|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Komisi VIII, Abdul Kadir Karding, ternyata cukup gerah dengan kritikan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia soal rencana kunjungan ke Negeri Kanguru itu. Setelah PPIA mengirimkan surat terbuka, Karding pun membalasnya. Dalam surat bertanggal 25 April 2011 tersebut, Karding membantah semua tudingan PPIA yang menyatakan bahwa rencana kunjungan tim Rancangan Undang-Undang Fakir Miskin tersebut hanya sekadar jalan-jalan. "Kami tim Panja RUU Penanganan Fakir Miskin Komisi VIII DPR mengucapkan terima kasih banyak atas pandangan PPIA," ujar Karding dalam pembukaan surat seperti yang diterima Tempo, Rabu, 27 April 2011. Karding menceritakan bahwa sebelum melakukan kunjungan, tim telah bertemu dengan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, di Jakarta. Pertemuan ini kemudian ditindaklanjuti oleh pihak KBRI dan Departemen Luar Negeri Australia untuk menyusun jadwal kunjungan. Karding membantah tudingan PPIA dalam surat sebelumnya yang menyatakan bahwa dalam jadwal kunjungan anggota DPR tak menemui pembuat kebijakan tentang penanganan fakir miskin di sana. Ia berdalih, "Masalah pengaturan kegiatan dan jadwal dilakukan dan diputuskan oleh Departemen Luar Negeri Australia," tulis surat itu. Tim Komisi VIII pun merasa cocok dengan jadwal tersebut dan mengatakan bahwa dalam jadwal tersebut tercantum rencana kunjungan ke empat institusi yang relevan dalam hal kebijakan sosial dan penanganan fakir miskin dan juga penyelenggara sistem jaringan sosial. Keempat institusi itu adalah Departemen Keluarga, Perumahan, Pelayanan Masyarakat dan Urusan Adat, Departemen Pelayanan Manusia, Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan serta AusAID, lembaga yang mengelola program bantuan luar negeri Australia yang menangani masalah kemiskinan. Namun, dalam kunjungan itu Komisi VIII hanya ditemui oleh pejabat setingkat direktur jenderal, bukan menteri sebagai pembuat kebijakan. Karding juga mengatakan bahwa Greg menyarankan Komisi VIII untuk mengunjungi dua obyek penting untuk studi banding di sana. "Asosiasi Muslim Australia dan Lembaga Swadaya Masyarakat dan sebuah NGO Pemberdayaan Perempuan," tulisnya. Mengenai tak adanya pertemuan dengan parlemen Australia, menurut Karding, hal ini merupakan miskomunikasi antara KBRI dengan tim internal Komisi VIII. Awalnya Komisi VIII telah meminta KBRI untuk menjadwalkan pertemuan, namun pihak KBRI mengatakan tak mendapatkan informasi ini. Akhirnya, tim Komisi VIII pun meminta KBRI untuk mengusahakan pertemuan dengan salah satu anggota parlemen saja atau Sekretariat Jenderal Parlemen Australia. Karding juga mengatakan bahwa sebenarnya tim telah memikirkan untuk menunda kunjungan ini. Tetapi, "Tentunya ini akan memberikan dampak yang tidak baik bagi hubungan kedua negara," ujarnya. Sebelumnya, PPIA mengkritik keras rencana kunjungan ini. Menurut mereka, kunjungan ini lebih sekadar jalan-jalan dibandingkan studi banding yang memiliki manfaat bagi kinerja DPR RI. Mereka mempertanyakan jadwal kedatangan DPR yang bertepatan dengan masa reses parlemen Australia. Selain itu, tim yang merupakan Panitia Kerja RUU Fakir Miskin ini juga dikritik lantaran tak menemui langsung pembuat kebijakan penanganan fakir miskin di Negeri Kanguru. PPIA juga mempertanyakan jadwal kunjungan Komisi VIII yang tak menyambangi pusat-pusat penanganan