Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
bakwanmalang's Avatar
bakwanmalang bakwanmalang is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,897
Rep Power: 21
bakwanmalang mempunyai hidup yang Normal
Default Trik MenDapatKan Penghasilan Besar Dari 10jt ampe 100jt

Silahkan simak laporan wartawan dari detik..com ini

ternyata pengemis di kampung halamanya bisa mendapathasil yang lumayan besar, bahkan sebagian ada yang menjadikan ini sebagai bisnis utama,




penghasilan mereka rata2 bisa di bilang lumayan. malah lebih gede dari PNS.



�Seorang pengemis yang ngontrak di saya bilang, paling apes mereka dalam sehari dapatnya Rp 200 ribu per hari. Tapi umumnya mereka dapat uang sekitar 500 ribu-Rp 600 ribu per hari,� ujar Hanson. (itung sendiri, kalau sehari 500, per bulan bisa 15juta)



Omongan Hanson bukan isapan jempol belaka. Sebab beberapa waktu lalu seorang nenek-nenek buta yang menghuni kontrakan miliknya mengaku kehilangan celengan. Nenek itu bilang uang yang ada di dalam celengan jumlahnya Rp 900 ribu hasil mengemis selama 4 hari sebelumnya.



�Bayangin aja dalam 4 hari saja nenek itu bisa menabung Rp 900 ribu. Kalau sebulan bisa dapat berapa duit itu nenek,� kata pria asal Medan itu.



bisa dianggab mereka termasuk orang yang �mampu � berarti perlu di revisi lagi tentang kriteria orang miskin itu� hehehehehheeh silahkan disimak beritanya




[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for pengemis:


















Kalau malas baca, baca yang hurufnya ditebelin aja gan.




Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for kehidupan pengemis yg makmur:






Jakarta � Gang-gang sempit dengan rumah yang saling berhimpitan menjadi pandangan khas di Kebon Singkong, Kelurahan Klender, Jakarta Timur. Inilah kampung pengemis.



Ada sekitar 3 RW di kawasan ini. Warga yang tinggal di Kebon Singkong kebanyakan pendatang. Mayoritas mereka berasal dari Indramayu, Jawan Barat.



Sekarang di Kebon Singkong banyak dihuni para pengemis. Mereka adalah warga Indramayu.



�Setiap bulan puasa ratusan orang dengan menumpang truk datang ke sini mengontrak rumah,� Padahal bulan biasa lebih sedikit.



Tarif kontrakan milik Hanson bervariasi. Untuk petakan yang ada di bawah yang ukurannya 3�6 meter dipatok Rp 350 ribu-Rp 500 ribu per bulan.



�Biar pengemis mereka bayar kontrakan selalu tepat waktu. Dan mereka membayar dengan uang pecahan seribuan hasil mengemis. Sudah diiketin duitnya sama mereka,� celetuk Hanson sambil tersenyum.



Di Kebon Singkong, terdapat ratusan kontrakan yang dihuni para pengemis. Kalau bulan puasa tiba, jumlahnya makin banyak lagi. Sekitar 200-300 orang menyusul datang.





�Seorang pengemis yang ngontrak di saya bilang, paling apes mereka dalam sehari dapatnya Rp 200 ribu per hari. Tapi umumnya mereka dapat uang sekitar 500 ribu-Rp 600 ribu per hari,� ujar Hanson.



Omongan Hanson bukan isapan jempol belaka. Sebab beberapa waktu lalu seorang nenek-nenek buta yang menghuni kontrakan miliknya mengaku kehilangan celengan. Nenek itu bilang uang yang ada di dalam celengan jumlahnya Rp 900 ribu hasil mengemis selama 4 hari sebelumnya.



�Bayangin aja dalam 4 hari saja nenek itu bisa menabung Rp 900 ribu. Kalau sebulan bisa dapat berapa duit itu nenek,� kata pria asal Medan itu.














Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for kehidupan pengemis:






Sekalipun dapat duit banyak dari mengemis, namun kehidupan mereka di kontrakan seperti orang tidak punya. Sebab uang hasil mengemis biasanya secara rutin dikirim ke kampung untuk beli sawah dan membangun rumah.



Hanson mengaku pernah melihat rumah-rumah mereka saat menghadiri kondangan warga setempat yang menggelar acara khitanan anaknya di daerah Haur Geulis, Indramayu. Saat datang ikut hajatan di sana ia ditunjuki rumah para pengemis yang ngontrak di Kebon Singkong.



Alangkah terkejutnya Hanson karena ternyata rumah mereka di kampung besar dan rapi. Bahkan saat dia bertamu melihat perabotannya sangat wah. �Kamar mandi saja ada bathtubnya. Malah ada yang punya kolam renang segala,� kata Hanson takjub.




Dari situlah Hanson dan sejumlah warga di Kebon Singkong maklum mengapa dari waktu ke waktu, warga dari Indramayu banyak berdatangan. Mereka ingin mengikuti jejak saudara atau tetangganya yang bisa hidup wah di kampung hanya dengan mengemis.



Nuki Senan, juga warga setempat, menjelaskan para pengemis yang tinggal di Kebon Singkong kebanyakan orang-orang tua, cacat dan anak-anak. Sementara bapak-bapak atau ibu-ibunya bertugas mengawasi dan mengantar jemput para pengemis. Mengapa demikian? Sebab bila yang mengemis adalah orang buta atau anak-anak biasanya mendapat uang banyak. Kalau orang dewasa apalagi dalam kondisi normal dapatnya sedikit. �Dapat Rp 30 ribu per hari saja sudah syukur,� ujar Nuki.



