Massachusetts , Di usia satu bulan, Sydney Darragh telah didiagnosis dengan salah satu jenis anemia langka yang disebut Diamond Black Fan Anemia (DBA), kondisi di mana seseorang tak dapat menghasilkan sel-sel darah merah dengan baik. Sejak saat itu, Sydney banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit karena harus berulang kali transfusi darah demi bisa bertahan hidup.
Jadwal transfusi darah Sydney adalah tiap tiga atau empat minggu sekali, dan lama-kelamaan tubuhnya mulai terbebani. "Ia mulai memperlihatkan gejala pra-diabetes karena jumlah zat besi dalam tubuhnya sangat besar dan tiroidnya tampak terganggu," kata sang ibu, Marilyn kepada
MyFoxBoston dan dikutip pada Jumat (4/9/2015).
Keluarganya juga tidak tinggal diam. Sembari mematuhi jadwal transfusi, Marilyn dan suaminya berupaya mencari solusi permanen agar putrinya tak perlu lagi transfusi darah untuk seumur hidupnya.
Sampailah mereka pada sebuah institusi bernama Dana-Farber Boston Children's Cancer Center yang menawarkan transplantasi sumsum tulang. Tak disangka solusinya pun tak jauh-jauh dari mereka, karena ternyata adik Sydney, Hayden (5) memiliki kecocokan sumsum tulang dengan sang kakak.
"Golongan darah mereka pun sama, jadi kemungkinan lebih sedikit komplikasi," timpal ayah Sydney, Eddie.
Sebelum transplantasi, Sydney harus menjalani 24 sesi kemoterapi untuk 'membunuh' sumsum tulangnya sendiri. Barulah kemudian sumsum tulang Hayden dipindahkan ke tubuh Sydney, dengan harapan dapat mengubah kinerja sistem imunnya.
Keseluruhan proses ini total menghabiskan waktu hingga 38 hari. Dan Sydney bahkan langsung diperbolehkan pulang. Namun bocah berumur 7 tahun itu diminta kembali lagi ke rumah sakit pada tanggal 1 November mendatang untuk memastikan apakah sumsum tulang yang 'disumbangkan' Hayden bisa menguasai tubuh Sydney atau tidak.
Setelah beberapa minggu berada di rumah, Sydney tampak membaik dan tidak menunjukkan tanda-tanda adanya komplikasi berarti. Sydney dan Hayden pun jadi makin lengket.
Pasien DBA biasanya didiagnosis sebelum usia 12 bulan. Orang yang terkena DBA memiliki gejala anemia yang umum seperti kulit pucat, mengantuk, dan denyut jantung cepat. Dalam beberapa kasus tidak ada tanda-tanda fisik, tapi sekitar 30-47 persen memiliki cacat lahir atau ketidaknormalan pada wajah, kepala dan tangan terutama ibu jari.
Sekitar 25 persen orang yang didiagnosis DBA memiliki sejarah genetik namun selebihnya belum diketahui apa penyebabnya. Jika seseorang memiliki DBA, maka sekitar 50 persen anaknya memiliki peluang terkena DBA juga.
Hingga kini pengobatan yang dilakukan adalah dengan obat kortikosteroid dan transfusi darah. Transplantasi sumsum tulang bisa direkomendasikan jika kondisinya semakin parah