masyarakat miskin di sana. FEBRIYAN |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Persatuan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) akan menyurati Hugh Borrowman, Sekretaris Pertama Departemen Luar Negeri Australia Untuk Wilayah Asia Tenggara, terkait dengan jawaban Komisi VIII soal kunjungan kerja ke negeri Kanguru tersebut. "Sebagai upaya untuk membentuk transparansi kami akan mengirimi surat terkait dengan substansi jawaban yang kami terima," ujar Ketua PPIA Muhammad Subhan Zein, dalam surat jawabannya kepada Ketua Komisi VIII Abdul Kadir Karding, Rabu, 27 April 2011. Sebelumnya, Komisi VIII membalas surat terbuka PPIA terkait kritikan kunjungan ke Australia yang dianggap tak tepat. Dalam suratnya, Karding membantah semua tudingan PPIA bahwa kunjungan tersebut tidak direncanakan dengan matang. Menurut Karding, Komisi VIII hanya menerima usulan jadwal kegiatan selama berada di sana dari Departemen Luar Negeri Australia. Karding juga mengatakan, Komisi VIII selama di Australia akan bertemu dengan sejumlah pejabat setingkat Direktur Jenderal. Subhan pun menganggap jawaban yang diberikan Komisi VIII ini janggal. Ia mempertanyakan kenapa jadwal kunjungan tersebut diatur oleh Kementerian Luar Negeri Australia. "Padahal yang memahami kebutuhan Tim Panja RUU Fakir Miskin adalah anggota tim itu sendiri," ujarnya. Ia juga melihat kejanggalan soal tidak dijadwalkannya pertemuan dengan tim perumus kebijakan, menteri dan anggota parlemen, penanganan masyarakat miskin oleh Departemen Luar Negeri Australia. "Padahal mereka (Departemen Luar Negeri Australia) tahu bahwa yang akan berkunjung adalah anggota DPR RI," ujarnya. Ia juga menilai janggal usulan untuk mengunjungi komunitas muslim Australia dan Lembaga Swadaya Masyarakat Pemberdayaan Perempuan yang tak berhubungan dengan RUU itu. Lagi pula, kedua institusi ini berlokasi di Sydney dan Melbourne, kota yang berbeda dengan kota tujuan studi banding ke Canberra. Karena itu, Subhan menjelaskan, mereka akan melakukan cek ulang kepada Departemen Luar Negeri Australia mengenai cerita Komisi VIII ini. PPIA juga merasa kecewa Komisi VIII tak menanggapi usulan mereka untuk mengikutsertakan perwakilan PPIA dan media massa Indonesia untuk memantau kegiatan rombongan selama di Australia. Komisi VIII juga dianggap tak merespons usulan PPIA untuk mengunjungi kantor-kantor pelayanan bagi masyarakat miskin yang justru berkaitan langsung dengan RUU ini. FEBRIYAN Last edited by atheis; 28th April 2011 at 10:56 AM. |
#3
|
||||
|
||||
![]()
Quote:
Spoiler for pesan:
![]() ![]() ![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
#5
|
||||
|
||||
![]()
Mau bikin Rancangan Undang-undang fakir misikin aja pake harus keluar negeri segala, emangnya di negara kite ga ada yang bisa di tinjau apa fakir miskinnya an di negara kita ngga ada apa orang-orang yg bisa di ajak ngomong soal fakir miskin.
![]() lagian juga kalo mau melihat penanganan jaminan sosial bisa aja melihat dari internet atau konsultasi dengan kedubes negara yang mau di jadikan contoh, mesti di apaain sih nih rekan2 di DPR, kite suruh hemat die malah jalan2. ![]() mampir ndan http://ceriwis.us/showthread.php?t=266386 http://ceriwis.us/showthread.php?t=265374 |
#6
|
||||
|
||||
![]()
ya begitulah kerjanya
![]() ---------------------------------------------
Quote:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|