|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Ilustrasi (dok: getty images) Jakarta, Kematian manusia ditandai dengan matinya sel-sel dalam tubuh dan diikuti dengan kematian organ lainnya. Tapi orang dengan sindrom Cotard menganggap dirinya sendiri sudah mati, meski tidak ada tanda-tanda tersebut. Sindrom Cotard atau yang dikenal juga dengan Walking Corpse Syndrome (WCS) merupakan salah satu kelainan neuropsikiatrik yang jarang terjadi. Penderita penyakit ini akan merasa bahwa ia sudah mati dan tidak ada di dunia lagi. Selain itu, orang dengan sindrom Cotard juga merasa bahwa ia sudah kehilangan darah atau organ internalnya serta bagian-bagian tubuh yang sudah membusuk, padahal sebenarnya orang tersebut tidak kehilangan apapun. Sindrom ini diberi nama sesuai dengan penemunya, yaitu Jules Cotard, seorang neurolog Perancis yang menemukan kasus unik ini pada 1880. Kondisi ini bisa berasal dari faktor neurologis atau mental, terutama penyakit mental yang berhubungan dengan depresi. Penyakit ini juga telah dikaitkan dengan gangguan lain seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Selain penyakit mental, penyakit ini dapat terjadi ketika ada masalah dengan otak, seperti cedera pada kepala. Seperti dilansir dari WrongDiagnosis, Kamis (17/6/2010), gejala-gejala sindrom Cotard adalah sebagai berikut:
Namun, ada empat kasus yang telah dibantu dengan menggunakan terapi elektrokonvulsif. Terapi elektrokonvulsif adalah terapi listrik dengan menggunakan elektroda yang dilekatkan pada bagian atas kepala dan dapat menyebabkan kejang. Terapi ini juga digunakan dalam kasus depresi yang sangat parah. sumber |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|