Jangan heran jika orang-orang dewasa berasal dari desa tempat tinggal pengemis lebih menggantungkan ekonomi kepada anak-anaknya. Mereka disuruh mengemis. Hanya orang dewasa yang cacat yang justru mencari uang sendiri karena kondisi itu akan menerbitkan empati.



Demi mendapat empati, maka banyak orang buta di Kebon Singkong tidak mau diobati. Mobil-mobil pelayanan penyakit katarak yang sempat datang ke daerah itu selalu sepi peminat. �Mereka (orang buta) tidak mau diobati. Sebab kebutaan mereka anggap sebagai aset untuk mengemis. Begitu juga yang cacat,� ujar Nuki.



Begitu berharganya orang buta di kalangan pengemis sampai-sampai antar sesama pengemis sering berselisih. Mereka berupaya mendapatkan mobil, ini merupakan istilah untuk orang buta yang mengemis. Terkadang terjadi persaingan harga sewa bagi pengemis buta ini.












Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for istri banyak:








�Di sini pengemis buta banyak yang beristri lebih dari satu orang. Mereka (orang buta) jadi rebutan karena dianggap sebagai aset untuk dapat uang,� terangnya. Sekalipun wilayahnya banyak dihuni para pengemis, namun warga setempat yang bukan pengemis tidak merasa terganggu bila dicap sebagai kampung pengemis. Pasalnya, warga bisa ikut meraup berkah dari para pengemis itu. Paling tidak, kata Nuki, warung atau rumah petakan jadi laku.



Hubungan simbiosis mutualisme antara pengemis dan warga membuat hubungan bertetangga di Kebon Singkong berjalan harmonis. �Mereka tidak banyak berulah karena mereka kebanyakan menghabiskan waktunya di luar. Datang ke kontrakan hanya untuk istirahat saja,� pungkasnya.
















[spoiler=open this] for pengemis suka main PSK:






Bandung - Pengemis berinisial A (46) nekat menusuk seorang pekerja seks komersil (PSK) usai berkencan di salah satu hotel murah di Jalan Dewi Sartika. Gara-gara sakit hati lantaran dibohongi, pelaku menghunuskan pisau dapur sepanjang 25 sentimeter ke arah perut kiri DW (29). Beruntung nyawa korban tertolong. Namun DW harus mendapat delapan jahitan di perutnya.



Kejadian bermula saat pria tersebut mendatangi tempat mangkal DW di kawasan Alun-alun Kota Bandung, belum lama ini. Sebelumnya pelaku sudah mengikat janji. Singkat cerita, pagi hari atau sekitar pukul 09.00 WIB, DW menyanggupi permintaan kencan pelaku yang diketahui berstatus duda tanpa anak.



"Langsung saya bawa ke hotel. Memang selama ini sudah sering 'main' sama dia," ujar A saat ditemui di Mapolsek Regol, Jalan Moch Toha, Kota Bandung, Kamis (17/11/2011).



A mengaku sejak lebaran lalu berkenalan dengan korban. Setiap melampiaskan nafsu syahwat bersama DW, pria kelahiran Sukabumi ini mengeluarkan kocek Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu sebagai tanda terima kasih. Sudah lima kali keduanya menjalin asmara di tempat berbeda-beda.



Namum saat itu A rupanya memendam amarah. Sebelum berjumpa, pisau dapur yang dibeli seharga Rp 5 ribu itu sudah ia siapkan di dalam tas. Pelaku kemudian diam-diam menyembunyikan pisau di bawah kasur hotel.



Usai bercumbu ria, A yang masih dalam kondisi lelah, langsung mengambil pisau. Bles! Darah segar mengucur dari perut PSK tersebut.



"Saya sakit hati dan kesal. Dia ternyata punya suami. Soalnya dia bohong. Padahal mau diajak nikah sama saya," ucap A yang sudah empat tahun melakoni pekerjaan mengemis di prapatan Jalan Ahmad Yani-Jalan Laswi.



Pengemis yang mampu meraup Rp 80 ribu hingga Rp 100 ribu per hari itu terpaksa kabur setelah korban berteriak minta tolong.
Dalam keadaan panik, A hanya bertelanjang dada dan berlari ke arah Rumah Makan Bu Imas atau jaraknya 300 meter dari hotel.



Petugas hotel dan warga yang mengetahui kejadian itu berhasil menciduk pelaku. Patroli Polsek Regol yang kebetulan melintas di lokasi segera mengamankan A dari amuk massa. Sedangkan korban diboyong ke RS Sartika Asih guna menjalani pengobatan.



"Barang bukti yang disita dari tersangka berupa pisau dapur. Tersangka saat ini sudah ditahan," jelas Kapolsek Regol Kompol I Putu Yuni Setiawan didampingi Kanitreskrim AKP Sunarya Ishak.



A terancam hukuman diatas lima tahun penjara karena terjerat Pasal 351 KUHPidana tentang Penganiayaan.











http://bandung.detik..com/read/2011/...usuk-perut-psk











Ane saranin kalau mau ngasih pengemis liat2 dulu, kalau pengemis di lampu merah ane ga pernah ngasi, soalnya kalau dikasi mereka makin banyak.

mending langsung ke rumah ibadah atau panti asuhan, gan...




bila agan berkenan mohon di rate bintang 5 biar thread ini ga tenggelam gan.. thank you... agan2







tolong dikasih :




BIAR HIJAU





Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:43 AM.


no new posts