Fansub (Kependekan dari
fan-subtitled) adalah versi dari acara
televisi yang telah dialihbahasakan oleh para penggemar dan telah diberi teks terjemahan dalam bahasa selain bahasa aslinya. Materi yang paling umum dalam fansub berbahasa Inggris adalah
Anime Jepang. Fenomena yang serupa berlaku juga dalam bahasa secara umum selain bahasa Inggris.
Karena tindakan pendistribusian "materi yang disubtitle oleh fan" merupakan
pelanggaran hak cipta di beberapa negara, implikasi dari kegiatan produksi, distribusi, dan menonton fansub adalah topik yang penuh
kontroversi sepanjang masa, meskipun faktanya kelompok fansub tidak mengambil keuntungan
finansial dari kegiatan mereka, dan dalam banyak kasus menghentikan
distribusi apabila pekerjaan mereka menjadi
materi terlisensi dalam region bersangkutan.
Evolusi Fansub
Fansub bermula ketika ledakan produksi anime sekitar tahun 1980-an di
Jepang. Pada saat itu relatif sedikit judul yang terlisensi untuk didistribusikan di luar Jepang. Hal ini membuat fans Anime di seluas dunia kesulitan untuk mendapatkan judul-judul baru. Beberapa fans, pada umumnya mereka yang sanggup berbahasa Jepang, mulai memproduksi anime bersubtitle amatiran agar dapat dibagikan kepada rekan-rekan sesama pecinta Anime Jepang - yang tidak dapat berbahasa Jepang. Agar terhindar dari masalah legalitas, maka fansub menerapkan prinsip "distribusi tanpa mengambil keuntungan".
Media pertama yang dipergunakan untuk mendistribusikan fansub adalah
VHS. Tentu saja media demikian membuat
Anime yang didistribusikan rendah secara kualitas, memakan waktu lama dalam produksi, susah didapatkan, dan mahal! (sekitar US$4000 di tahun 1986). Dibuat dalam jumlah terbatas dan didistribusikan ke kelompok-kelompok pecinta anime lokal melalui
jasa ekspedisi. Seorang fans dapat memperoleh anime dengan harga yang pantas, atau dapat juga menghubungi kelompok yang bersangkutan untuk mendapatkan kopi dari fansub dengan menggunakan video kaset blank milik mereka sendiri.
Namun, melalui kemajuan dan semakin umumnya akses Internet berkecepatan tinggi, video editing, dan DVD ripping desktop, metode asli dalam produksi fansub telah ditinggalkan dan diganti menjadi digital
fansubbing (
digisubbing) dan menggunakan metode distribusi elektronik sebagai hasil dari digisub. Hal ini memungkinkan proses pembuatan fansub yang semula sangat susah, sangat lambat dan dengan hasil kualitas rendahan menjadi lebih murah, mudah dan cepat dan dengan kualitas terbaik yang bisa dibuat, bahkan bisa dibandingkan dengan kualitas aslinya. Beberapa kelompok bahkan menrilis dalam kualitas
HD.
Meskipun demikian, sebagian besar fansub membuat rilisnya jauh dibawah kualitas
DVD, sering kali dengan channel suara lebih sedikit dan kualitas gambar lebih rendah. Ini disebabkan karena fansub mengambil material yang berasal dari rekaman
TV. Bahkan fansub yang menggunakan materi berasal dari DVD pun mempunyai kualitas yang lebih rendah. Ini disebabkan karena standard ukuran file : 175 MB, 233 MB, dan 350 MB. Standart tersebut diterapkan oleh fansub karena itu adalah angka yang genap dibagi dalam medium 700Mb - ukuran standard kebanyakan
CD-R. Sejak diperkenalkan medium
DVD, ukuran 172 MB dan 344 MB juga dipergunakan, ini memungkinkan anime sepanjang 13 atau 26 episode (satu season) untuk muat ke dalam satu keping DVD. Namun, sejak sebagian besar dari digisub menggunakan metode kompresi
MPEG-4 yang lebih bagus, dibandingkan dengan metode kompresi
MPEG-2 yang digunakan dalam DVD, pernedaan kualitas dengan DVD asli menjadi semakin tipis meskipun ukuran filenya lebih kecil.
Digisub sekarang berada pada titik kualitas dan pada tingkat
aksesibilitas yang sedemikian tinggi, meskipun anjuran yang diberikan fansub untuk membeli kopi asli dari
Anime sering kali dilanggar namun
penelitian yang dibuat dari Yale Economic Review menunjukkan bahwa orang-orang yang mendownload fansub juga membeli originalnya bahkan tidak kurang dari orang yang tidak mendownload fansub. Kesimpulan ini kemudian menjadi pertanyaan serius. Stabilitas perekonomian di
Amerika Serikat dan
Jepang sulit mengukur secara tepat konsekuensi yang ditimbulkan oleh
digisub dalam industri komersial.
Beberapa komunitas anime berpendapat bahwa digisubbing telah berubah fungsi yang semulanya berupa sebuah kultur fansub menjadi sesuatu yang tidak lebih daripada pembajakan sarana hiburan yang murah, dan bahkan menganggapnya sama dengan Zero day warez trading. Beberapa fansub bahkan muncul di situs-situs
wares - meskipun hal itu disebabkan karena trader [warez]] yang kebetulan juga adalah fans anime, yang kemudian secara tidak sengaja berlanjut ke situs-situs yang menempatkan Anime dan materi pornografi di tempat yang sama.
Awal Mula Fansub
Fansub pada awalnya atau fansub-fansub "
tradisional" diproduksi dengan menggunakan peralatan editing
video analog. Mula-mula, mendapatkan sebuah kopi dari material aslinya. Sumber
raw yang paling umum pada masa itu adalah
laserdisc. Namun, tape
VHS komersial atau rekaman rumahan pun bisa digunakan, yang tentu saja akan berpengaruh pada kualitas hasil akhirnya. Kemudian script translasi dibuat sama berdasarkan dialog yang ada pada video raw. Lalu di-timing. Timing adalah proses untuk menempatkan "waktu awal" (Synch-Point) dan "waktu akhir" dari setiap baris dari
subtitle; hal ini yang menentukan berapa panjang subtitle akan nampak di layar. Timing biasanya dilakukan oleh sebuah software komputer yang didesain secara spesifik untuk maksud tujuan tersebut. Orang yang melakukan timing akan menempatkan, mengubah, menghilangkan text
subtitle menggunakan komputer. Dua program yang paling populer untuk hal ini adalah
JACOsub (di Commodore Amiga) dan
Substation Alpha (di MS Windows). Ketika
skrip sudah ter-timing, angkah berikutnya adalah memproduksi satu buah master. Master berupa kualitas tinggi dari fansub yang sudah jadi - yang dari sini kopi-kopi untuk didistribusikan dibuat. Fansuber akan memutar ulang video raw di dalam perangkat komputer dengan sebuah genlock untuk menciptakan subtitle yang melekat pada gambar raw. Pilihan perangkat untuk membuat hal ini adalah Amiga PC - sama seperti yang digunakan subber profesional - tentu dengan harga yang luar biasa mahal. Hasil akhir dari proses ini yang disebut "master" kemudian direkam pada sebuah tape S-VHS dengan maksud untuk mengoptimalkan kualitasnya, meskipun beberapa fansuber terpaksa menggunakan VHS yang lebih murah dan tentu dengan kualitas lebih rendah. Setelah selesai, master ini dikirimkan kepada distributor.
Fansub distributor (yang mendistribusikan video ke fans-fans) biasanya adalah kelompok yang berbeda dengan fansubber yang melakukan translasi dan memproduksi master. Karena sebagian besar anggota dari kelompok fansub tidak mengharapkan keuntungan dari kegiatan mereka, maka fansub biasanya tidak "dijual". Pada umumnya, seorang fan yang menginginkan sebuah kopi dari anime yang diinginkan akan mengirimkan tape VHS blank ke distributor beserta pembayaran alakadarnya sebagai pengganti ongkos kirim. Distributor akan merekam master ke kaset yang dikirimkan "pelanggan", kemudian mengirimkannya kembali. Atau dengan cara lain, distributor dapat menjual VHS VHS kopian, namun dengan harga yang rendah ... yang hanya ditujukan untuk menutupi biaya kaset blank dan ongkos kirim.
Metode fansubbing seperti ini sangat menghabiskan biaya bagi para fansuber dan distributornya. Karena raw biasanya didapatkan dengan harga yang relatif mahal; hampir semua Anime dalam format Laserdisc (atau berupa tape) berharga lebih dari US$50, dan bahkan banyak yang lebih dari $100. Padahal setiap laserdisk yang seharga $50 biasanya berisi tidak lebih dari 30 menit. Jadi memperoleh raw berkualitas untuk satu seri penuh Anime dengan panjang seri pada umumnya bisa memakan biaya $1000. Juga, banyak kelompok fansub yang membayar translator professional untuk membuat script-nya. Belum lagi, perangkat produksi video yang dibutuhkan seperti : Lasedisc player, PC, genlock, dan recording deck untuk memproduksi master; ditambah lagi dua atau lebih video deck untuk bagian distribusi. Perangkat video seperti player, recorder dan editing deck pada waktu itu harganya luar biasa mahal; harganya dalam ribuan US dollar.
Kualitas video pada zaman fansub permulaan masih belum bagus. Mahalnya perangkat yang dibutuhkan memaksa beberapa kelompok fansub untuk menggunakan perangkat yang lebih murah namun dengan hasil yang lebih rendah. Bahkan ketika LD berkualitas tinggi sebagai raw material digunakan beserta perangkat-perangkat professional, hasil akhirnya tetap saja berupa kopi berkualitas kelas tiga. Sesungguhnya, sebagian besar fansub pada zaman itu bahkan mendistribusikan kopi-kopi ber kelas-empat dan kelas-lima, karena tidak menggunakan perangkat profesional. Meskipun kualitas rekamannya yang sangat rendah, namun kualitas translasi dan editingnya tidak berbeda jauh dengan fansub-fansub profesional modern.
Teknik Fansub Modern
Fansub modern diproduksi hampir seluruhnya menggunakan komputer. Raw masih diperlukan, namun tidak seperti fansubber yang tergantung kepada laser disc, sebagian besar raw berasal dari rekaman TV Jepang yang bisa didapat melalui program peer-to-peer Jepang seperti Winny atau Share. Rekaman TV adalah materi raw yang digunakan sebagian besar fansub, baik dalam bentuk
transport stream atau sudah ter-encode menjadi MP4. Kebanyakan grup fansub internasional mempunyai seorang 'capper' yang bertugas merekam siaran TV di Jepang khusus untuk grup itu. Seringkali suatu grup melakukan rilis ulang saat
DVD atau
BluRay suatu seri telah tersedia, dengan kualitas gambar dan suara yang lebih baik daripada rilis yang bersumber dari rekaman TV.[
rujukan?] Untuk anime lama yang tidak berada dalam DVD, fansubber modern menggunakan peralatan komputer dengan perangkat video capturer yang rumit untuk mengambil gambar digital dari media analog seperti
laser disc atau tape.
Ketika video sudah berada dalam komputer, video tersebut dapat diedit dan dibubuhi subtitle dengan sedikit sekali atau tanpa penurunan kualitas, tidak seperti proses fansub tradisional. Namun, sebagian besar format encoding yang digunakan oleh fansubber memang menyebabkan penurunan kualitas dari medium aslinya. Seperangkat
PC yang relatif murah dapat melakukan semua manipulasi yang dibutuhkan, tanpa diperlukan peralatan yang kompleks dan mahal seperti editing decks dan genlock.
Translasi biasanya dilakukan dengan mendengarkan rekamannya. Sebagian besar, translatornya bahkan tidak berpengalaman dalam hal teknologi fansubbing dan hanya melakukan translasi saja. Kalau yang komersial rilis biasanya mendapatkan script dialognya untuk di sulih suara, sebaliknya fansubber hanya mengandalkan telinga. Hal ini sering kali menyebabkan kesalahan penerjemahan dalam penulisan nama yang tidak jelas. Biasanya kesalahan yang umum adalah pada Anime yang menggunakan nama nama barat. Hal ini disebabkan karena pengucapan yang ambigu dari bahasa Jepang untuk menyebutkan istilah-istilah asing. Misalnya nama Alice akan terdengar sebagai "Arisu". Inilah yang menyebabkan beberapa fansub bisa menggunakan penulisan yang berbeda. Contoh yang terkenal misalnya Winry Rockbell dari
Full Metal Alchemist, yang dituliskan sebagai Winry dan Winly oleh dua fansub yang berbeda.
Cara alternatif untuk memproduksi fansub adalah menggunakan
raw video dari jepang dengan video yang telah dibubuhi subtitle dalam bahasa lain, biasanya bahasa Cina. Orang orang Cina juga memiliki kelompok fansub yang beredar di Internet. Beberapa fansubber yang dikenal melakukan penerjemahan dari bahasa Cina ke bahasa Inggris dari bahasa aslinya - Jepang. Hal ini biasanya menyebabkan penurunan keakurasian translasi karena melalui dua kali proses translasi. Contoh dari fansub yang keseluruhannya menggunakan terjemahan dari bahasa Cina adalah My-Otome (Doremi subs) yang menggunakan 2 penerjemah bahasa Cina - Inggris dan tentunya melalui beberapa translation checker untuk memeriksa kecocokan dengan bahasa aslinya - Jepang. Dengan caa yang sama, fansub berbahasa Inggris bisa diterjemahkan ke bahasa lainnya.
Setelah proses translasi selesai, subtitle kemudian di timing (menggunakan
SubStation Alpha,
Aegisub,
Sabbu atau JACOSub), melewati proses typeset, dan pengecekan error (quality control, atau disingkat QC). Kemudian subtitle di-encoding menggunakan VirtualDub atau program sejenis pada distribusi dengan hardsub, atau di-mux kedalam
kontainer media, biasanya
matroska, pada distribusi dengan softsub.
Ada beberapa metode subbing yang sekarang digunakan. "Hard" subtitle, atau disebut hard subs, adalah subtitle yang menjadi satu dengan video melalui proses
encoding dan mencetak subtitel ke tiap frame video sehingga tidak dapat dihilangkan tanpa menurunkan kualitas videonya (bisa dilakukan dengan VirtualDub Filter). "Soft" subtitle, atau disebut soft sub, adalah subtitle yang disertakan dalam kontainer media atau bisa berupa file terpisah. Dengan program-program yang tepat softsub akan muncul ketika video dimainkan seperti hardsub. Hardsub secara tradisional lebih populer daripada softsub karena kekhawatiran yang ditimbulkan akibat support atau tidaknya player lebih kecil dan juga lebih susah diplagiat. Namun, belakangan (mulai tahun 2006) sebagian besar fansub sudah mulai menggunakan softsub. Dengan menggunakan softsub suatu grup bisa memberikan beberapa jenis subtitle ke dalam suatu video, beberapa kelompok merilis fansub dengan menggunakan dua bahasa yang berbeda atau dengan gaya yang berbeda tergantung kesukaan.
Internet memungkinkan fansub berkolaborasi dengan baik. Komunitas fansubbing online pun bisa merilis satu episode penuh yang tersubtitle (termasuk efek pada karaoke, tulisan
kana &
kanji dan informasi tambahan) dalam kurun waktu kurang dari 24 jam setelah ditayangkan pertama kali di Jepang. Website seperti stormberry.tv memungkinkan soft subtitle yang dipilih untuk ditayangkan bersama stream video dari youtube.
Dalam kasus hard subtitle, sebuah video editor (umumnya
VirtualDub) menggunakan AVISynth script dan VSFilter untuk me-load file raw video beserta file subtitle yang kemudian software video tersebut "mencetak" subtitle di atas raw video yang digunakan.
Hasil akhir dari proses fansubbing ini adalah sebuah file video untuk komputer, beserta file subtitle jika metode yang digunakan adalah soft sub (apabila data subtitle tidak menjadi satu dengan file video). File file tersebut bisa dikopi ke CD atau DVD untuk distribusi fisik, tetapi yang paling sering adalah menggunakan protokol-protokol file sharing online seperti viral video,
BitTorrent dan bot file-sharing di
IRC. Metode yang seperti ini memungkinkan fans anime modern untuk mendownload hasil akhir dari fansub dengan biaya yang sedikit atau tanpa biaya sama sekali, begitu juga dengan distributornya.