|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seolah masih ragu akan maju lewat jalur independen atau parpol ke Pilgub DKI. Padahal survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan warga Jakarta tak menganggap penting jalur mana yang akan dipilih Ahok. "Bagi waga DKI tidak penting siapa yang mencalonkan Ahok, apakah relawan Teman Ahok saja, koalisi partai, atau hanya satu partai yang bisa mencalonkan tanpa koalisi, yakni PDI Perjuangan. Yang penting Ahok menjadi calon, dan kemungkinan besar ia akan dipilih mayoritas ketika survei diadakan," kata peneliti SMRC Sirojudin Abbas dalam paparan hasil surveinya di Kantor SMRC, Jl Cisadane No 8, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016). Survei ini dilakukan pada kisaran 24-29 Juni 2016 untuk mengetahui penilaian publik terhadap para cagub DKI. Jumlah sampel acak survei ini sebanyak 820 orang, dipilih dengan metode multistage random sampling, dengan margin of error diperkirakan sebesar 3,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancara lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah terlatih. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan berlangsung tujuh bulan lagi. Berdasarkan survei SMRC, sampai survei di bulan Juni 2016, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) belum mendapatkan lawan seimbang. Selisih elektabilitasnya dengan saingan terdekatnya masih jauh, di atas 30%. "Dalam simulasi terbuka, secara spontan, mayoritas belum menyebutkan pilihannya (54,4%), Ahok mendapat elektabilitas terbanyak 36,6%, cukup jauh di atas Yusril Ihza Mahendra 2,8%, Sandiaga Uno 2,1%, dan calon lain di bawah 1%. Dalam simulasi semi terbuka (responden diberi daftar nama 22 calon untuk dipilih, dan boleh memilih nama lainnya di luar daftar). Ahok tetap yang paling tinggi, sudah mayoritas, 53,4%. Kemudian Yusril Ihza Mahendra 10,4%, Tri Rismaharini 5,7%, Sandiaga Uno 5,1%, Yusuf Mansur 4,6%, dan calon lain di bawah 3%. Yang tidak tahu sebanyak 9,4%," demikian kesimpulan survei tersebut. Dibanding survei bulan Agustus 2015, elektabilitas kepada Ahok juga naik cukup tinggi. Dalam simulasi spontan, elektabilitasnya naik 12,2%. Dan dalam simulasi semi terbuka naik 16,2%. Hal ini tidak lepas dari perubahan peta politik Jakarta yang dinamis. Misalnya, Ridwan Kamil yang menyatakan tidak akan maju sangat berpengaruh terhadap peta elektabilitas. "Tingginya elektabilitas Ahok juga tidak lepas dari penilaian warga atas kinerjanya sebagai gubernur petahana. Mayoritas warga, 69,7% sudah merasa puas dengan kerja Ahok selama ini. Semakin banyak dibanding survei di bulan Agustus 2015, saat itu warga yang puas 63%. Warga yang menginginkan Ahok kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta juga semakin banyak. Dalam survei di bulan Juni 2016, warga yang ingin Ahok kembali menjadi gubernur 58%, sedangkan dalam survei di bulan Agustus 2015 baru 49%," kata Sirojudin. Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|