudah mengurangi stimulusnya,” jelasnya.

Mari berharap, target pertumbuhan ekspor pada tahun ini bisa tercapai. “Jadi kita harapkan semoga masih bisa mencapai target pertumbuhan 7 persen-8,5 persen,” pungkasnya.

sumber : http://economy.okezone.com/read/2010...tkan-tumbuh-12

Terkait: